Psikologi

Musafir Cerdas

(republika.co.id)-JAKARTA;  Seorang musafir lewat di kampung. Ia lihat penduduk lagi berkumpul ramai sekali. Mereka sepertinya lagi mengadakan musyawarah besar. Setelah cari tahu, ternyata penduduk  lagi membicarakan siapa yang mau menjadi ketua kampung.

 

Ia heran, kenapa orang2 justru mencari siapa yang mau jadi pemimpin, karena menurut kebiasaan orang berebut jadi pemimpin. Rupanya ada tradisi aneh di kampung itu. Setiap pemimpin selesai menjalankan tugas, ia akan dibuang ke tempat yang berbahaya. Di padang pasir yang dipenuhi binatang buas dan berbisa. Setiap orang yang masuk ke sana mustahil bisa keluar  selamat.

 

Setelah berpikir sejenak ia tawarkan diri jadi pemimpin di kampung itu. Penduduk heran sekaligus senang. Dengan penuh yakin ia menanda tangani perjanjian jadi pemimpin dan siap dibuang setelah 10 tahun menjalankan tugas. Musafir ini cerdas. Pantas dia berani menawarkan jadi pemimpin di negeri itu.

 

Di tahun ke-1 dan ke-2 ia kumpulkan dana besar. Tahun ke-3 dia tugaskan membuat jalan ke padang pasir tempat pembuangannya. Tahun ke-4 ia bersihkan tempat itu dari hewan buas dan berbisa. Tahun ke-5 ia perintahkan mengalirkan air dan menanaminya dengan berbagaimacam tumbuh-tumbuhan.

 

Tahun ke-6 sampai ke-8 ia menyulap daerah itu jadi kota yang megah dan membuat istana indah untuk tempat ia ketika dibuang nanti. Akhirnya tahun ke-9 ia justru merindukan jabatannya segera berakhir, karena ia tidak sabaran lagi untuk menempati rumah masa depannya.

 

Itulah gambaran dunia dan akhirat bagi yang sadar. Orang yang merasa cemas pada kematian karena ia membiarkan rumah masa depannya dipenuhi binatang buas dan berbisa. Rumahnya hancur berantakan, bahkan dipenuhi api.

 

Tapi bila kita persiapkan segala amal shaleh, justru akan membuat kerinduan untuk segera menuju ke sana. Ia malah merasa asing dan tidak betah di dunia yang fana ini, karena harap menempati kampung nan indah di seberang sana.

 

Orang yang cerdas itu yang mempersiapkan diri untuk kehidupan yang tiada berakhir. Orang yang teramat bodoh itu yang mengorbankan kehidupan yang abadi demi kesenangan yang hanya sekejap.

 

(Ustaz Bachtiar Nasir; Red; Agung Sasongko; Bahan dari : Salingsapa.com dan

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/15/12/16/nzexdy313-yukmenjadi-musafir-cerdas)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close