Selingan

Wayang-Gatutkaca(24 )-Di ujung jalan berilku

Alkisah, di tengah hutan belantara, di tanah lapang dan hanya ditumbuhi rumput, terlihat Gatutkaca gundah dan gulana, bingung bin linglung. Kenapa? Gatutkaca sang Bima putra dan sang pujaan hatinya, Dewi Pergiwa sudah saling mencintai dan sepakat membangun rumah tangga, sehidup semati, mendapat peristiwa yang tidak diduga.

 

Tiba2, tidak ada hujan, tidak ada angin, Dewi Pergiwa dilamar Prabu Suyudana untuk dikawinkan putra mahkota kerajaan Hastinapura : Lesmana Mandrakumara. Arjuna, ayah Dewi Pergiwa menyetujuinya lamaran itu. Maka kini di kerajaan Hastinapura dan Kasatriyan Madukara, kediaman Arjuna berlangsung persiapan perkawinan akbar antara Lesmana Mandrakumara – Dewi Pergiwa.

 

Gatutkaca yang tak berdaya, pergi ke hutan bawa kepedihan hatinya, yang hancur lebur. Di tanah lapang berumput di tengah hutan lebat itu Gatutkaca menumpahkan kesedihannya. Mula2 dia sedih, dadanya sesak, bagai ada batu besar menghimpit, sakit. Kalau orang sekarang bilang : Stres berat. Kesadarannya mulai menghilang, menghilang dan hilang, berubah jadi setengah gila.

 

Atau kalau menurut psikiater yang juga disebut dokternya orang gila, bisa dikatakan sakit jiwa, sebab definisi sakit jiwa, jika gejala yang dialami menyebabkan sering stres dan menjadikan seseorang tidak mampu melakukan aktivitas se-hari2 secara normal. Ya, sakit jiwa alias gila, atau setengah gila.

 

Dalam kondisi paling tidak setengah gila itu Gatutkaca seolah akan menikah dengan Dewi Pergiwa. Maka dia bersolek merapikan diri. Tiba2 Dewi Pergiwa datang ke hadapannya. Maka Gatutkaca menari-nari di depan Dewi Pergiwa. “ Pergiwa, ke sinilah kakang pengin memelukmu”, katanya.

 

Menari seperti ini sekarang disebut tari cinta, begitulah *). Dia kejar2 Dewi Pergiwa mau dipeluknya. Namun Pergiwa selalu menghindar, mundur atau melangkah ke samping. Lama Gatutkaca berbuat seperti itu. Tiba2 samar2 hatinya mendengar suara memanggilnya. “ Gatutkaca, Gatutkaca”. Namun suara itu tidak digubrisnya, dia mengejar Dewi Pergiwa untuk dipeluknya.

 

“Gatutkaca, ingat”. Suara itu terdengar dan lebih keras, dan diulang makin keras. Gatutkaca sadar dari kegilaannya. Ketika dia pandang Dewi Pergiwa di hadapannya dengan seksama, dia kaget, karena bukan Dewi Pergiwa, namun Kresna, raja Dwarawati yang juga penasehat Pandawa. Yang dituakan, dihormati para kerabat Pandawa.

 

“ Waduh Uwa Batara Kresna”, dia berhenti berkata. Dia malu karena yang tadi dikejar-kejar mau dipeluk ternyata justru Kresna, sang pamomong pandawa yang sangat dihormatinya.

“ Hamba menghaturkan sembah”, kata Gatutkaca sambil bersujud di depan Kresna.
“ Hamba mohon maaf Uwa Prabu”.

 

“ Gatutkaca, sembahmu sudah aku terima”, kata Kresna.

“ Tadi Uwa Prabu Kresna mengapa tidak mengingatkan saya?”

“ Tadi ber-kali2 aku mengingatkanmu, namun kamu masih gila dan menganggap aku sebagai Pergiwa”.

“ Ya ya, hamba mohon maaf Uwa Prabu”.

 

“ Ya ya, kumaafkan. Ada apa sih, kok kamu bersolek, menari-nari di tengah hutan begini?”. Kata Kresna yang sebelumnya ketika sedang terbang di angkasa melihat Gatutkaca gila di lapangan rumput itu, mabuk asmara di tengah hutan. Kresna turun menemuinya.

