Cerita ‘Waktoe Itoe’ In Reyen Kuali
// Cerita ‘Waktoe Itoe’ ini tentang Indonesia di waktu yang lalu. Kita batasi paling tidak 40 tahun yang lalu ya. Anda juga sangat ditunggu cerita pengalamannya. Cerita bisa apa saja, pokoknya menarik. Bisa juga mengambil cerita sendiri, orang tua, kakek-nenek, guru, dsb. //
In reyen itu artinya kira2 “mencoba” kendaraan baru, bisa sepeda motor bisa mobil. Tujuannya agar kendaraan tidak cepat rusak. Caranya : Tiap hari dipanasi. Lalu tidak memperlakukan kendaran secara ekstrim pada 500 km pertama seperti menekan tuas gas terlalu penuh pada saat start, berkendara dengan kecepatan tinggi, atau melakukan pengereman secara mendadak.
Ganti cerita.
Jaman dulu, alat2 dapur terbuat dari tanah liat (gerabah). Ada kuali khusus merebus air, kuali untuk “mengaru” (memasak beras sampai setengah matang), kuali -engukus nasi (setelah “dikaru”), kuali untuk menyayur (“mendeng”), kuali untuk menggoreng, dst. Untuk mudahnya kita bahas satu saja yang bernama kuali.
Kuali dari tanah liat ini, namanya juga dari tanah liat, mudah pecah. Kadang baru dipakai beberapa kali sudah retak atau pecah. Maka supaya kuali itu kuat dan tahan lama, perlu di in reyen. Caranya, kuali itu belum boleh untuk memasak apa-apa.
Dia perlu dipakai merebus air saja dan ditambahi daun singkong, sampai mendidih beberapa lama, lalu dibiarkan dingin. Kadang bukan daung singkong yang direbus, bisa juga misalnya tanah, pecahan gentieng atau daun2 lain. Semua tergantung dari keyakinan pemilik kuali (keyakinan bahwa dengan merebus bahan itu kuali akan awet).
Setelah beberapa kali dipakai merebus daun singkong, barulah kuali baru boleh dipakai untuk memasak. Semoga awet, begitu kira-kira harapan sang pemilik. Anda punya pengalaman dengan in reyen kuali? (Widharto KS-2017; dari grup FB-ILP)-FR