Penyakit jantung koroner
Beberapa teman saya yang menderita jantung koroner banyak yang berlanjut “di operaseri-pasang ring” lanjut stroke. Namun tidak sedikit yang segar bugar dan masih kuat berolah raga antara lain, tenis, sepak bola, senam dan sebagainya.
Penderita penyakit apapun berpeluang menjadi makin parah dan bisa juga “Terkendali” yaitu penyakitnya tidak makin parah. Yang terakhir dapat terjadi kalau kita selalu mentaati ketentuan / arahan dari dokter, disiplin mengimplementasikan “Paradigma hidup sehat” serta mengevaluasi diri untuk melihat kemungkinan perubahan perilaku sehingga kondisinya tetp terkendali. Pilihan ada ditangan anda.
Marilah kita kenali “Jantung koroner”
Arteri koroner adalah pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai makanan bagi sel jantung. Penyakit jantung koroner terjadi bila pembuluh arteri koroner tersumbat atau menyempit karena endapan lemak, yang secara bertahap menumpuk di dinding arteri.
Proses penumpukan itu disebut aterosklerosis, terjadi di pembuluh arteri lain, tidak hanya pada arteri koroner. Kurangnya pasokan darah karena penyempitan arteri koroner berakibat nyeri dada (angina), biasanya terjadi saat beraktivitas fisik atau mengalami stress.
Bila darah tidak mengalir sama sekali karena arteri koroner tersumbat, penderita dapat mengalami serangan jantung yang mematikan. Serangan jantung tersebut dapat terjadi kapan saja, bahkan ketika Anda sedang beristirahat.
Penyakit jantung koroner dapat menyebabkan daya pompa jantung melemah sehingga darah tidak beredar sempurna ke seluruh tubuh (gagal jantung). Penderita gagal jantung sulit bernafas karena paru-parunya dipenuhi cairan, merasa sangat lelah, dan bengkak-bengkak di kaki dan persendian.
Faktor Risiko
1. Kolesterol Tinggi.
Penyebab penyakit jantung koroner adalah endapan lemak pada dinding arteri koroner, yang terdiri dari kolesterol dan zat buangan lain. Untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner, Anda harus menjaga kadar kolesterol dalam darah.
Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks yang secara alamiah dihasilkan tubuh dan bermanfaat bagi pembentukan dinding sel dan hormon. Dua pertiga kolesterol diproduksi hati (liver), ⅓ lainnya diperoleh langsung dari makanan.
Kolesterol diedarkan dalam darah melalui molekul lipoprotein. Ada dua jenis lipoprotein, yaitu low-density lipoprotein (LDL), and high-density lipoprotein (HDL). LDL mengangkut kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh. HDL berfungsi sebaliknya, mengangkut kelebihan kolesterol ke hati untuk diolah dan dibuang keluar.
LDL yang berlebihan menyebabkan penumpukan kolesterol pada dinding arteri disebut “kolesterol jahat”. Kadar LDL yang optimal adalah 100-129 mg/dL. Kelebihan LDL menyebabkan HDL “kewalahan” membuang kolesterol yang berlebih. Total kolesterol yang dianjurkan (HDL + LDL) di bawah 200 mg/dL (border line = 240).
2. Tekanan Darah Tinggi/Hipertensi.
Tekanan darah tinggi menambah kerja jantung sehingga dinding jantung menebal / kaku dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Ada dua pengukuran tekanan darah. Tekanan sistolik adalah tekanan darah yang memancar dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan diastolik adalah tekanan darah yang kembali mengisi jantung. Secara umum orang dikatakan menderita hipertensi bila tekanan darah sistolik/diastoliknya di atas 140/90 mmHg.
3. Trombosis.
Trombosis adalah gumpalan darah pada arteri atau vena. Bila trombosis terjadi pada pembuluh arteri koroner, maka berisiko terkena penyakit jantung koroner. Trombosis biasanya berada pada dinding pembuluh yang menebal karena aterosklerosis. Merokok meningkatkan risiko trombosis hingga beberapa kali lipat.
4. Kegemukan.
Kegemukan (obesitas) meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan diabetes. Orang obesitas cenderung memiliki kadar HDL rendah/LDL tinggi.
Diabetes meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, terlebih bila kadar gula darah tidak dikontrol. Dua pertiga penderita diabetes meninggal karena penyakit jantung dan gangguan kardiovaskuler lainnya.
6. Penuaan.
Risiko penyakit jantung koroner meningkat seiring usia. Makin tua, makin menurun efektivitas organ-organ tubuh, termasuk sistem kardiovaskulernya. Lebih dari 80% penderita jantung koroner berusia di atas (60). Lelaki cenderung lebih cepat terkena dibandingkan perempuan, yang risikonya baru meningkat drastis setelah menopause.
7. Keturunan.
Risiko Anda lebih tinggi bila Ortu Anda terkena penyakit jantung koroner, terlebih bila mulai mengidap di usia kurang dari 60 tahun.
Cara Mengurangi Risiko
Meski tidak dapat melawan penuaan dan mempengaruhi garis keturunan, Anda dapat melakukan hal2 untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner:
- Mengurangi konsumsi daging berlemak jenuh tinggi.
- Memperbanyak makan buah, sayuran dan biji-bijian yang mengandung antioksidan tinggi (Vitamin A, C dan E). Antioksidan mencegah lemak jenuh berubah menjadi kolesterol.
- Menghindari stres yang dapat menimbulkan ketidakseimbangan fungsi tubuh, meningkatkan tekanan darah dan membuat Anda merokok dan makan berlebihan.
- Tidak merokok dan minum kopi berlebihan.
- Rajin ber-OR aerobik selama 30 menit setiap hari, 3-4 kali seminggu dapat memperkuat jantung, membakar lemak dan menjaga kesimbangan HDL dan LDL. (http://majalahkesehatan.com/penyakit-jantung-koroner/)
Jadi kesimpulannya, pilihan mengendalikan penyakit, berada ditangan anda-(FatchurR)