 

“ Hamba putus asa Uwa Prabu. Pergiwa yang hamba cintai dilamar Kang Lesmana Mandrakumara dan lamaran itu diterima. Kini berlangsung persiapan perkawinannya. Hamba tidak kuat Uwa Prabu. Rasanya ingin bunuh diri” jawab Gatutkaca. “ Lho, begitu saja kok mau bunuh diri. Begini Gatutkaca, aku mau bercerita. Dengar baik2”.

 

“ Baik Uwa Prabu”.

“ Ketika itu aku masih muda seperti kamu. Aku sudah saling mencintai dan berjanji sehidup semati dengan Dewi Rukmini pujaan hatiku. Tiba2 Dewi Rukmini dilamar Pendeta Durna dan lamarannya diterima. Apa yang waktu itu aku lakukan Gatutkaca?”

“ Ya, apa Uwa Prabu?”

 

“ Aku curi Dewi Rukmini dan kubawa lari. Begitu kalau orang benar2 cinta, berani ambil resiko.”

“ Hamba mohon pamit dan mohon doa restu Uwa Prabu”

Gatutkaca terbang ke angkasa setelah dengar cerita Kresna itu, seperti dapat inspirsi dan dukungan. Makanya dia terbang meninggalkan Kresna yang tersenyum  melihat kelakuan Gatutkaca yang mirip dirinya ketika dulu mau menikah dengan Dewi Rukmini.

 

Gatutkaca terbang ke Madukara ke Taman Keputren menemui Dewi Pergiwa. Dia bawa Pergiwa terbang menuju kerajaan Amarta. Kesatrian Madukara geger karena Dewi Pergiwa yang mau menikah tiba2 dibawa lari Gatutkaca. Kerabat Kurawa sebagai keluarga calon besan yang saat itu di Madukara, di kediaman Arjuna jadi sangat marah. Mereka lalu menemui Arjuna sebagai ayah dari Pergiwa.

 

“ Arjuna, kok Pergiwa dibawa lari Gatutkaca?”, kata pendeta Durna sesepuh Kurawa.

“ Hamba akan menangkap Gatutkaca dan membawa Pergiwa ke sini, Guru”, kata Arjuna ke Durna yang juga guru yang dihormati. Perasaan hormat ke guru itu alasan mengapa ketika Durna sebagai utusan Prabu Kurupati melamar Dewi Pergiwa langsung diterima lamarannya oleh Arjuna.

 

Arjuna yang marah, mengejar Gatutkaca, mengikutinya ke Amarta. Di Amarta, Prabu Puntadewa sedang berbincang dengan Bima ayah Gatutkaca, Nakula, Sadewa , permaisuri Dewi Dupradi dan para istri Pandawa, serta kerabat lain. Mereka berdiskusi dan siap2 ke Madukara untuk menghadiri perkawinan Dewi Pergiwa dengan putra mahkorta Hastinapura, Lesmana Mandrakumara.

 

Tiba2 mereka dikejutkan kedatangan Gatutkaca bersama Dewi Pergiwa. Bima ayah Gatutkaca dan tahu persis Pergiwa mau dinikahkan dengan Lesmana Mandrakumara marah dengan kelakuan Gatutkaca. “ Anak tidak tahu malu, bawa lari anak wanita yang mau menikah” katanya.

 

Gatutkaca dihajarnya habis2an. Gatutkaca tidak melawan, baginya mati lebih baik daripada melihat Dewi Pergiwa dikawinkan dengan Lesmana Mandrakumara. Puntadewa, Nakula, Sadewa dan para wanita berusaha menghalangi Bima yang menghajar Gatutkaca. Bima tetap berusaha menghajarnya sambil marah2. Tak ber-lama2, datanglah Arjuna yang ingin membunuh Gatutkaca.

 

Dia ambil gendewa, kini di tangannya terpentang panah sakti dan siap diluncurkan ke Gatutkaca.

Saat kritis itu datang Kresna. “ Tunggu, tunggu”, kata Kresna. Semua menghentikan yang dilakukannya.

