TELKOMGrup dan SEKAR

Satelit Telkom-1 kau pergi tanpa pesan

Ternyata bukan cuma kucing rumah yang suka kabur; satelit kalau gak di-maintain dengan baik, sinyalnya bisa minggat. Bedanya, kalau Si Ucing sembunyi dengan menggigit sepotong ikan pindang dari dapur, Satelit Telkom-1 saat ngambek, dia membopong 24 transponder C-Band. Begitu anomali nya berubah jadi gangguan permanen, ya iyalah wasalam.

Memelihara satelit yang beroperasi di ruang angkasa, SOPnya harus eksak dan telaten. Kita harus selalu catat berapa usia pastinya, memonitor terus lintasan orbitnya, dan tiap saat mengecek aki dan BBM-nya. Semua itu dilakukan 24 jam/hari dan 7 hari seminggu di Stasiun Pengendali secara remote and computerized.

Tragedi raibnya sinyal satelit T-1, barangkali contoh betapa keliwat percayanya kita pada konsultan yang merekomendasikan bahwa T-1 masih steady sampai beberapa tahun lagi. Maka, ketika bahan bakar kriogenik-nya tekor, kita terhenyak. Dampaknya satelit T-1 limbung seperti Mc Gregor dihujani bogem oleh Maywheater Jr, sehingga TKO di orbitnya.

Rasanya kejadian ini unbelievable, mengingat Telkom sebenarnya adalah pionir SKSD (Palapa) yang memiliki jam terbang teruji dan tak terkalahkan selama lebih dari 40 tahun di bidang telekomunikasi persatelitan.

Satelit T-1 diluncurkan 4/8/1999 dari Kourou, Guyana Perancis. Kala itu CEO Telkom adalah Mayjen A.A. Nasution. Life time satelit dirancang mampu beroperasi 15 tahun. Saat satelit T-1 kedapatan mejen, dia berusia 18 tahun plus 3 minggu. Ibarat obat, meski mujarab nyatanya dia expired; atau seumpama sirop, walau masih manis, oleh Badan POM tetap disebut kadaluwarsa.

Bagi operator profesional yang menjamin keandalan sistem 99.99%, signal loss ini benar2 musibah dan mengusik profesi serta gengsi keinsinyuran.

Ketika sinyal satelit T-1 nge-blank, kita tahu banyak mesin ATM ikut terganggu. Akibatnya, jargon layanan reliability, availability dan serviceability luput terpenuhi. Merana betul nasib si satelit itu. Merujuk usianya, satelit T-1 dalam masa persiapan pensiun, tapi karena terus digeber narik dan “nguber setoran”, akhirnya dia mati di tengah jalan dan tak mungkin hidup kembali. Duh, kasihan kau, Sat.

Sebagai nasabah bank, seperti juga Anda, saya prihatin tidak berfungsinya box ATM di mana2.Tetapi lebih dari itu, sebagai mantan karyawan Telkom saya sedih dan tak percaya pil pahit ini harus terjadi. Kala saya muda, kejadian perpu (perhubungan putus) walau sejenak adalah aib bagi teknisi, apalagi insinyur. Bila itu force major, masyarakat bisa maklum; namun bila fault major, amit2, jangan terjadi.

But, the show must go on. Sad story was happening, tinggal bagaimana mengemasnya dengan success story, yaitu pemulihan secepatnya segala masalah dan dampak yang ditimbulkan. Hanya saja evaluasi menyeluruh tetap harus dilakukan. Bangsa ksatria adalah bangsa yang mengakui kesalahan, semoga tidak terjadi lagi di masa depan. Aamiin.

Di hari baik di bulan baik, jelang Idul Adha (waktu itu), mari kita doakan agar Telkom segera merecovery kondisi akibat pupusnya satelit T-1. Kepada skuad elite satelit PT Telkom yang berjibaku melaksanakan pengalihan trafik dan pointing terhadap ribuan VSAT serta stasiun bumi-nya di Indonesia, kita wajib mengapresiasi dan suport moril agar mereka tetap semangat dan sukses.

 

Hai patriot satelit; demi nama baik dan reputasi Telkom, kehormatan tertinggi bagimu adalah menjaga Telkom tetap juara. Kalian lebih baik pulang nama daripada gagal dalam tugas. Sahabat, selamat berpuasa Arafah. Selamat Idul Adha1438 H.

Jayalah selalu Telkom; Salam Indonesia. (garuda s, BOD Telkom periode 2002-2007, Chef de la mission de lancement de Satellite Telkom-2 à Kourou, Guyane Française, Nov. 2005)

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close