Iptek dan Lingk. Hidup

Becak Bantul terbang ke Belanda dan Jerman

Yogyakarta, Kompas.com-Papan besar berwarna kuning bertulis “Becak Sinar Laut” penanda keberadaan bengkel tempat pembuatan becak di pertokoan di Jalan Bantul km 4,5, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Siang itu (28/8/17), tak banyak aktivitas di bengkel karena tidak ada jadwal produksi.

 

Hanya ada 1 becak kayuh baru, becak motor dan becak bekas akan direstorasi dan rangka2 becak di bengkel. Ada mesin bor dan kayu tergeletak.  Bengkel milik Agustine Chen, wanita (50), tulang punggung keluarga setelah suaminya, Lim Chin Lung, wafat-2012. Bengkel ini dimulai saat mertuanya, Lim dan Setyawati, hijrah ke Yogya 1970-an. Mereka beli bengkel bubut dan membangun usaha.

 

“Ada 10-an becak dibeli dan saat itu permintaan tinggi, maka diputuskan membuat,” katanya ke Kompas.com (28/8/17). Setyawati mulai memberi nama becak buatan bengkel keluarga “Sinar Laut” yang berarti sinar yang tak pernah padam. “Model becak disempurnakan Mertua (Lim) dan lebih mudah dikendarai dan akhirnya pembeli makin banyak”.

 

Menurut Agustine, tak semua orang bisa membuat becak dengan baik. Pasalnya, ukuran becak harus detail sehingga becak beroda tiga dengan rem di tangan bisa mudah dikendarai. Bahkan, lanjut dia, pegangan tangan untuk penumpang pun memiliki ukuran dan detail khas.

 

Diekkspor ke Belanda

Tahun 1980-an, becak jadi primadona di Yogya, jadi moda transportasi pilihan bangsawan-rakyat biasa. Kebutuhan becak seperti kebutuhan transportasi lain di Yogya, seperti andong. “Dulu bisa 4-5 becak setiap hari”. Lama2 becak terpinggirkan. Bergeser ke moda seperti taksi.  (Markus Yuwono)

 

Monggo lengkapnya klik aja :  http://regional.kompas.com/read/2017/08/29/06500061/becak-buatan-bantul-terbang-hingga-jerman-dan-belanda)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close