“ Bima, kamu mau membunuh anakmu Si Gatutkaca?”

“ Ya benar, dia sudah membuat malu keluarga besar Pandawa”.

“ Oh, begitu? Arjuna, kamu juga mau membunuh Gatutkaca?”

 

“ Iya Kanda Kresna, dia membuat malu kami sekeluarga dan para Pandawa”.

“ Oh, bagus2, kalau begitu”, kata Kresna. Dia lalu berpaling ke Bima.

“ Apa benar kamu rela anakmu mati? Anak yang kau asuh sejak kecil dan calon penggantimu nanti kalau sudah tua? Apa kamu sudah minta ijin ke ibu Gatutkaca yang mengandung, melahirkan dan merawatnya sejak kecil, yaitu Dewi Arimbi?”, kata Kresna menambahi.

 

“ Hm ya tidak juga. Tapi dia sudah membuat malu”, kata Bima.

“ Jadi maumu?”.

“ Wah, aku jadi pusing. Aku serahkan urusan ini padamu Kakang Kresna. Aku nurut saja yang kamu anggap baik”, jawab Bima.

 

Kini Kresna berpaling ke Arjuna. “ Arjuna. Kamu lebih suka punya menantu Gatutkaca yang gagah perkasa atau Lesmana Mandrakumara yang agak bloon”, kata Kresna, matanya memandang Arjuna, yang dipandang jadi menunduk karenanya. “ Em, lebih suka Gatutkaca, tapi lamaran terlanjur saya terima Kanda Prabu. Tidak mungkin saya mencabutnya” jawab Arjuna.

 

“ Yang penting kan acara nikah belum dilaksanakan. Sekarang saya tanya kepada semua yang hadir di sini. Siapa yang lebih suka Pergiwa nikah dengan Lesmana Mandrakumara? Hayo jawab”, kata Kresna. Matanya menyapu semua yang hadir di ruangan itu. Semua diam, Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa dan para istri, membisu. Mereka menunduk. Malu.

 

“ Karena semua tidak ada yang jawab, Pilihan saya serahkan ke Pergiwa yang akan menjalani pernikahan ini. Kalian semua harus menerima pilihannya”. Pandangan Kresna mengarah ke Pergiwa.

“ Pergiwa, kamu memilih Gatutkaca atau Lesmana?”, tanyanya ke Pergiwa.

“ Uwa Prabu kenapa bertanya lagi? Jelas saya memilih Kakangmas Gatutkaca”, jawab Pergiwa.

 

“Kalau begitu kita nikahkan sekarang Gatutkaca dan Pergiwa. Soal resepsi bisa dibicarakan nanti, yang penting Gatutkaca dan Pergiwa jadi suami istri, biar bisa saling melindungi dan mencintai” kata Kresna.

Semua yang hadir setuju dengan kebijaksana Kresna.

“ Kanda Prabu, bagaimakan kalau keluarga Kurawa ke sini dan tidak menerima situasi ini”, kata Arjuna.

 

“ Itu tanggung jawab kalian, ortu Gatutkaca dan ortu Pergiwa”, kata Kresna dengan senyum.

Tak lama, Kurawa datang dan minta Dewi Pergiwa dibawa ke Astina. Bima, Arjuna, kerabat dan prajurit Pandawa telah siap menghalau mereka. Bersambung Jum’at depan…..; (Widartoks editan 2017)-FR

 

Catatan : Krama = menikah. Uwa = Pak De.

*) Ada tarian yang menggambarkan Gatutkaca sedang bersolek. Nama tarinya : Gambir Anom. Tari ini digabung dengan tari Gatutkaca gandrung Pergiwa dan dinamakan Tari Gatutkaca Gandrung. Tari ini diakhiri Gatutkaca bawa terbang Pergiwa. Sekarang sering ditampilkan pada acara resepsi perkawinan dengan adat Jawa. Bisa dilihat di sini (kalau masih ada) : https://www.youtube.com/watch?v=Ot0-qpJVFBk; Bersambung Jum’at depan…..; (Widharto KS-2017; dari grup FB-ILP)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close