Bekal mudik ke kampung abadi
Marilah kita melihat ke kanan dan ke kiri, kita periksa orang-orang yang kita cintai, guru-guru kita, saudara-saudara kita, kekasih, sahabat atau kenalan kita. Adakah diantara mereka yang tidak bisa berkumpul bersama sekarang ini ? Adakah diantara mereka yang sudah mendahului kembali kepada Alloh Swt ?
Terbayang semua apa yang biasa mereka lakukan dan kita lakukan bersama, terutama pada waktu berkumpul. Mereka telah kembali kepada Maha Pencipta , Alloh Swt, Mereka telah mudik ke kampung halaman yang abadi. Ya Alloh terimalah mereka di sisi-Mu, Engkau senang menyambut mereka, dan merekapun senang akan berjumpa dengan-Mu.
Ya Alloh curahkanlah kasih sayang-Mu kepada saudara-saudara kami, sahabat kami, yang telah mendahului kami menghadap-Mu. Gabungkanlah mereka dengan orang-orang yang Engkau anugrahkan kenikmatatan kepada mereka, bersama para Nabi, para Shidiqin, para Syuhada dan kaum sholihin.
Menurut para sahabat, ketika Rasululloh Saw menunaikan sholat Jum’at, atau sholat I’ed, beliau senang membaca Surat Al ‘Alaa (Yang Paling Tinggi) dan Surat Al Goshiyah (Hari Pembalasan). Pada surat Al ‘Alaa, Alloh memuji orang yang membersihkan diri (dengan beriman), kemudian berdzikir kepada Alloh dan melaksanakan sholat : “Qod aflaha man(n) tazakka wa dzakarosma robbihi fa sholaa”. Pada surat Al Ghosiyah digambarkan ketika manusia mudik menghadap Alloh dan surat itu ditutup dengan “Inna ilaina iyaa bahum, tsumma inna ‘alaina hisabahum” Kepada Kamilah mereka kembali, kewajiban Kamilah untuk menghisab mereka.
Tahun ini mungkin ada di antara kita yang tidak bisa berkumpul, karena berbagai alasan, bisa jadi karena tidak punya bekal. Karena tidak punya bekal, maka memutuskan untuk tidak pulang mudik. Tapi nanti pada suatu saat, punya bekal atau tidak, kita harus kembali kepada Alloh Swt.
Ketika kita kembali menghadap Yang Maha Pencipta, menemui Alloh, kita akan membawa semua amal baik kita, dan juga beban dosa semua perbuatan kita. Yang baik dan buruk akan diperiksa dalam timbangan Kemaha Adilan Alloh.
Kita harus selalu siap setiap saat, ketika maut menjemput kita, seperti menjemput saudara-saudara kita yang lain. Kita mau atau tidak mau, harus pergi. Punya bekal atau tidak punya bekal, kita akan menempuh perjalanan yang maha panjang dan maha mengerikan.
Cucu Rasululloh saw, Imam Ali Zainal Abidin mengatakan ada 3 saat yang paling menakutkan yang harus dialami manusia. Pertama, saat ketika harus menyaksikan Malaikat Maut, kedua, saat bangun dari kubur, dan ketiga, saat berdiri di hadapan Alloh Swt, tidak jelas apakah akan masuk surga atau ke neraka. Itulah perjalanan dan tempat kita kembali.
Stasiun pertama adalah stasiun kematian, yaitu saat Malaikat Maut menjemput. Pada saat itu kita akan dihadapkan kepada kekayaan kita. Kita akan berkata “Demi Alloh, dahulu aku mengumpulkan kamu dengan berbagai cara, bisa jadi rakus dan pelit, dan kadang-kadang dengan merugikan orang banyak. Sekarang apa yang akan kamu berikan sebagai bekal perjalananku ?”. Kemudia harta kita akan menjawab Pendek “Ambilah dariku kain kafan untukmu secukupnya”
Kemudian kita akan dihadapkan kepada sanak famili. Sambil memandangi mereka, kita berujar “Demi Alloh, dahulu aku sangat mencintai dan memelihara kalian dengan susah payah, sekarang apa yang akan kalian sertakan kepadaku sebagai bekal perjalananku ?”. Sanak saudara dan keluarga kita akan menjawab “Kami akan urus jenazahmu, kami akan antarkan dan kami kuburkan jasadmu, dan kami kembali kepada kehidupan kami”.
Setelah itu kita akan menoleh kepada amal kita, lalu berkata “ Demi Alloh, dahulu aku sangat malas untuk berbuat dan memelihara kamu, aku melihat kamu sebagai beban yang berat, apa yang akan kamu berikan kepadaku?” Amal itu berkata “Aku akan menjadi sahabatmu dalam kuburmu, dan juga pada hari kamu dihimpunkan sampai kamu dihadapkan bersamaan dihadapan Alloh Tuhanmu”.
Bila orang yang mati itu tergolong pencinta Alloh, yang akan menjemputnya ialah mahluk yang paling harum wewangiannya, paling indah wajahnya, paling bagus pakaiannya, ia membawa kabar gembira tentang surga di ujung perjalanan. Ketika ruh orang mati itu bertanya kepadanya “siapakah dirimu? Penjemput tersebut menjawab “Aku amal sholehmu”.
