Pilihan hidup di kota
Sahabat, beberapa hari ini aku jadi Tarsan kota. Biasa tinggal dihutan, mendadak harus jadi orang kota.
Daripada nganggur, berikut ini ceritaku.
Apartemen
Hidup di perkotaan seperti Jakarta ini serba hiruk pikuk dengan kemacetan. Pagi pagi berangkat kerja karena rumah jauh. Itu sebabnya, banyak yang memilih tinggal di apartemen, agar bisa mendekati tempat kegiatannya. Suka nggak suka kita bersempit sempitan kaya disangkar burung.
Ruang tamu menyatu dengan dapur, kamar tidur cukup menampung badan sekujur, sudah menjadi barang biasa bagi penghuninya. Aku sendiri yang biasa hidup di ndeso, biasa nyantai bercelana pendek mencungkil tanah agar tanaman cabeku segera berbuah, jadi mati kutu bila tinggal berlama lama disini.
Tidak ada mang Entis, yang jual ikan pedha, jengkol dan engkol serta leunca. Disini serba praktis sudah di pak plastik yang tidak lagi dijual ketengan.
Tapi bagaimanapun kulihat penghuninya yang kebanyakan orang asing dan keluarga muda, sangat enjoy. Saat tertentu, mereka berkumpul di taman untuk berbincang tentang kebutuhan hidup lingkungan mereka.
Kulihat cara komunikasi simple antar mereka, pasang sepanduk undangan berkumpul warga, beres. Tidak ada RT tidak ada RW karena urusan administrasi sudah ditangani Kantor Pengelola. Ada bagusnya dan tentu ada juga kekurangannya, tapi itulah pilihan hidup dikota Jakarta. (Soenarto SA; dari grup WA-VN)-FR