Sekarang muncul AQ
Setelah ada IQ, EQ, SQ, sekarang muncul yang namanya AQ (Adversity Quotient).
Mungkin cocok untuk mulai memperhatikan cucu kita. Suatu saat kita akan meninggalkan mereka, jadi jangan mainkan semua peran.
Kita tak pernah tahu, anak kita akan ke bagian bumi mana nanti, maka izinkan dia belajar menyelesaikan masalahnya sendiri . Jangan mainkan semua peran, ya jadi ibu, ya jadi koki, ya jadi tukang cuci. ya jadi ayah, ya jadi supir, ya jadi tukang ledeng, Anda bukan anggota tim SAR. Anak anda tidak dalam bahaya. Tidak ada sinyal S.O.S. Jangan memaksa untuk membantu dan memperbaiki semuanya.
Anak mengeluh karena mainan puzzlenya tidak bisa nyambung menjadi satu, “Sini…Ayah bantu!”.
Tutup botol minum sedikit susah dibuka, “Sini…Mama saja”.
Tali sepatu sulit diikat, “Sini…Ayah ikatkan”.
Kecipratan sedikit minyak “Sudah sini, Mama aja yang masak”.
Kapan anaknya bisa?
Kalau bala bantuan muncul tanpa ada bencana, apa yang terjadi ketika bencana benar² datang?
Berikan anak² kesempatan menemukan solusinya sendiri. Kemampuan menangani stress, Menyelesaikan masalah, dan mencari solusi, merupakan keterampilan/skill yang wajib dimiliki.
Skill ini harus dilatih untuk bisa terampil, karena skill ini tidak muncul begitu saja dengan simsalabim. Kemampuan menyelesaikan masalah dan bertahan dalam kesulitan tanpa menyerah bisa berdampak sampai puluhan tahun ke depan. Bukan saja bisa membuat seseorang lulus sekolah tinggi, tapi juga lulus melewati ujian badai pernikahan dan kehidupannya kelak.
Tampaknya sepele, apalah salahnya kita bantu anak? Tapi jika anda bergegas menyelamatkan dari segala kesulitan, dia jadi ringkih dan mudah layu. Sakit sedikit, mengeluh. Berantem sedikit, minta cerai. Masalah sedikit, jadi gila. Jika anda menghabiskan banyak waktu, perhatian, dan uang untuk IQ nya, maka habiskan pula hal yang sama untuk AQ nya.
AQ? Apa itu? ADVERSITY QUOTIENT
Menurut Paul G. Stoltz, AQ adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami. Bukankah kecerdasan ini lebih penting dari IQ, untuk menghadapi masalah sehari-hari?
Perasaan mampu melewati ujian itu luar biasa nikmatnya. Bisa menyelesaikan masalah, mulai dari hal yang sederhana sampai sulit, membuat diri makin percaya minta tolong hanya dilakukan ketika kita benar² tidak sanggup lagi.
Izinkanlah anak anda melewati kesulitan hidup. Tidak masalah anak mengalami sedikit luka, sedikit menangis, sedikit kecewa, sedikit telat, dan sedikit kehujanan. Tahan lidah, tangan dan hati dari membantu. Ajari mereka menangani frustrasi. Kalau anda selalu jadi ibu peri atau guardian angel, Apa yang terjadi jika anda tak bernafas lagi esok hari? Bisa² anak anda ikut mati.
Sulit untuk tidak mengintervensi, Ketika melihat anak sendiri susah, sakit dan sedih. Apalagi menjadi orangtua, insting pertama adalah melindungi, Jadi melatih AQ ini ujian kita sebagai orangtua.
Kata lain dari AQ adalah Mental Toughness (Ketangguhan Mental). Banyak orang yang hari ini tidak punya AQ karena tidak pernah berkesempatan melatih AQ-nya saat masa tumbuh. Hasilnya, kita mudah menyerah, tidak fokus, tidak disiplin, sukar memotivasi diri, dan tidak bisa kerjasama dengan orang lain.
Tapi sadarilah, hidup tidaklah mudah, masalah akan selalu ada. Dan mereka harus bisa bertahan. Melewati hujan, badai, dan kesulitan, yang kadang tidak bisa dihindari. Untuk itu, kita perlu mengukur seberapa tangguh kita sekarang dan melatih mental kita.
Supaya tangguh bak atlet peraih emas olimpiade, yang selalu tenang dan rileks saat bertanding walau disorot ratusan media televisi, bisa tetap fokus meraih emas dengan penuh percaya diri, serta bangkit dari kegagalan di masa lalu. Selamat berjuang mencetak pribadi kokoh dan mandiri. (Taufik Hasan-72; By : Ibu Elly Risman; Senior Psikolog dan Konsultan, UI; diedit dari bit.ly/mentalkutangguh dan
https://kissparry.blogspot.co.id/2017/02/setelah-iq-eq-sq-sekarang-muncul-aq-apa.html)-FR