Soetoko, Panglima AMPTT (3)
Malam itu juga seluruh Anggota AMPTT terpencar dengan tugas mencari dan mengumpulkan senjata tajam, senjata api, kendaraan bermotor dan kebutuhan lain yang akan digunakan untuk perebutan kekuasaan.
Penduduk tua muda dan semua organisasi perjuangan yang berkedudukan di dekat Kantor Pusat PTT dihubungi dan meminta keikutsertaannya masing-masing.Kesemuanya menuyatakan kesanggupan mereka secara spontan untuk memberi bantuan yang diperlukan.
Tanggal 27/9/1945, sekalilagi Mas Soeharto dan Dijar R berunding dengan Kepala PTT Jepang siang hari tetapi tidak membuahkan hasil. Ketika itu Para Pemuda AMPTT sudah siap dengan senjatanya walaupun hanya senjata tradisionil. Massa yang dikerahkan berkumpuldi halaman selatan.
Soewarno dengan semua pasukannya naik ke tingkat dua dan memasuki ruangan Kepala PTT Jepang dan ruangan lain yang ada orang Jepangnya. Serbuan itu disambut gerakan mencabut samurai. Namun yang saling berhadapan itu tidak sampai menumpahkan darah karena kekerasan tidak perlu terjadi.
Pejabat PTT Jepang yang melihat situasi, mereka tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghalangi tekat Pemuda AMPTT. Serdadu Jepang menyarungkan samurai mereka dan memilih menyerahkan beberapa pucuk pistol sebagai tanda menyerah, sedang samurai yang dianggap pusaka tetap dibawa pulang.
Sesuai rencana, SOETOKO membawa Mas Soeharto dan Dijar R dari meja perundingan turun kebawah depan massa pegawai dan rakyat. Didepan mereka berdebar-debar karena tercekam dan tegang selama menunggu saat yang gawat. SOETOKO membacakan pernyataan yang diketik sendiri diatas kertas stensil dengan suara lantang :
“ Atas nama selurauh Pegawai PTT dengan ini dengan disaksikan oleh massa rakyat yang berkumpul di halaman PTT jam 11.00 tanggal 27 September 1945, kami mengangkat Bapak Mas Soeharto dan Bapak Dijar R masing-masing menjadi Kepala dan Wakil Kepala Jawatan PTT Seluruh Indonesia”
Atas nama AMPTT
Soetoko
Saat itu pemuda2 dipimpinan Soewondo bergerak menurunkan bendera Jepang, sebagai gantinya mengibarkan bendera merah putih yang menghadap ke jalan Cisanggarung. Terdengar suara lagu Indonesia Raya dari hadirin yang menjadi saksi mata peristiwa yang mengakhiri kekuasaan penjajahan di Kantor Pusat PTT.
Seluruh jawatan PTT dengan semua sarananya menjadi milik Indonesia. Segenap kekuatan AMPTT yang mendapat bantuan dari rakyat dan semua organisasi perjuangan yang ada di sekitar Kantor Pusat PTT memberi andil dalam melaksanakan amanat Proklamasi Kemerdekaan: “ Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara yang seksasama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.”
Tanggul barikade terus diruntuhkan oleh pasukan Soewarno sampai rata. Pemuda AMPTT secara bergiliran menjaga Kantor Pusat PTT siang malam, bekas pimpinan Jepang dirumahkan di tempat mereka di Jalan Cilamaya. Untuk menjaga keamanan mereka rumah-rumah mereka ditempeli “ Milik Rebuplik Indonesia”
Keberhasilan dan kemenangan AMPTT di Kantor Pusat PTT yang diambil dari pimpinan Jepang bergelora di sektor PTT di luar Kota Bandung. Pemuda AMPTT di daerah segera mengikuti jejak keberanian AMPTT Bandung dan melakukan pengambilalihan Jawatan PTT setempat dari tangan Jepang. Bersambung ……..
(Rizal Chan; http://mandorkawat2009.com/tag/kepada-soetoko-panglima-amptt/)-FR