Buah Jeruk dan bersyukur
Suatu hari seorang suami membeli Buah Jeruk untuk istrinya. Saat disantap ternyata Buah Jeruk tersebut terasa hambar dan kecut. Maka si isteri pun marah.
Si suami menanggapi dengan tenang amarah istrinya itu, setelah selesai di dengarkan amarahnya, beliau bertanya dengan halus:
“Kepada siapakah kau marah wahai istriku? Kepada pedagang buahnya kah? atau kepada pembelinya?
atau kepada petani yang menanamnya? ataukah kepada yang Menciptakan Buah Jeruk itu?” Tanya si suami
Si isteri terdiam. Sembari tersenyum si suami melanjutkan perkataannya: “Seorang pedagang tidak menjual sesuatu kecuali yang terbaik. Seorang pembeli pun pasti membeli sesuatu yang terbaik pula.
Begitu pula seorang petani, tentu ia akan merawat tanamannya agar bisa menghasilkan yang terbaik.
Maka sasaran kemarahanmu berikutnya yang tersisa, tidak lain hanya kepada yang Menciptakan Buah Jeruk itu.”. (Haris Benyamin; dari grup WA-VN)-FR