Menggapai sukses dengan sebelumnya Jatuh bangun
Belajar bisa dari manapun, agar anda para Pepeng (Pensiunan Pengusaha) bisa dijalur yang benar untuk mencapai sukses. Yuk kita intip cuplikan dari pengusahamuslim.com yang bertema Sukses itu tidak instan
Banyak yang berambisi ingin kaya hingga cari cara2 instan. Walau cara haram tetap diterjang. Ada yang terjebak tema2 menggiurkan sehingga banyak yang jadi korban omong kosong motivator. Saking semangatnya mereka tak berfikir untung rugi. Kalau kita hanya menangkap enaknya hidup sukses, tanpa melihat “proses” yang ber-darah2 bisa jadi akan kena getahnya.
Coba tengok kisah perjuangan seseorang yang butuh proses lama. Kisah ini merubah paradigma kita bahwa yang kita butuhkan “proses kesuksesan” dan keistiqomahan. Saya nukil kisahnya :
Kisah ini dari dialog seorang kawan. Diringkas dengan penataan bahasa agar mudah dipahami.
Dialah Abuanis Asyakirin, beliau ceritakan sejarah memulai usaha. Saya dari keluarga PNS, dari kakek, bapak, paman, adik2 semua PNS. Saat saya kerja di swasta, ortu kurang suka, apalagi saat saya mau berdagang. Saya yakin ortu dan istri butuh 3 tahunan hingga mereka ngga’ keberatan
Dulu, lepas dari kerja (mundur/setengah nekat) saya kelilingan jualan kopi pakai sepeda motor, awalnya mau nawarin ke toko ragu2, malu kalau ditolak. Perasaan begini saya rasakan 6 bulanan, setelah itu terbiasa. Sempat jatuh-bangun, gonta-ganti dagangan, Alhamdulillah setelah 6 tahun, saya punya karyawan dan beberapa usaha.
Dulu saya mengundurkan diri dari perusahaan setelah kerja 12 tahun dan dapat pesangon 18 juta. Pesangon itu untuk dagang keliling, gonta-ganti dagangan, keliling pakai motor 2 tahun malah uang pesangon habis ngga’ ada sisa.
Tapi Alhamdulillah saat ngga’ ada uang itu Allah menolong dengan menjadikan saya tidak ada rasa malu menawarkan dagangan, ngga’ ada rasa gengsi (menagih bon) barang ke juragan, dan lebih semangat lagi dalam ikhtiar. Saya mulai dagang keliling pakai motor (2002), walau dagangan saya tetep mulai keliling seperti orang kerja di perusahaan.
Berangkat jam 08:00, istirahat pas sholat zhuhur dan ‘Ashr, pulang ke rumah jam 17:00 sore. Mau hujan, kemarau, saat puasa tetap begitu. Keliling seharian untung 2600 perak, 5000 perak, saat awal dah biasa, disyukuri. Kalau sampai rumah tetap berwajah ceria. Jika istri bertanya “Gimana Bah ?”
Saya jawab, “Alhamdulillah untung, nih buat belanja” (sambil kasihkan 30ribu). Padahal untung hari itu cuma 4000 perak, tapi istri ga‘ tahu, biar dia ga’ sedih. Yang sedih cukup saya dalam hati. Tinggal nunggu malam, mengadu sama Allah. Akhirnya bisa punya usaha sendiri, dari dibantu 1 orang karyawan, 4 orang, 13 orang, hingga 26 orang.
Jatuh – bangun pernah saya alami, mulai dari dicurangi karyawan (nilep uang), langganan kabur (gak bayar) sampe diingkari rekanan dan rugi 950 juta. Dan berjuang dari nol lagi. Alhamdulillah keyakinan baik terus ke Allah dan jangan patah semangat, ikhtiar terus dengan ikhlas, kalau belum ada hasil, asal ikhlas, insya Allah sudah dapat pahala.
Bayangkan, Abu Anis butuh 6 tahun untuk mandiri dengan modal pesangon yang besar dan itu harus jatuh bangun. Saatnya ubah persepsi kita bahwa kita butuh “proses dalam menuju kesuksesan” (Abu Azzam Mubarok)
Monggo lengkapnya klik aja : (http://pengusahamuslim.com/4380-jatuh-bangun-menggapai-kesuksesan.html)-FatchurR