The Blind Spot-Breaking The Habits Training
Di semua cabang seni dan OR, peran pelatih sangat membantu mereka dalam mengeluarkan potensi jadi prestasi. Bahkan petinju legendaries sehebat Moh Ali, juga memiliki pelatih yaitu Angelo Dundee yang membantu Moh Ali menjadi juara dunia tiga kali.
Padahal jika mereka berdua disuruh bertanding, sangat jelas bahwa Angelo Dundee tidak akan bisa memenangkannya. Mungkin kita bertanya-tanya mengapa Moh Ali butuh pelatih kalau jelas dia pasti menang melawan pelatihnya?
Bahwa Moh Ali perlu pelatih bukan karena pelatihnya lebih hebat, tapi karena ia butuh seseorang untuk “melihat hal2 yang tak dapat dia lihat sendiri.” Hal2 yang tidak dapat kita lihat mata sendiri itu disebut dengan Blind Spot, atau Titik Buta. Kita hanya bisa melihat Blind Spot dengan bantuan orang lain.
Dalam hidup kita butuh orang lain mengawal kehidupan kita, sekaligus mengingatkan kita seandainya prioritas hidup kita mulai bergeser. Kita butuh orang lain yang mampu menasihati, mengritik, mengingatkan, dan menegur, jika kita melakukan sesuatu yang keliru, yang mungkin tak kita sadari.
Kita bukan manusia sempurna. Dalam kehidupan se-hari2, kita butuh kerendahan hati untuk siap menerima kritik, saran, nasihat, dan teguran dari orang lain. Itu yang justru menyelamatkan. Jadi, biarkan orang lain jadi mata di area Blind Spot kita, sehingga kita bisa melihat apa yang tidak bisa kita lihat dengan pandangan kita sendiri.
Sahabatku,
Apakah Anda tidak merasa khawatir jika suatu saat nanti bangsa kita akan menjadi bangsa yang lemah, tidak lagi bisa berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan?
Begitu pentingnya Breaking The Habits menyentuh dan menggugah bagi tiap diri manusia agar berperan menjawab tantangan zaman, mengubah karakter bangsa menuju masyarakat yang bersih dan bermartabat. Butuh waktu dan usaha yang tidak sedikit, dan inilah saat terbaik untuk mendobraknya.
*“BREAKING THE HABITS”* Training ….., akan memaksimalkan potensi Anda dalam menata hati, merajut pikiran dan mengolah jiwa. Mensinkronkan antara ucapan dan tindakan, sehingga terbentuk jiwa yang tenang, ikhlas, sabar, peduli, dan rendah hati. Memiliki visi yang tajam, mampu keluar dari kumpulan orang-orang biasa, dan mampu melihat melampaui batas yang terlihat.
(Bandung, 31 Januari 2018; Wassalam, Muchtar A.F; www.startc.co)-FR