Salah satu ciri orang yang beriman dan taat kepada Allah serta dalam lingkungan rahmat Allah SWT (ibadhurahman), adalah sikap tawadhu. Tawadhu dikenal ada dua, tawadhu kepada Allah, taat, tunduk, patuh kepada Allah. Bukan ngeyel, menolak atau mencari alasan untuk tidak patuh.
Saya mendengar, saya melihat, saya membaca dan saya taat kepada Allah. Suatu sikap yang menjadi cita-cita semua yang beriman, tapi belum tentu (termasuk saya) bisa melaksanakannya.
Yang kedua tawadhu kepada hamba2 Allah. Sikap yang rendah hati atau tidak sombong. Berjalan diatas bumi Allah, tunduk kepada kebenaran dan menerimanya dari siapa pun datangnya, baik dalam keadaan suka maupun tidak suka.
Sikap yang andap-asor, menghargai pendapat orang lain. Inipun bukan gampang melaksanakannya. Manusia (juga termasuk saya) memiliki rasa tinggi hati, walaupun setitik dan kadang mencari alasan untuk membenarkan pendapatnya, sementara kalau salah mencari-cari excuse, atas kesalahannya.
Lawan dari sifat tawadhu adalah takabur, sombong, arogan. Sifat takabur adalah sifat yang dibenci Allah dan rasul-Nya. Sebagaimana hadis Nabi dari Abdullah bin Mas’ud; bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda: “Sombong adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain.” (H.R. Muslim).
Sombong ini bisa karena harta yang lebih dari orang lain, bisa karena pangkat tinggi, bisa karena pengikut yang banyak, bisa karena ketokoh-annya, sombong karena ilmu yang tinggi. Sapa ingsun sapa sira, siapa lu siapa gua. Lupa semua kelebihan itu berasal dari Allah jua. Naudzubillahi minzaliq.
Tapi sombong yang paling tidak tahu diri adalah sombong ketampanan atau kecantikan lahiriah. Cantik atau tampan bukan kehendak kita. Itu se-mata2 anugrah Allah, jadi tidak pantas disombongkan, apalagi setiap saat Allah bisa saja mencabut keindahan fisik itu sendiri. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR
