Monica pilot cantik lebih hidup saat di langit
Denpasar-Monika Anggreini, pilot wanita Maskapai AirAsia berbagi pengalaman di peringatan Hari Kartini. Ia merasa lebih ‘hidup’ ketika di udara. “Saya enjoy pekerjaan ini. Walau tanggung jawab besar tapi saya suka, saya happy ngejalaninya” katanya pada detikcom di Bandara Ngurah Rai, Bali (21/4/16).
Meski memilih profesi yang didominasi pria, tak menjadikan Monika patah arang. Terbukti 12 tahun bekerja, ia kini bisa jadi kapten pilot yang bertugas jadi komandan penerbangan. “Perjuangan saya bisa seperti sekarang, prosesnya lama, dilakukan dengan kemauan kuat, dan pantang menyerah. Ketika gagal, terus coba,” ujar perempuan kelahiran Jakarta itu.
Monika awalnya kuliah di Teknik Sipil namun keluar dan masuk sekolah pilot. Begitu selesai, ia tak bisa bekerja di maskapai dan kembali masuk kuliah. Hingga akhirnya 2004, cita2 Monika tercapai. Ia jadi pilot perempuan pertama Maskapai AirAsia Indonesia dan salah satu pilot wanita yang berposisi kapten.
Selain usaha tak kenal lelah, modal Monika doa. “Modalnya doa ibu. Itu modal saya. Sama Allah yang memberi jalan,” ucap dia. Pilot yang memiliki 9.000 jam terbang ini gatal jika lama tidak terbang bawa pesawat. Pengalaman itu kerap dirasakan ketika bertugas di darat, semisal kala ia tengah training.
“Saya merasa ‘hidup’ itu justru ketika ada di udara. Kalau terbang saya happy. Deg-degan ada di waktu2 tertentu. Kalau nggak terbang 2 minggu aja, kangen. Kayak ada yang kurang. Mungkin karena kebiasaan” cerita Monika.
Pilot cantik single ini bersyukur tidak pernah mengalami kejadian fatal ketika membawa pesawat. Namun Monika mengakui ada saat2 tertentu ketika keluarga merasa khawatir atas risiko pekerjaannya. Terutama ketika ada peristiwa kecelakaan pesawat. “Biasanya keluarga jadi neleponin, karena khawatir. Semua deg2an, tapi kalau ibu sudah tahu. Biasa karena hari2 saya kerjaannya begitu,” tuturnya.
“Alhamdulillah sampai kini aman2. Ikuti SOP aja. Insya Allah kalau ikuti semua baik2” lanjut Monika. Putri dari prajurit TNI AU ini sempat terpukul ketika peristiwa kecelakaan Pesawat AirAsia QZ 8501 akhir 2014. Namun itu tidak membuatnya takut atau trauma jadi penerbang komersil.
“Itu pukulan tersendiri, kita semua sedih, ada teman dan sahabat kita, keluarga besar AirAsia. Waktu itu saya dengar kabar setelah terbang dari Bali, awak kabin ada yang menangis. Tapi saya sebagai pimpinan, harus bisa menguatkan,” kisahnya.
Saat ini Monika baru merampungkan buku semi autobiografi. Buku berisi dunia penerbangan. Ia harap di peringatan Hari Kartini, perempuan Indonesia bisa memaknai perjuangan emansipasi wanita secara bijaksana. Lalu, pengalaman berkesan apa yang dirasakan selama jadi pilot?
“Terbang dari Toulouse, Prancis. Penerbangan saya paling jauh. Waktu bawa pesawat baru ke Indonesia” jawab Monika. (elz/bag; Reza Astari Retaduari; http://news.detik.com/berita/3193923/kapten-monika-pilot-cantik-yang-merasa-lebih-hidup-saat-di-langit)-FatchurR