Vietnam Jadi Pembanding Keberhasilan Penanganan Covid-19
(merdeka.com)-Kerjasama antar negara anggota ASEAN (Association of Southeast Asian Nations ) dalam mengatasi pandemi Covid-19, dinilai responsif di dunia internasional. Karena itu, Kemenlu menilai, peningkatan kerjasama antar negara jadi kata kunci bagi dunia menghadapi pandemi ini.
“ASEAN dipuji internasional karena dinilai responsif menanggulangi Covid-19. Ini dibuktikan digelarnya kegiatan Special ASEAN Summit for Covid-19 di awal Juni-2020” ujar Carolina Tinangon, Direktur Kerja Sama Eksternal ASEAN, Kemenlu, di seminar daring (webinar) bertajuk ‘ASEAN Menyongsong Era New Normal: Kontribusi dan Inovasi Perguruan Tinggi’ oleh Universitas Jember (Unej) (13/07).
Hingga kini ASEAN berupaya meningkatkan kerjasama diantara negara anggota dan antara ASEAN dengan negara lain. “Bentuk kerjasama itu diantaranya kerjasama pelacakan (tracing) pasien Covid-19 yang melakukan perjalanan antar negara, kerjasama antar epidemiolog se-ASEAN dan kerjasama antara ASEAN dengan Rusia untuk menemukan vaksin Covid-19,” lanjutnya.
Pandemi Covid-19 memukul sektor kehidupan di dunia, salah satunya pendidikan. Di Thailand, pemerintahnya merancang kebijakan khusus di tingkat perguruan tinggi. Ini terkait pembatasan tatap muka mencegah penyebaran Covid-19.
“Thailand merancang perkuliahan blended and flexible learning, dan 70% perkuliahan daring, 20% tatap muka dan sisanya pendalaman teori dasar oleh mahasiswa. `Thailand mendorong perguruan tinggi meriset intensif Covid-19, misalnya riset vaksin di Chulalongkorn University yang 2021 diujicoba ke manusia,” kata Prof. Mustari, Atase Dikbud Kedubes RI di Thailand, dalam kesempatan yang sama.
Ada pelajaran penting bisa dipetik dari penanganan Covid-19 oleh beberapa negara di Asia Tenggara. Salah satunya  Vietnam yang dinilai berhasil menekan penyebaran Covid-19 sejak awal.
“Kita bisa belajar ke Vietnam yang sukses menekan penderitanya, dengan me-lockdown tegas dan pelacakan yang cermat. Vietnam banyak belajar penanganan pandemi SARS pada 2002 yang banyak makan korban jiwa di Vietnam,” jelas Abubakar Eby Hara, pengamat Hubungan Internasional FISIP (Unej.
Dari kajian yang ia lakukan, Abubakar menilai, bentuk dan sistem pemerintahan negara tak selalu berkorelasi kesuksesan penanganan Covid-19. “Buktinya Vietnam yang komunis berhasil menekan angka kematian akibat Covid-19,” ujar pria yang Ketua Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Cabang Jember ini.
Berdasarkan kajian yang sama atas penanganan Covid-19 di negara anggota ASEAN, Abubakar menilai 3 faktor yang jadi penentu kemampuan negara mampu menangani Covid-19. Ketiga faktor itu yakni State Capacity (kemampuan negara), Social Trust (kepercayaan sosial) dan Leadership (Kepemimpinan).
“Kapasitas negara ini kaitannya kemampuan birokrasi negara, khususnya birokrasi kesehatan menangani Covid-19. Termasuk bagaimana negara memfasilitasi kesehatan dan bantuan ke warganya yang terkena Covid-19,” jelas Abubakar.
Faktor kedua social trust atau rasa percaya di masyarakat  dalam membangun persatuan dan kesatuan. Social trust ini digalakkan di negara ASEAN untuk membentuk kesetiakawanan nasional menghadapi  Covid-19 yang mengubah sendi kehidupan sosial.
Faktor terakhir leadership, yakni kemampuan pemimpin membuat keputusan yang baik dan tepat dalam menangani Covid-19, berdasarkan kajian ilmiah dan bukan untuk kepentingan politik tertentu.
“Sayangnya ada negara ASEAN yang tensi politiknya memanas di saat penanganan Covid-19 seperti Filipina dan Kamboja. Ini karena kepala negara memakai UU darurat untuk memperkuat posisi politiknya,” tutur Abubakar.
(ded; Muhammad Permana;Â Bahan dari : https://www.merdeka.com/peristiwa/vietnam-bisa-menjadi-pembanding-keberhasilan-penanganan-covid-19.html)-FatchurR *