Waspadalah pada pengobatan lain
Baru2 ini Kemenkes tergugah menertibkan peredaran iklan2 kesehatan yang merugikan karena terbukti tidak benar. Tiap kali memberi seminar, pertanyaan ihwal pengobatan alternatif selalu muncul. Dan itu yang selama ini bikin saya prihatin. Makin subur terapi alternatif, makin tersesat pasien berobat.
Hampir tiap hari beredar broadcast di medsos ihwal terapi yang tidak jelas. Bawang putih dicampur jahe dan kismis direndam anggur merah bisa merontokkan tumpukan lemak pembuluh jantung. Untuk tujuan sama bisa dengan minum air kelapa porsi besar 2 minggu. Jamur kuping menurunkan kolesterol.
Buah atep menyembuhkan penyakit lutut, kalung menyembuhkan stroke, gelang mengobati encok, banyak lagi yang tidak bernalar medis, ini terbilang dark number. Tidak tercatat pasien2 yang jadi korban. Mengapa semua itu bohong?
Medis belum menemukan obat/cara meluruhkan tumpukan lemak (plaque) yang melekat erat pada pembuluh darah, selain dikerok. Cara mengerok pun belum ditemukan. Juga belum ada bukti ilmiah racikan di atas dan jamur kuping menurunkan kolesterol. Penyakit lutut lebih dari satu, buah atep belum punya bukti ilmiah, dan buah atep untuk penyakit lutut yang mana?
Agar sembuh dari stroke, sel otak yang mati akibat serangan stroke harus dihidupkan kembali. Hebatnya kalung berkhasiat terhadap kondisi sel otak yang mati, ketika medis belum temukan obat dan caranya. Encok ada ber-macam2, Kok gelang berkhasiat bisa menyembuhkan, misalnya encok sebab asam urat, atau encok sebab kelainan darah yang seturut medis hanya bisa dilawan dengan obat.
Tak sedikit pasien tersesat berobat, disinyalir, banyak pasien kanker gagal ditolong medis karena mmereka mampir dulu di orang pinter, atau pilih terapi entah apa. Saat kanker stadium awal, mestinya mudah medis menyembuhkan. Karena mampir dulu di orang pinter, ber-tahun2 dan mahal, lalu tidak sembuh, baru beralih ke dokter. Dokter angkat tangan karena kankernya telanjur lanjut.
Belajar Skeptik Terhadap Pengobatan
Masyarakat perlu belajar skeptis pada tawaran2 pengobatan nonmedis yang marak di iklan medsos, selain program yang masih tayang di TV. Alih2 menyembuhkan, malah justru merugikan, kalau bukan pasien telanjur kehilangan nyawa. Kalau ada yang sembuh, di mata medis tidak sahih, karena yang tidak sembuh jauh lebih banyak.
Pasien diabetik bisa sembuh dari sandal berduri di iklan TV, setelah dipakai gula darahnya melonjak, berujung komplikasi ginjal, lalu wafat akibat gagal ginjal, lantaran keliru pilih berobat. Sayangnya tidak ada yang memberi tahu masyarakat agar tak cepat percaya iklan berobat. Sejatinya tidak sederhana mengobati. Dunia medis perlu puluhan tahun temukan obat. Tak cukup bukti berkhasiat.
Berkhasiat saja tapi tidak aman, belum boleh jadi obat. Terapi alternative, Bahannya berkhasiat, jamu, herbal, atau cara entah apa hanya dilihat sisi berkhasiatnya. Kasus harus cangkok ginjal sehabis bulanan minum obat cina encok, membuktikan kendati pakai bahan alami, obat cina itu belum tentu aman. Banyak herbal di Thailand dan Jepang ditarik karena tidak aman.
Bahan berkhasiat jahe hutan (aristolochiaceae) yang dipakai ramuan cina, bertabiat merusak ginjal selain mencetuskan kanker. Waspadai cara terapi atau penyembuhan nonmedis dengan alat yang kini banyak ditawarkan. Tubuh kita ada listriknya. Pastikan peralatan nonmedis memanfaatkan listrik atau magnet yang digunakan tidak berpengaruh buruk terhadap listrik tubuh.
Apalagi kalau terapi sampai memasukkan suatu zat ke tubuh (invasive), adakah izin menggunakannya? Demi melindungi pasien, kita mengacu pada Badan Pengawasan Obat (FDA). Bukan sedikit pasien kita tertipu kursi berlistrik mengobati penyakit apa saja, dan belakangan baru ketahuan kalau itu bohong. Logika medisnya, makin banyak klaim penyakit yang bisa disembuhkan, makin banyak bohongnya.
Nalar medisnya : Tidak ada satu obat/cara untuk segala penyakit. Klaim terapi alternatif atau sejenisnya menjanjikan bisa penyembuhan penyakit apa saja. Nalar medisnya tidak mungkin. Setiap penyakit punya mekanisme masing2. Tensi darah meninggi beda mekanismenya dengan kejadian tensi rendah. Mana mungkin satu bahan berkhasiat bisa mengatasi tensi tinggi sekaligus bisa pula untuk tensi rendah.
