Ia memberi gelar Abdul Ka’ba
Kunjungan Abdul Ka’ba ke rumah Muhammad, disambut dengan ramah oleh yang empunya rumah, maklum mereka saling mengenal dan biasa bergaul akrab. Tanpa menbuang waktu dan berbasa-basi, Abdul Ka’ba menanyai Muhammad tentang berita kerasulannya.
Secara terbuka Muhammad bercerita mulai dari awal sampai akhir, sejak ia menerima wahyu pertama hingga perintah untuk menjalankan shalat sebagai tanda bukti penyembahan hanya kepada Tuhan yang esa.
Abdul Ka’ba ternganga, ia merasakan kekudusan kisah itu. Alangkah mempesona gambaran mengenai Tuhan dan tatacara penyembahan kepadanya. Karenanya Abdul Ka’ba berseru : ‘Atas nama ayah dan ibuku serta segenap umat manusia yang tahu kebenaran, aku meyakini semua yang engkau katakan, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah, dan engkaulah untusan-Nya.
Muhammad memeluk Abdul Ka’ba dengan mata yang berkaca-kaca. Dari saat itu ia memberi gelar Abdul Ka’ba, yang berarti ‘yang memiliki pagi hari’ kepada sahabatnya tersebut, gelar yang jauh lebih dikenal daripada nama aslinya. Abdul Ka’ba sangat senang menyandang julukan ‘Abu Bakar’, karena mengandung makna, dia termasuk orang yang mengakui Islam mula-mula sekali.
Dari dalam kamar di sebelahnya, Khadijah mendengar persaksian Abdul Ka’ba, lalu dengan berselimut kain merah jambu sebagai tanda sukacita, Khadijah keluar kamar dan berkata :’Percayalah bahwa Allah yang menuntun tuan, wahai Abu Bakar putra Abu Kuhaafa’. (Sugeng Wahjudianto; dari buku ‘hikmah ketulusan ; oleh kh abdurrahman arroisi’)-FR