Bila yang mati itu seorang musuh atau pelawan Alloh, tidak taat dan tidak patuh, yang mengisi hidupnya hanya dengan maksiat dan perbuatan dosa, datanglah kepada ruh orang mati itu seorang penjemput yang paling menakutkan, dengan bau yang paling busuk, dengan wajah yang paling buruk, yang membawa kabar tentang neraka di ujung perjalanannya, seketika ia bertanya, siapakah yang menjemputku ini, penjemput itu menjawab “Akulah amal jelekmu”.
Ketika kita dikuburkan, nanti kita akan berkata kepada liang lahat, engkaukah rumah yang dipenuhi cacing, engkaukah rumah kesedihan, engkaukah rumah kesedihan, engkaukah rumah kegelapan ?. Lalu lubang lahat akan berkata kepada kita, inilah yang memang aku persiapkan untukmu, lalu apa yang engkau persiapkan untuk pertemuan denganku sekarang ini. Jawablah pertanyaan lubang kubur itu. Kalau tidak punya bekal untuk menjawaban, pukulan azab sudah dimulai, itulah yang bakal dialami ketika kita mati yang ditemani amal buruk.
Dalam Al Qur’an telah dijelaskan ada dua macam kematian, yaitu kematian untuk orang mukmin, dan kematian orang durhaka. Dalam Surat An-Nahl ayat 32, Alloh Swt berfirman “Sedangkan orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik, maksudnya suci dari kekafiran dan kemaksiatan, oleh para Malaikta akan diucapkan kepada mereka Salamun ‘Alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang kamu kerjakan”.
Sebaliknya bagi orang yang mengalami kematian yang durhaka kepada Alloh, dijelaskan dalam Qur’an Surat Muhammad ayat 27-28 “Bagaimanakah keadaan mereka apabila maut mencabut nyawa mereka, seraya memukul muka mereka dan punggung mereka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Alloh dan karena mereka membenci apa yang menimbulkan keridhoaan-Nya, karena itu Alloh menghapus pahala amal-amal mereka”
Kita tidak tahu pada kematian mana akan berada, apakah kita akan mati dalam pelukan Kasih Sayang Alloh Swt, ataukah kita akan mati dalam deraan Malaikat Maut dan kemurkaan Alloh. Kita juga tidak tahu apakah kita akan bangkit dari kubur dengan wajah yang penuh ketakutan atau wajah berseri-seri penuh dengan kegembiraan. Yang pasti yang akan kita ketahui, bahwa suatu saat kita akan masuk dalam salah satu dari kedua golongan itu.
Apakah kita akan sudah bekerja sepanjang usia dengan mengumpulkan bekal untuk pulang yang jangkanya tidak terhingga, untuk perjalanan yang sangat panjang, setelah kematian kita. Rasululloh Saw pernah bersabda bahwa orang yang paling celaka adalah orang yang pada waktu masih hidup melakukan perbuatan-perbuatan yang sangat merugikan orang lain, kemudian tidak sempat meminta maaf kepada yang bersangkutan, kepada yang teraniaya, dan yang dizalimi itu mengadukan kepada Alloh, dan Alloh menetapkan, ambilah pahala amal sholehnya yang berupa sholat, zakat, puasa, haji, dan amal-amal sholeh lainnya. Sekiranya aamal sholeh sudah habis, karena banyaknya yang menuntut, Alloh menetapkan dosa-dosa para penuntut diserahkan kepadanya. Inilah yang disebut orang yang bangkrut di akhirat yang disebut muflis. Ali bin Abu Tholib berkata “Bekal yang paling buruk buat mudik hari kiamat adalah berbuat zalim kepada sesama manusia.
Mari kita isi sisa hidup kita di dunia ini dengan meninggalkan apapun yang bisa menyakiti orang lain, tinggalkan ucapan-ucapan yang bisa merugikan dan dan menyakiti orang lain, termasuk menjatuhkan kehormatan orang lain, Hindarkanlah jauh-jauh segala perbuatan tangan dan kaki kita yang bisa tergolong merugikan orang lain, karena kezaliman yang kita lakukan akan menghapus semua mal sholeh kita. Marilah kita mulai berperilaku yang menguntungkan dan menggembirakan orang lain sekitar kita, berperilakulah kita dengan sifat-sifat yang terpuji, yaitu suka memaafkan kesalahan orang lain dengan ikhlas.
Nabi Saw bersabda “Orang yang paling dikasihi atau dicintai Alloh ialah yang bisa berbuat selalu menggembirakan atau membahagiakan orang lain” Inilah bekal mudik menghadap Alloh Swt yang paling baik, pada hari kiamat nanti.
Selamat mempersiapkan mudik, baik mudik ke kampung tempat dibesarkan dan tempat sanak saudara dan famili serta teman berkumpul, terutama bekal mudik ke Kampung Abadi. (Nanang Hidayat; Disalin ulang dari tulisan Prof Mahdar Helmy, Guru Besar UIN Sunan Gunung Jati Bandung)-FR.