Mengenang naik KA Parahyangan
Pagi hari itu, saya menggunakan KA ArgoParahyangan.Doeloe namanya, KA Parahyangan yg melayani Jkt-Bdg atau sebaliknya.Kereta ini mengalami pasang surut. Sekarang jelas tersaingi oleh hadirnya Travel (point to point) dan jalan bebas hambatan (tapi tidak bebas macet).
KA Argo Parahyangan mengingatkan bbrp kenangan lama dir-mondar mandir Bdg-Jkt (jadi ingat pak Moendar nih!), di mulai jaman Proyek Telnus yg berkantor di blakang HI (gudang kabel atau Wisma?). Apa yg ajeg tak berubah dan yg berubah?
Kenangan-1: Nasi Goreng
Nasgor tetap ada dan cita rasa tetap sama, walau koki berganti-ganti. Kopi juga nikmat.Tentunya, nasgor bak menu wajib di-sepor ini.
Kenangan-2: Penumpang
Nampak subuh ini, “penumpang” pekerja mondar-mandir Jkt-Bdg tetap exist. Kebanyakan pegawai, PNS, bbrp anggota TNI (hhmmm… kayaknya langka ada anggota Polri krn badan-nya gendut). Ciri bawa satu tas tenteng, dan “melanjutkan tidur”. Zzzz……. (Peg Telkom langka dlm gerbong, krn jumlah peg telah susut atau mungkin kebanyakan punya rumah dobel-dobel di jkt/bdg?)
Kenangan-3: Stasiun Singgah
Ternyata stasiun wajib singgah yaitu Sta. Beos (kampoeng pak Alfred ketika muda), mangsudnya stasiun Jkt-Kota, Sta.Gambir, kadang2 sta.jatinegara dan Sta.Bandung.Keempat, stasiun utama ini selalu di singgahi atau jadi tempat tujuan.Trayek ini konon ada sejak zaman belanda. Saya lihat iklan daagblad taoen 1938 (koran) namanya KA Exspress Jkt-Bdg dg waktu tempuh (dijamin) 2jam 30menit.
Waktu tempuh sekarang 3jam 17menit.Kemoendoeran.(Bisa-bisa, londo di kerkoff tersenyum semua). Cukup ada alasan, soalnya – jumlah persilangan rel dan jalan lebih banyak, perkampungan kumuh di sepanjang rel dan pengemudi speda motor hobby berjibakutai(?). Terbukti, loko sering membunyikan klakson berulang2.Memang jaman ini gemar nekad klewat.
Kenangan-4: Calo Taxi Omprengan
Di sta jkt dan bdg masih lestari hadirnya para calo taxi gelap. Doeloe di sebut taxi omprengan.Jaman Telnus doueloe, satu-dua para calo/sopir omprengan jadi sahabat kita. Selalu menyambut dg kendaraan mini-bus reyot yg di-isi bnyk orang (Petumtel) dg tumuan sama (HI, Slipi, KebonSirih).
Kenangan-5 : Semua penumpang duduk tidak ada yang berdiri
Sampe hari ini, para calo taxi omprengan masih exist, malahan sopir taxi-argo ikut2an ngompreng juga & emoh argo.Apa yang berubah? (dibandingkan tempo doeloe). NAMA berubah, duludisebut KA Parahyangan, sekarang terpaksa “kawin nama” dg Argo, jadi KA.Argo Parahyangan. Tapi anehnya, orang awet wae sebut KA Parahyangan.
CALO TIKET berhasil dibrantas nyaris nol. Mati kutu, gara-gara teknologi IT dan budaya pelayanan peg PT.KAI. sebuah revolusi budaya pelayanan yg nyata.
Segini dulu Kenangan dan Hal yg Berubah dari trayek KA.Argo Parahyangan.Silahkan lanjutkan oleh temans yg memiliki kenangan dg KA.Parahyangan. Pasti, nanti pk.08:32a KA akan tiba di stasiun Bandung. Leha-leha jalan, krn sepi penumpang & mungkin juga stadiun lengang.
Untuk trayek kenangan ini, kalau tak hujan pagi ini sy naik Angkot Dago-Sta.Hall, ntar turun di Dago dekat rumah, cukup ongkos Rp3000.(Saya sudai dulu tulisan ini, maaf nama2 yg saya sebut, KA sebentar lagi stop over di Sta.Purwakarta).Salam “….kenangan ka.parahyangan…” (Th W)-FR