Wayang Gatutkaca(17) Kelahiran Gatutkaca
// Episode kali ini ditulis dengan gaya berbeda. Agak ngawur. Demikian harap maklum //
Setelah Bima menikahi Arimbi, maka pembangunan hutan Wanamarta jadi negara baru (ada pertanian, perkebunan, perumahan dst) dengan istana2 besar dan kecil, makin lancar. Arimbi mendatangkan tenaga dari Pringgadani untuk membantu. Banyak rakyat Hastina dan negara lain ikut bergabung di kawasan baru itu.
Dengan banyaknya lahan pertanian dan perkebunan, maka perlu hewan untuk mengerjakannya, seperti kerbau dan sapi. Maka ternak kerbau dan sapi jadi maju. Semakin banyak orang, diperlukan pasar, tempat OR, olah seni dan seterusnya.
Anak2 perlu sekolah dan guru. Maka banyak guru didatangkan, guru pelajaran sekolah umum, dan guru agama, guru OR, kesenian dsb. Pembangunan di hutan Wanamarta itu makin cepat bergulir, seperti bola salju. Kota di hutan Wanamarta yang kemudian diberi nama Amarta dan kang disebut Indraprasta menjadi semakin ramai.
Puntadewa yang dipanggil dengan nama Yudistira menempati istana utama di Amarta. Bima di istana atau Kasatrian Jodipadi, Arjuna yang sering disebut Dananjaya di istana atau Kasatrian, Pinten yang lebih banyak dipanggil Nakula di Sawojajar, Tangsen yang dikenal sebagai Sadewa bermarkas di Buweratalun.
Bima yang punya istana atau kasatrian Jodipati tinggal bersama Arimbi. Keluarga Arimbi di Pringgadani juga sering datang ke Jodipati. Arimbi statusnya juga sebagai raja Pringgadani menggantikan Arimba yang telah gugur di tangan Bima.
Walau ada yang tidak senang posisi Arimbi, namun karena UU di Pringgadani mengatakan pengganti Arimba adalah adik tertua, maka Arimbi yang berhak. Arimbi kadang berada di Jodiptai dan kadang berada di Pringgadani sebagai ratu. Jika Arimbi tidak berada di Pringgadani, maka urusan kerajaan dilaksanakan adik2nya.
Tidak diceritakan berapa lama Amarta berdiri dan berapa lama Bima menikah dengan Arimbi, namun kini Arimbi hamil tua dan waktunya melahirkan. Di Kasatrian Jodipati milik Bima banyak tamu. Kaum kerabat dan tetangga kumpul di sana. Mereka menunggu istri Bima, Arimbi yang segera melahirkan, karena menurut dokter kandungan yang menanganinya, Arimbi sudah saatnya melahirkan.
Mereka semua berdoa untuk keselamatan jabang bayi yang mau dilahirkan, tentu juga ibunya. Bima sendiri berjalan hilir mudik kesana-kemari stres menunggui istrinya yang mau melahirkan di kamar tidur yang sekarang berubah fungsi jadi ruang bersalin itu.
Akhirnya yang ditunggu datang juga. Jabang bayi lahir dengan selamat. Semua keluarga bergembira. Para dokter kandungan, dokter anak dan paramedis yang menangani persalinan semua merasa lega. Bayi lahir dengan sehat dan nampak gagah sekali.
Namun kegembiraan dokter berubah setelah ternyata tali pusar sulit dipotong. Mula2 digunting, tapi tidak bisa, memakai silet juga gagal. Berbagai pisau, cutter sudah dicoba tapi hasilnya nihil. Terjadilah kasak-kusuk mengenai hal ini, tali pusar belum juga bisa dipotong.
Akhirnya keluarga dan para tamu tahu hal itu. Merekapun dimintai tolong untuk memotong tali pusar itu. Berbagai senjata tajam, pedang, parang sampai keris dan tombak pusaka dipakai untuk memotong tapi tetap tidak bisa dipotong.
