Greg Hambali Keluar dari LIPI Jadi Bapak Aglonema Indonesia(2/4)
(cnnindonesia.com)- Jakarta, Konflik idealisme dengan LIPI
Tahun 1976, ia kembali ke Bogor untuk terus meneliti botani di LIPI. Dia bekerja di LIPI dari 1973 hingga 1983. Penyebab Greg keluar dari LIPI adalah dia berjiwa muda yang ‘berontak’. Ia punya idealisme dan ingin riset yang menjunjung pengertian mendalam ke alam, bukan sekedar riset mengikuti program LIPI.
LIPI punya program prioritas lembaga. Akhirnya ia hengkang dari LIPI setelah 11 tahun mengabdi. Meski hengkang dari LIPI, dia bersyukur atas ‘konfliknya’ dengan LIPI. Alasannya simpel, kontribusinya di dunia tanaman hias lahir dari konflik itu. Ketika ia keluar dari LIPI, ia bebas meriset tanpa harus ikut program di lembaga.
“Ada konflik, ingin riset yang saya mau tapi lembaga ada program dari pemerintah. Saya ucapkan terima kasih atas konflik itu karena saya jadi punya program riset tanpa harus ikuti program di lembaga,” tutur Greg. “Mungkin jika di LIPI terus malah saya tidak fokus ke persilangan. Karena, lembaga punya riset untuk kepentingan semata, bukan ke pengertian lebih mendalam ke alam,” lanjutnya.
Awal mula Fokus Tanaman Hias
Dia awalnya fokus ke sistem reproduksi yang dipengaruhi agen agen penyerbukan dan pemencaran biji. Agen ini membentuk persilangan alami yang berperan meningkatkan keanekaragaman tumbuhan. Atas anjuran Alm. Aryono dari Aditya Nursery, Greg beralih fokus riset ke tanaman komersial yang menghasilkan uang. Riset ini berbasis rencana komersil yang intinya meriset tanaman yang bermanfaat.
“Dari situ Alm Bapak Aryono berkata saya akan punya dana untuk meneliti tanaman yang menarik tapi kecil dari sisi manfaat,” kata Greg. Dia tertarik bisnis tanaman hias karena tingkat biodiversitasnya tinggi. Aglaonema commutatum tricolor pertama ia lihat di pameran tumbuhan (1982) di Ancol.
Dia jatuh cinta dengan tanaman Aglaonema asal Filipina yang dipamerkan oleh Ibu Nus Sudiono dari Flora Sari Nursery. Akhirnya, ia meriset dan mengawinkan Aglaonema Commutatum tricolor asal Filipina dengan Aglaonema Rotundum Sumatra. Dan lahirlah precursor cikal bakal Pride of Sumatra.
“Aglaonema Commutantum Tricolor (Filipina) saya silang dengan Aglaonema Rotundum (Sumatra). Hasilnya Precursor cantik, tapi kurang merah. Setelah disilangkan lagi dengan Aglaonema rotundum sebagai pejantan, lahirlah Pride of Sumatera,” tutur Greg.
Silangan Aglaonema yang dirilis pertama 1990-an, bernama aglaonema Pride of Sumatra. Aglaonema ini jadi silangan berdaun merah pertama di dunia, selain Aglaonema Red Gold yang dihasilkan Sitiporn Nursery di Thailand. Pride of Sumatra pernah juara kedua pada kontes tanaman hias dunia di Belanda.
Profesi penghulu tanaman ini tak dihentikan saat dia melahirkan Pride of Sumatera. Dia belum yakin ada silangan lain yang melebihi kecantikan Pride of Sumatra. Sejak itu, Greg mengawinkan Aglaonema 10 ribu kali. Namun, hingga kini sedikit yang berhasil. Karya paling fenomenalnya adalah Aglaonema Harlequin yang terjual Rp660 juta pada 2006.
(jnp/DAL; Bahan dari : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20201005202048-199-554684/greg-hambali-keluar-dari-lipi-jadi-bapak-aglonema-indonesia)-FatchurR * Bersambung…….