19/19-Mimpi
(Serial)-Demikianlah rangkaian catatan perjalanan selama Umrah dan sebagai penutup, saya mohon maaf bila ada yang tidak berkenan dalam tulisan-tulisan saya, mohon maaf lahir bathin bila ada yang tersinggung atas tulisan saya. Tapi bila ada yang tersungging (senyumnya) bolehlah tulisan saya di ceritakan kepada yang lain. Alhamdulillah.
Sepulang dari tanah suci, saya jatuh sakit, Demam. Pada saat menulis ini, belum sembuh benar, padahal sudah delapan hari saya pulang. Begitulan tanah suci, mungkin saya saat berangkat merasa sehat-kuat, pulang ambruk, lunglai basah. Sedangkan istri saya, yang berangkat tidak terlalu sehat, pulangnya malah
gagah dan kuat berjalan. Unpredictable.
Sebagai akhir tulisan saya, ingin saya mengutarakan mimpi saya. Boleh toch? Saya bermimpi ingin menjadi konsultannya Raja Salman, raja yang baru. Saya ingin mengusulkan kepada beliau, untuk
mengkonsentrasikan kepada pelayanan kepada peziarah.
Alangkah enak dan praktis bila Jeddah, Mekah, Madinah terhubung dengan rel kereta api, beberapa pasang jalur. Setiap sepuluh menit ada kereta yang selalu tepat waktu. Dengan kereta super cepat Jeddah Madinah bisa ditempuh dalam tiga jam saja.
Pada saat musim haji, ditambah jalur-jalur ke Arafah, Mina dan Muzdalifah. Setiap lima menit ribuan jemaah bisa diangkut sekaligus. Setasiun-setasiun besar perlu dibangun dengan jaringan-jaringan
eskalator yang menjangkau ke tempat-tempat jauh, untuk memanjakan para pengunjung.
Tarif dibuat rata2 SR 5 jarak pendek dan SR 10 jarak jauh. Sistim tiket elektronik tidak akan jalan, lebih baik uang kontan di lemparkan ke drum2 yang di taruh dekat pintu. Desain drum sedemikian sehingga uang kertas yang sudah masuk tidak bisa diambil kembali. Saya pernah melihat sistim ini dilakukan di Washington DC saat perayaan kemerdekaan 4 Juli, jutaan orang naik kereta api dan tertib juga.
Saya juga ingin mengusulkan kepada Raja Salman, tempat-tempat sholat di Masjidil Haram yang sekarang dipisahkan antara tempat sholat wanita dan tempat sholat wanita, dibedakan permadaninya.
Tempat sholat wanita di gelar permadani warna kuning misalnya, jadi peziarah tahu dan tidak perlu dikerahkan askar untuk mengusir mereka.
Khusus tempat pelemparan jumrah, yang dulu ritual yang bisa berbahaya bila seseorang terjebak dalam ribuan orang berdesakan, saya ingin mengusulkan dibuat jalan spiral menurun. Dengan demikian orang mengalir, jalan terus sambil melempar batu dan tidak boleh berhenti, sehingga tidak terjadi stagnasi.
Penginapan adalah hal yang paling utama untuk pengunjung. Menurut hemat saya, kalau jaringan kereta api sudah banyak tergelar, bisa sedikit jauh dari Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Semua lebih baik pemerintah kerajaan Saudi yang membangun, standar saja tak perlu mewah. Pengelolaannya bisa di tenderkan kepada Hilton, Pulmann, Hyatt atau yang lainnya. Jadi mereka bersaing dalam pelayanannya.
Sementara di tanah air, saat ini banyak sekali penyelenggara Umrah. Mereka bersaing, ini bagus. Pemerintah tinggal melaksanakan audit menyeluruh, termasuk finansial dan pelayanannya. Kurikulum manasik sebaiknya disusun oleh pemerintah, termasuk juga tata cara di pesawat, seluk-beluk imigrasi, kehidupan di luar negeri dan bekal-bekal teknis, jadi bukan hanya bekal ibadah saja yang perlu mereka kuasai.
Tapi itu semua hanya sekedar mimpi. Seperti umumnya mimpi, jauh dari kenyataan. Tamat…. (Gudengan, 20150304; Tamat (Sadhono Hadi; Creator of Fundamen Top40; Visit http://fundamen40.blogspot.com dan http://rumahkudidesa.blogspot.com)-FR