Penstel 101: Peristiwa Natal
Kemuliaan Allah Bagi Damai Sejahtera Manusia (Lukas 2:1-14)
Peristiwa Natal akan tenggelam dalam keheningan malam kota kecil Betlehem, seandainya malaikat Tuhan tidak datang mengumandangkan berita sukacita“, Kristus Tuhan lahir di kota Daud”. Nyanyian malaikat merupakan tanda kemuliaan Allah menaungi isi dunia, direpresentasikan gembala2 di padang rumput.
Memang dunia ini ibarat padang rumput dengan para gembala serta domba-domba mereka di malam hari. Tenang, hening dan hanyut, dan hampir tidak ada kehidupan! Ketika terang ilahi bersinar melingkupi semuanya,tidak hanya para gembala yang tersentak dari lamunannya, dunia pun menggeliat
terbangun oleh berita sukacita yang datang dari tempat yang mahatinggi.
Dunia yang hanyut oleh ketiadaan pengharapan, tersentak oleh pernyataan sorgawi: “Kemuliaan bagi Allah di tempat mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.
”
Pernyataan ini membukakan harapan, bahwa bagi dunia yang hampa diberikan damai sejahtera. Damai sejahtera itu selain merupakan perwujudan kemuliaan Allah, juga merupakan penggenapan janji Allah, yaitu bahwa damai diberikan kepada umat yang memperkenankan hati-Nya.
Mereka yang memperkenankan hati Allah adalah yang menerima Dia, cahaya kemuliaan Allah, yang lahir di kandang hina.
Renungkan: Kemuliaan Allahlah yang mendatangkan damai sejahtera di bumi. Apakah Anda sudah menerima Sang Cahaya Kemuliaan Allah dalam hidup Anda? Seperti Yesus, Bukan Herodes (Matius 2:1-12) Di antara Maria dan Yusuf serta orang-orang Majus yang bersukacita menyambut kelahiran Yesus, ada satu orang yang malah marah.
Dialah Raja Herodes. Herodes menjadi gubernur Galilea pada usia yang cukup muda. Dengan menempatkan dia di Galilea, pemerintah Roma berharap dia bisa mengendalikan orang Yahudi yang hidup di situ. Ini menyebabkan ia disebut raja orang Yahudi. Herodes adalah orang yang gila kuasa.
Ia akan mempertahankan kekuasaannya dengan cara apapun, bahkan membunuh! Ia bertakhta lebih dari empat puluh tahun, sampai mendengar kabar tentang seorang raja lain yang baru lahir (ayat 1-3).
Tentu ia terkejut. Ia memang raja, tetapi tidak terlahir sebagai raja. Ia harus berjuang untuk mendapatkan kedudukan itu.
Lalu siapa yang dimaksud oleh tamu-tamu asing itu? Mengapa dia sampai tidak tahu? Maka dia memerintahkan imam kepala dan ahli Taurat untuk menyelidiki hal ini (ayat 4). Dan kepada orang-orang Majus, ia meminta mereka untuk memberitahu dia bila mereka sudah menemukan bayi itu (ayat 7-
8). Namun orang Majus tidak kembali menemui dia (ayat 12). Marahlah dia.
Jalan satu2nya agar bayi itu tak punya kesempatan merebut takhtanya adalah dibunuh (ayat 16). Ironis, raja yang punya kuasa, prajurit, dan senjata mau membunuh Raja cilik yang tidur nyaman dalam pelukan bundanya. Raja dan raja itu sama2 memiliki kuasa, tetapi cara mereka menggunakan kuasa menunjukkan perbedaan mereka.
Herodes adalah tiran, yang menggunakan kuasa untuk memenuhi ego pribadi. Yesus adalah hamba yang menggunakan kuasa untuk melayani, dengan fokus menyenangkan Allah. Di hari Natal ini, mari kita lihat hati kita dan temukan sifat-sifat Herodes yang tersembunyi.
Adakah sifat lebih suka memerintah dibanding melayani, lebih suka memiliki dibanding memberi, lebih suka dihormati disbanding menghormati, lebih melihat orang lain sebagai ancaman dibanding sebagai pribadi berharga di mata Allah? Kiranya Tuhan menolong kita untuk jadi seperti Yesus, melayani bukan dilayani. (Sub; Sumber : Sabda.org)-FR