Juga kasus keputihan, ada 3 penyebabnya. Mana mungkin sebuah ramuan menyembuhkan ketiganya. Kita perlu terbiasa bernalar medis. Termasuk mampu skeptis menyanggah klaim alternatif yang bisa menyembuhkan, padahal dunia medik belum menemukan obatnya. Kalau bisa menyembuhkan yang dunia medis belum ada obatnya, tentu sudah dapat Hadiah Nobel. Nyatanya kan tidak.
Perlu Bukti Ilmiah
Apapun bahan berkhasiat, ramuan, herbal, atau cara terapi yang mengklaim bisa menyembuhkan, perlu ditagih bukti ilmiah (evidence based) apakah benar berkhasiat. Benar berkhasiat saja namun tidak aman, tetap tidak boleh diterima sebagai obat. Tidak sedikit bahan yang mengaku berkhasiat yang beredar di pasar, sudah terbukti berkhasiat.
Kita kenal bahan berkhasiat masih kasar (raw material) yang belum teruji khasiatnya, baru naik kelas jadi herbal setelah uji khasiat dan uji hewan, dan lalu naik kelas lagi jadi phytopharmaca setelah menempuh protokoler uji lengkap, sebelum diterima jadi obat. Logika medisnya phytopharmaca yang terbilang obat
Bawang putih diterima karena ada zat berkhasiatnya. Di balik zat berkhasiat bawang putih, terkandung zat yang tidak berkhasiat, yang merugikan tubuh. Kita perlu buang zat yang merugikan supaya aman. Untuk menyaripatikan hanya zat berkhasiat, perlu teknologi.
Untuk teknologi itu kita bayar lebih mahal kapsul bawang putih yang hilang bau dan hilang pula zat yang merangsang lambung. Itu berarti tidak benar satu siung bawang putih tunggal-lanang sama khasiatnya dengan satu kapsul bawang putih murni yang untuk membuatnya satu dosis, perlu beberapa siung.
Buah pace itu berkhasiat. Perlu buah pace berderajat kematangan, pemanasan tertentu, selain dari spesies tertentu untuk memberi khasiat mengkudu optimal. Maka ekstrak buah Noni jauh lebih mahal dari sekadar buah mengkudu yang dipetik dari pohon. Jadi tidak sesederhana itu khasiat buah pace. Apakah zat berkhasiat bawang putih dan buah pace bisa Sembuhkan penyakit apa saja, itu salah kaprah.
Ikan gabus sekarang jadi mahal hanya karena kandungan albuminnya tinggi. Karena albumin dibutuhkan kasus gagal ginjal, maka diklaim semua kasus ginjal bisa disembuhkan dengan ikan gabus dan diklaim bisa membersihkan ginjal, padahal sejatinya ginjal tidak perlu dibersihkan.
Terapi Alternatif Dijadikan Industri
Pihak industri memanfaatkan isu zat berkhasiat suatu bahan alam sebagai bisnis. Hanya karena bahan alam mengandung zat antioxidan, misalnya, dan penyebab kanker kekurangan antioxidan, maka dianggap mengonsumsi antioxidan bisa menyembuhkan kanker. Logika medisnya tidak demikian.
Banyak tawaran terapi alternatif yang tidak nalar. Kasus tidak punya anak, lebih sepuluh penyebabnya, pada suami dan pada istri. Bagaimana cara, atau suatu ramuan, bisa mengatasi semua penyebabnya, tak mungkin. Diabetes hanya bisa dikendalikan, sembuh total perlu teknologi stem-cell. Jadi bohong kalau ada obat/alternatif yang mengaku bisa menyembuhkan kencing manis.
Dunia medis bukan menafikan terapi alternatif. Ada sekelompok terapi atau healing alternatif yang diterima medik sebagai complementary alternative medicine, termasuk acupuncture, acupressure, homeopathy, chiropractic, untuk menyebut beberapa. Tidak tiap alternatif bisa diterima karena belum tentu masuk akal medis.
Berobat yang pasti saja. Kalau dunia medis punya obat dan caranya, kenapa susah payah cari obat lain yang belum jelas. Susahnya, kita kebanjiran iming2 berobat yang tak jelas, yang bebas beredar di iklan media massa, selain tayangan TV. Masih ada TV kita tayangkan pengobatan dan penyembuhan yang tidak jelas. Ini catatan buat Kemenkes.
Di Negara lain, bukan dokter yang menganjurkan obat tertentu, ada regulasinya. Di negeri kita, bukan dokter bebas menawarkan program diet, program terapi, sampai yang invasive ke masyarakat, tanpa ada pasal hukumnya. Sekalipun disinyalir ada korbannya, siapa saja di negara kita bisa bertindak seperti profesi dokter. Ini catatan lain buat IDI. (Soegito dari grup WA-W9 sumber dari DR Handrawan Nadesul)
Monggo lengkapnya klik aja : (http://gkipi.org/jangan-terus-membohongi-pasien/)-FR