Ekspedisi Cheng Ho Gabungkan Strategi Rasul SAW Dan China
(republika.co.id)- JAKARTA; Di abad pertama kehadiran Islam, di Tiongkok ada orang Tionghoa memeluk slam. Salah satu tokoh Islam Tionghoa yang pernah sampai di bumi Nusantara adalah Laksamana Cheng Ho. Ia penjelajah yang memimpin armada Muhibah.
Mungkin ada umat Islam belum kenal sosoknya. Karena itu, di buku berjudul “Cheng Ho: Muslim Tionghoa, Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara”, Prof Kong Yuanzhi memperkenalkan sosoknya. Catatan muhibahnya diangkat sebagai bahan kajian/renungan bahwa di abad ke-14 ada bahariwan Tiongkok berlayar ke Asia Afrika memimpin ± 208 kapal yang tidak tertandingi pelaut mana pun.
Dengan berlayar itu, Cheng Ho ingin menyebarkan dan memperkenalkan Islam ke penduduk setempat bahwa Islam itu agama rasional dan universal. Dia sebagai muslim saleh banyak mengadakan kegiatan agama Islam, di negerinya dan di negeri lain.
Dalam setiap pelayarannya, dia menerapkan manajemen strategi Nabi Muhammad SAW, manajemen Tao Zhugong, manajemen Confuciusme, dan manajemen Lautze yang diterapkan 600 tahun. Dengan menerapkan 4 manajemen itu, Cheng Ho mengatur dengan apik sistem kerja awak kapalnya sesuai tugas masing-masing.
Perannya besar bagi perkembangan dan penyebaran Islam, juga di Indonesia yang daerahnya banyak dikujungi 7 kali pelayarannya. Kunjungan armadanya terjadi pada 6 abad lalu. Buku ini mengangkat sejarah yang tenggelam untuk generasi yang akan datang, sehingga tahu pada 1405-1433 M dia 7 kali ke nusantara dalam misi persahabatan.
Di nusantara, dia singgah di Kerajaan Samudra Pasai dan memimpin tak kurang dari 208 kapal. Peninggalannya berupa lonceng raksasa bernama Cakradonya. Kini lonceng ini digantung/diletakkan pada bagian depan Museum Banda Aceh.
Laksamana Cheng Ho bersama anak buahnya melanjutkan ke barat Kerajaan Samudera Pasai. Hingga di Kerajaan Nakur yang menghadap Laut Lambri. Setelah itu, ia berlayar bagian Barat, sampai di Pelabuhan Palembang.
Berdasarkan penelitian di buku ini, Cheng Ho pernah berlabuh di Tanjung Ketapang, Kecamatan Toboali, Bangka Selatan, Kepulauan Babel. Perjalanannya dilanjutkan ke Sunda Kelapa dan berlabuh di Tanjung Masa (Ancol). Dia bersama para awak kapalnya menonton tarian ronggeng di Tanjung Mas, yang berupa hutan berawa.
Pada 1415 M, armadanya berlabuh di Muara Jati di ekspedisinya yang legendaris untuk bersilaturrahmi dengan penguasa dan memberi cendera mata, seperti porselen, guci, kain sutra, keramik, dll. Banyak daerah lain yang pernah dinggahinya, seperti Cirebon, Semarang, Tuban, Gresik, Surabaya, dan Mojokerto. Jejaknya ke daerah itu dijelaskan gamblang di ini.
Jejak perjalanannya di buku ini dilengkapi lukisan. Dia dikenal sebagai tokoh yang berjasa menyebarkan Islam, melakukan pembaharuan, dan meningkatkan sumber daya manusia dalam perdagangan dan pertanian bagi daerah yang pernah dikunjunginya.
Cheng Ho juga memahami ajaran Islam. Karena, ia mampu membaca, menulis, dan fasih berbahasa Arab. Ia mengamalkan Islam yang ramah, sehingga dakwahnya mudah diterima masyarakat. Penulis buku ini, Prof Kong Yuanzhi tertarik sejarah persahabatan bangsa Tionghoa dan Indonesia, termasuk peristiwa kunjungannya ke Indonesia.
Karena itu, dia sejak lama mengumpulkan data mengenai kunjungan Cheng Ho ke Indonesia. Prof Kong Yuanzhi menempuh pendidikannya di jurusan Bahasa dan Kebudayaan Indonesia Universitas Peking. Selain itu, dia pernah mengambil studi di Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada 1964-1965.
(Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah Bahan dari : https://republika.co.id/berita/qqs72y320/ekspedisi-cheng-ho-gabungkan-strategi-rasulullah-sawchina)-FatchurR *