Kesehatan

Ciri Alergi Kafein Kopi Dan Penyebabnya

(republika.co.id)- JAKARTA; Jika satu cangkir kopi membuat kita gelisah, gemetar, atau cemas, mungkin kita tidak bisa mengkonsumsi kafein. Sensitivitas Kafein dapat disebabkan   faktor seperti genetika dan kehamilan.

Meski tak berbahaya, namun berisiko iritasi dan tidak nyaman. Ketahuilah penyebab sensitivitas kafein, gejalanya, dan cara mengobatinya. Sensitivitas kafein saat kita terdampak kafein dengan cepat atau saat mengkonsumsi dalam jumlah sedikit. “Sensitif pada kafein menyebabkan terasa efek kafein jauh lebih intens, daripada yang tidak sensitif,” kata ahli gizi dan ahli diet berlisensi di Sprint Kitchen, Morgyn Clair.

Bagi sebagian orang, secangkir kopi bisa seperti minum 3-4 cangkir. Genetika itu alasan utama sensitivitas kafein. Enzim di hati kita bertanggung jawab atas 95% metabolisme kafein tubuh. Ada 2 enzim ini, dan pembawa untuk satu versi mungkin memetabolisme kafein lebih lambat, sehingga efeknya lebih lama.

“Selain itu, reseptor di otak kita mungkin lebih mudah menempel pada molekul kafein,” kata perawat berlisensi dan pendidik perawat di Nurse Together, Jenna Liphart Rhoads, PhD.

Penyebab sensitivitas kafein

  • Usia. Studi 2017, kejadian insomnia yang diinduksi kafein (ketika mengonsumsi banyak kafein) meningkat seiring bertambahnya usia, menunjukkan sensitivitas kafein pada orang tua
  • Pengobatan. Mengonsumsi obat Teofilin/suplemen herbal Echinacea meningkatkan efek kafein
  • Kehamilan. Saat kehamilan, kemampuan tubuh memetabolisme kopi menurun antara 30-70%
  • Toleransi. Jika sedikit atau tidak terpapar kafein, kemungkinan besar akan lebih sensitif pada efeknya
  • Tanda sensitivitas kafein berkisar dari iritasi ringan hingga perkembangan berbahaya.

Menurut Rhoads, gejala sensitivitas kafein meliputi:

Sakit kepala, Kegelisahan, Insomnia, Balap atau detak jantung meningkat dan Gemetar

Tanda ini tak berbahaya, namun saat gejala detak jantung berdebar kencang menyertai kondisi kesehatan seperti penyakit jantung, itu berbahaya. “Gejala bisa berlangsung beberapa menit atau beberapa jam setelah mengkonsumsi kafein, tergantung seberapa cepat hati memetabolisme kafein,” kata Rhoads.

Kafein perlu 10 jam untuk meninggalkan tubuh. Jawaban apakah bisa menghilangkan sensitivitas kafein atau tidak, itu tergantung penyebabnya. “Jika karena genetika, tak ada cara mengubah sensitivitas kafein. Kadang asupan kafein konsisten menyebabkan tubuh lebih toleran pada kafein” kata Clair.

“Bukti tentang hal ini bersifat anekdot, tapi banyak orang toleransinya dipengaruhi peningkatan kafein.”  Namun, jika ada efek samping kafein yang parah, dan memaksakan agar bisa bertoleransi, ini berbahaya. “Penghindaran dianjurkan jika ada efek kesehatan lain seperti tekanan darah tinggi atau kecemasan. Penggunaan kafein sebagian besar direkomendasikan secara individual,” kata Clair.

FDA merekomendasikan konsumsi tak lebih dari 400 mg kafein/hari (setara 4 cangkir kopi). Jika kita  sensitive pada kafein, kita harus hindari makanan yang mengandung kafein. Meski kandungan kafein sering tidak disebutkan pada label, pencarian cepat pada makanan tertentu memperlihatkan jumlahnya. Untuk membatasi asupan kafein, coba ganti kafein berikut yang akan meningkatkan energi:

  • Makan camilan, khususnya karbohidrat sehat yang dipadukan dengan lemak atau protein, seperti kacang-kacangan, yang akan memberikan aliran energi yang stabil dan membuat kit kenyang.
  • Olahraga, yang dapat meningkatkan mood dan membantu tidur lebih nyenyak
  • Minum air putih, dehidrasi bisa menyebabkan kelelahan

 (Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nashih Nashrullah;  Insider dan Bahan dari  : https://republika.co.id/berita/qp6o53320/kenali-ciriciri-alergi-kafein-kopi-dan-penyebabnya)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close