Perihal Hadits 10: Bendaharawan Hadits (TA 239)
Sebagai manusia, Nabi Muhammad pernah juga membuat kesalahan, namun sebagai Nabi, atas kesalahannya beliau segera di-ingatkan dan dibetulkan oleh Allah SWT. Salah satu kesalahan Nabi SAW adalah saat gossip merebak di Madinah tentang istri beliau yang ketiga, Aisyah binti Abu Bakar.
Saat itu, tahun 628, usai perang dengan Bani Mustaliq, dalam perjalanan pulang ke Madinah, Aisyiah tertinggal oleh rombongan, karena para pemikul mengira bahwa istri Nabi itu masih di dalam tandu. Aisyah kemudian tertidur di bawah pohon kurma. Kebetulan lewatlah Shafwan bin Muaththal, yang terkejut melihat Ummul mukminin sendirian.
Aisyah dipersilahkan naik unta, sedang Shafwan menuntun untanya. Pemandangan ganjil ini tentu mengundang tanda tanya bagi penduduk Madinah yang melihatnya dan segera tersebar desas-desus yang tidak pantas atas keduanya. Kesempatan ini dimanfaatkan sepenuhnya oleh kaum munafik Madinah untuk makin mengobarkan api fitnah.
Nabi Muhammad SAW yang sempat bimbang, kemudian diingatkan Allah dengan turunnya ayat ke 11 surat An Nur (QS 24: 11),
“Orang yang membawa berita bohong itu dari golongan kamu juga. Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian terbesar (dari dosa yang diperbuatnya), dia mendapat azab yang besar (pula)”.
Tidak kurang dari 9 ayat kemudian sampai ke An Nur ayat 20, Allah membersihkan nama Aisyah dan mengingatkan Rasul (dan juga kita semua ummat beliau) akan kesalahan ini dan agar berhati-hati dalam melontarkan tuduhan.
Kehidupan Aisyah ini bisa dibagi 3 periode, pertama saat Aisyah dalam asuhan ibu bapaknya Abu Bakar, periode menjadi istri Rasul (9 tahun) dan periode kedua sepeninggal Nabi sampai meninggalnya Nabi saat Aisyah usia 18 tahun dan periode ke-3 sepeninggal Nabi sampai wafatnya beliau di usia 64 tahun.
Saat itulah berkat kecerdasan pikiran dan kekuatan hapalannya, menjadi salah satu rujukan orang belajar agama, juga hadits. Aisyiah adalah satu diantara tujuh orang yang disebut Bendaharawan Hadits, yaitu sahabat yang meriwayatkan lebih dari 1000 Hadits. AIsyah sendiri meriwayatkan 2210 Hadits.
Bendaharawan Hadits terakhir adalah Abu Said Al Khudry yang meriwayatkan 1120 Hadits. Sejak muda Abu Said telah menjadi ahli Fiqh. Ia kemudian terkenal dengan Kun-Yah hadits, nama asal-usul para perawi hadits. Abu Said ah ahli penelusuran nama-nama para perawi hadits. Abu Said wafat pada tahun 693 M atau 74 H. (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR