Embun Pagi-Denyut Dimulai Dari Surau
Kehidupan mulai berdenyut ketika adzan subuh berkumandang memecah keheningan malam. Ketika Allah memanggil, selimut ditanggalkan, tangan dibasuh, mulut dibersihkan, muka disegarkan, lengan, rambut, daun telinga dan kaki dibasahkan.
Pintu2 rumah berderit terbuka dan sosok2 bersarung-peci, ber-mukena putih bersembulan pelahan berjalan sendiri atau berduyun menuju ke satu titik: Surau. Dari empat penjuru, tua, muda, laki-laki, perempuan, anak2 berjalan tanpa suara, hanya terdengar desis dzikir tunduk patuh akan perintah-Nya.
Lampu-lampu berpendar di teras maupun bagian dalam Surau. Gemericik tempat wudhu riang mengucurkan airnya yang teramat dingin, melarutkan noda dan dosa yang masih melekat menjadi bersih kembali. Terompah, sandal berjajar di undakan teras. Semua duduk tertib menunggu komando.
Tabir hijau memisahkan jamaah laki dan perempuan. Umat Muhammad duduk tertib menunggu. Anak-anak pun duduk tenang, masih terlalu mengantuk untuk bercanda. Ketika Imam datang, terbungkuk-bungkut menyalami tamu-tamu Allah, iqamahpun keras meneriakan komando. Dalam hitungan detik, barisan rapih berjajar rapat. Allahu Akbar.
Salam-pun akhirnya diucapkan sambil mata memandang jauh kea rah ujung jalan disebelah kanan, kemudian jauh pula kearah kiri, rumpun bambu, ladang dan pucuk kelapa, tunailah pundi-pundi tabungan amal. Jabat tangan, salam diantara jama-ah-pun mengakrabkan awal perjumpaan.
Setelah berdoa, satu persatu tamu Surau meninggalkan tempat pertemuan, bergegas dengan kesibukan masing2 mengais karunia rezeki. Beberapa masih tinggal berdoa. Ada pula yang tinggal menanti sampai saat syuruk. Ketika matahari terbit, lampu suraupun dimatikan, pintu pagarpun ditutup. Surau sepi kembali, tapi langit sudah mulai cerah, di arah timur, awan tipis berkilau menyambut hari baru ……….. selamat pagi. . (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR