Kok bisa ya?-Parang melayang hampir membunuh
Jaman Pak Johar masih kecil, (usia SMP), dia pergi ke kebun tidak jauh dari rumahnya. Pak Johar mengajak kemenakannya yang masih kecil, kira2 umur dua tahun, namanya Melati. Sambil mengasuh, sebab ibu si anak sedang memasak di dapur.
Waktu itu siang sekitar jam 10. Cuaca panas dan kering sebab musim kemarau. Kebun itu, ditanami jeruk, tanahnya juga kering. Di sudut kebun ada serumpun pohon bambu. Pak Johar bermaksud memotong satu pohon bambu yang besarnya selengan untuk dibuat tongkat sepanjang satu meteran.
Pak Johar memotong bagian batang bambu bagian bawah, bagian pangkal atau bonggol yang bentuknya melengkung. Nantinya bambu dengan bonggol sebagai pegangan pasti bagus dibuat tongkat, pikirnya. Mirip seperti tongkat para pendekar di komik yang saat itu sering dibacanya.
Sekian lama memotong, bonggol bambu itu tak kunjung terpotong. Mengapa? Pertama bonggolnya liat apalagi kering terbakar matahari. Kedua parangnya kurang tajam. Ketiga bonggolnya posisi menggantung, jadi ketika diparang dia memantul, bergoyang (bahasa Jawanya “mendal”). Bodohnya Pak Johar, kok ya saat itu terus memotong, tidak mengasah parangnya lebih dulu agar tajam.
Sementara itu si Melati bermain tanah kering dengan asyiknya. Karena masih kecil dia selalu berada di dekat Pak Johar. Pak Johar masih terus memotong bonggol bambu walau hasilnya minim bahkan hampir nihil. Cuaca panas terik membuat keringat bercururan, termasuk di tangannya yang membuat pegangan parang menjadi licin.
Tiba-tiba, seperti yang terjadi di cerita wayang kertika Resi Bisma mengancam Dewi Amba agar pergi dengan gendema panah terpentang namun Dewi Amba tetap diam di tempat, parang yang dipegang Pak Johar lepas, melayang berputar mendatar, persis seperti yang ada di film silat. ” Wusssss”.
Parang berputar itu lewat tepat di atas kepada Melati, kira-kira 3 cm jaraknya. Seketika Pak Johar terkesiap bukan alang kepalang. Dia lalu memeluk Melati dengan keras, saking senang dan terharunya. Pak Johar lemas seketika. Sementara Melatiyang tidak tahu apa-apa ya diam saja.
Pak Johar membayangkan, kalau parang itu ke bawah sedikit saja dan mengenai kepala Melati, kepalanya bisa terbelah jadi dua, atau paling tidak luka parah. Tidak terbayang bagaimana marahnya ayah Melati. Bisa-bisa Pak Johar dibunuhnya.
Anak baru satu dan disayang banyak orang, karena juga merupakan cucu pertama, kemenakan pertama dari keluarga besar. Begitu yang ada di dalam pikiran Pak Johar waktu itu. Pak Johar lalu menuntun Melati untuk pulang dengan langkah gontai. KBY. Kok bisa ya ? (Widharto KS-2017; dari grup FB-ILP)-FR