Arjuna yang datang membawa pusaka berupa keris, namun sarung atau warangkanya itu warangka dari senjata Kunta. Kerisnya bukan senjata kunta. Keris dicoba memotong, tapi tidak mempan. Iseng2 Arjuna menggunaka warangka, ternyata malah berhasil. Tali pusar putus. Hanya saja berhubung memotongnya dengan sekuat tenaga
Karena sewaktu dicoba dengan pelan2 tidak terpotong juga— warangka itu malah menancap dan masuk ke perut si jabang bayi. Hal ini membuat semua yang hadir jadi terkesima. Tapi anehnya si bayi malah tenang2 saja, seakan tidak merasa sakit.
Semua yang hadir, dokter anak, dokter bedah dan kandungan mengadakan rapat karena warangka yang masuk ke perut jabang bayi itu. Mereka sepakat, karena jabang bayi baik2 dan masih kecil, untuk mengambil warangka yang ada di dalam perut bayi akan diambil nanti kalau si bayi sudah besar, kasihan kalau harus dioperasi dan dibedah perutnya, apalagi ortunya tidak mau menanda tangani surat pernyataan anaknya boleh dioperasi.
Si bayi diberi nama Tetuka. Dia disebut juga Gatutkaca yang berasal dari kata gatam artinya kendi dan utkaca artinya kepala, sebab ketika lahir kepalanya berbentuk seperti kendi. Ada masalah lagi. Tetuka itu wajahnya jelek, tentu menurut ukuran orang Jodipati khususnya dan Amarta pada umumnya.
Terjadilah kasak-kusuk, wajah jelek ini tentu karena si Tetuka anaknya Dewi Arimbi yang dulu berwajah jelek. Wajah jelek Arimbi menurun ke anaknya. Sekali lagi jelek di sini menurut ukuran Amarta saat itu, sebab kalau menurut orang di Pringgandani –asal Dewi Arimbi– ya sudah cantik juga.
Bima, awalnya tidak mau mengawini Arimbi karena menurutnya wajahnya jelek (kalau menurut wayang, ujudnya raseksi, alias raksasa wanita, dan bergigi taring), tapi setelah Arimbi dioperasi plastic-atas prakarsa Dewi Kunti, ibunya Bima- dan menjadi cantik jelita dan seksi, barulah Bima mau mengawininya. Soal operasi plastik ini ada versi lain lagi dari proses perubahan Arimbi menjadi cantik.
Tetuka yang wajahnya jelek, kalau mau dioperasi platik seperti ibunya kasihan, masih bayi. Kalau dibiarkan setelah besar akan memalukan keluarga. Maka dokter di seantero Amarta dikumpulkan untuk memecahkan masalah ini. Ditemukanlah solusi. Dibuatlah masker, dibentuk dengan rapi dan teliti.
Mulut dirancang baik, hidung mancung, bibir juga baik, mata, alis dsb dibuat sebaik mungkin, segagah mungkin. Masker ini dibuat dari kulit yang didapat dari warga yang mau jadi donator dan diambil dari bagian pahanya, supaya didapat kulit mulus. Setelah masker jadi, masker dipasang diwajah Tetuka dengan perekat yang dibuat dari ramuan khusus dari binatang dan tumbuhan.
Setelah menempel dengan baik, maka masker ini akan menempel terus selamanya, sampai Tetuka dewasa dan tua kelak. Maka berubahlah wajah Tetuka, jadi sangat ganteng. Semua menjadi lega. Di versi dalang, ada yang mengatakan Gatutkaca berwajah raksasa dan bertaring, maka dipotonglah taring itu. Tentu dengan operasi. Operasi jaman wayang.
Telah dijelaskan, bahwa senjata untuk memotong tali pusar Gatutkaca adalah warangka senjata kunta. Mengapa Arjuna hanya membawa warangkanya? Ke mana senjatanya sendiri? Kita bahas di tulisan mendatang. Bersambung Jum’at depan…..; (Widharto KS-2017; dari grup FB-ILP)-FR