Terputus (TA 177)
Musuh Rasul selalu bersorak bila mendengar putra Nabi wafat. Ber-turut2 Abdullah, Qasim dan Thaher. Kemudian saat di Madinah, Ibrahim-pun wafat. Sehingga keturunan Nabi yang tinggal hanyalah putri-putri perempuan saja.
Padahal pada masyarakat Arab di jaman itu, memiliki anak perempuan adalah aib, mereka tega mengubur bayi perempuan hidup2, semata-mata untuk menutup aib.
Kaum Quraisy berpendapat bila Nabi tidak memiliki anak lelaki, maka terputuslah ia. Terputus, karena tidak ada lagi yang melanjutkan kepemimpinan beliau. Terputus, tidak ada yang melanjutkan ajaran beliau. Terputus, tidak mewariskan kharisma dan sebutan beliau. Akan hal itu Allah menurunkan ayat,
“Orang2 yang membenci kamu, ia adalah yang terputus (dari rahmat Allah)”. (QS Al Kautsar 108:1-3)
Terbukti musuh2 Nabi-lah yang terputus, tidak ada kelanjutannya, sedang Nabi SAW sampai saat ini tetap hidup, dikenang, dicintai, dipatuhi bahkan selalu dibacakan shalawat kepadanya. Allah-pun menghindarkan Nabi dan umatnya dari kemungkinan tafsiran mengenai dinasti kekuasaan. Wallahu a’lam bishshawab.
Pada masa kini, kita banyak menyaksikan bahwa ketenaran, kehormatan, kebesaran seseorang adalah melekat kepada pribadi dan tidak bisa diwariskan kepada anak. Anak-anak memiliki jalan sendiri, yang mungkin saja bisa lebih besar dari kebesaran orang-tuanya. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR