Risiko Kesehatan Konsumsi Minuman berenergi
(lifestyle.kompas.com)-Selain kopi, minuman berenergi kerap jadi pilihan orang ketika merasa letih, lesu atau pikiran tak bisa fokus. Sayangnya, minuman ini berdampak negatif bagi kesehatan. Di Inggris, PM Theresa May melarang konsumsi minuman berenergi ini bagi remaja.
Toko2 dilarang jual minuman berenergi bagi yang usia di bawah (16). Hasil penelitan membuktikan konsumsi minuman energi berlebihan berdampak buruk pada kesehatan, apalagi bagi anak2. Menurut ahli gizi Harley Street, Rhiannon Lambert, minuman energi tak menawarkan kandungan gizi sama sekali. Karena itu, tak ada gunanya anak2 mengonsumsi minuman itu.
“Jumlah kafein berlebihan menyebabkan tekanan darah tinggi, mual, muntah dan kejang”. Hasil penelitian yang diterbitkan di International Journal of Health Sciences, konsumsi minuman berenergi berlebihan memberi efek negatif pada kesehatan. Efek itu bisa berupa kecemasan, insomnia, gangguan gastronomi, sakit kepala, hiperaktif, dan diuresis.
Riset dari Swedia membuktikan konsumsi minuman berenergi menyebabkan erosi gigi. Clare Thornton-Wood, pakar diet anak, mengatakan tingginya kadar gula berdampak obesitas dan kerusakan gigi. Keduanya masalah yang kerap terjadi pada anak2 dan remaja. “Asupan kafein tinggi pada mereka dapat meningkatkan tekanan darah dan mengganggu konsentrasi di sekolah” kata dia.
Thornton-Wood mengatakan, anak muda yang menderita gangguan makan sering menggunakan minuman energi rendah kalori untuk meningkatkan tingkat energi. “Orang2 ini berisiko lebih besar pada aritmia jantung karena kafein dosis tinggi”. Risiko untuk orang dewasa Menurut Thornton-Wood, kosumsi minuman berenergi untuk orang dewasa juga perlu diwaspadai.
“Meningkatnya gula, kalori, kafein, dsb membahayakan kesehatan karena minuman berenergi juga berlaku sama pada orang dewasa”. Menurut Lambert, risiko minuman berenergi pada orang dewasa bisa lebih buruk. “Tidak seperti anak2, orang dewasa biasanya cenderung mengonsumsi minuman energi dengan alcohol itu kombinasi berbahaya” papar Lambert.
Konsumsi kafein dalam jumlah besar -seperti yang ditemukan dalam minuman energi- dapat mengurangi rasa kantuk tanpa mengurangi efek alkohol. “Orang dewasa yang gemar mengonsumsi campuran alkohol dan minuman berenergi dapat menyebakan hilangnya kontrol diri,” tambah dia. Namun, orang2 muda mungkin berisiko terkena efek seperti itu.
Riset di tahun 2011 menemukan, 53% dari minuman berenergi yang dikonsumsi remaja digunakan sebagai campuran alkohol. “Inilah yang turut menyebabkan peningkatan hal2 berisiko seperti penggunaan obat2an terlarang,” kata Thornton-Wood.
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com; dengan judul “Perhatikan, Risiko Kesehatan di Balik Minuman Berenergi “, Penulis : Ariska Puspita Anggraini; Editor : Glori K. Wadrianto; Bahan dari : The independent dan https://lifestyle.kompas.com/read/2018/09/02/140000220/perhatikan-risiko-kesehatan-di-balik-minuman-berenergi-)-FatchurR