Jejak penyebaran Islam di Jatim
PERMAKAMAN yang berlokasi di pinggiran kota industri itu sangat tenang. Luasnya 1 HA. Pohon-pohon besar di dalamnya membuat suasana asri. Setiap harinya, permakaman yang terawat dengan baik itu tak pernah sepi peziarah.
Ya, di situlah Fatimah binti Maimun dimakamkan. Ia seorang perempuan yang diyakini sebagai penganjur Islam abad ke-11 atau sezaman dengan berdirinya Kerajaan Kahuripan dengan rajanya, Airlangga.
Ada keunikan pada permakaman yang berlokasi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur itu, yakni pada model cungkup atau bangunan pelindung makam. Cungkup itu tak seperti kebanyakan makam umumnya. Bentuknya hampir mirip dengan bangunan candi.
Keseluruhan cungkup makam itu terdiri atas tatanan batu putih yang berasal dari batuan pegunungan kapur sepanjang pesisir pantai utara (pantura) Jawa.
Namun, cungkup unik itu hanya ada pada makam utama, tempat Fatimah binti Maimun dikuburkan. Puluhan makam sekitar tidak bercungkup. Makam2 itu dibiarkan terbuka. Makam Fatimah binti Maimun yang jadi makam utama luasnya 20 meter x 15 meter dengan dibatasi pagar setinggi sekitar 1 meter.
Dengan mengutip buku Sejarah Kubur Panjang yang disusun tim pengurus permakaman, penjaga makam yang dikenal dengan sebutan Hajah Nur menceritakan kisah Fatimah binti Maimun yang berasal dari Kesultanan Kedah di Semenanjung Malaysia.
“Tertulis, Fatimah binti Maimun wafat 1081 bertepatan dengan tahun 474 Hijriah. Menilik angka itu, dia datang ke Jawa sekitar tiga abad sebelum islamisasi yang dilakukan Walisongo. Sebab, islamisasi yang dilakukan Walisongo baru berlangsung sekitar abad ke-15, yakni setelah keruntuhan Majapahit,” papar Hajah Nur, Jumat (10/7).
Tiga perahu
Diceritakan, rombongan keluarga Kasultanan Kedah ke Tanah Air menggunakan tiga perahu besar. Sebuah perahu digunakan untuk mengangkut perbekalan, satu perahu untuk peralatan, dan sebuah lainnya sebagai kendaraan Sultan Mahmud Syah Alam alias Maimun bersama keluarga serta para pengawalnya. Mereka ingin menyebarkan Islam di Nusantara. Tidak disebutkan pada pelabuhan mana rombongan besar itu bersandar untuk yang pertama kalinya.
Namun, mereka kemudian tinggal di Leran. Sultan Mahmud kemudian memiliki gagasan untuk menikahkan salah satu anaknya, Fatimah binti Maimun, dengan salah satu raja yang berkuasa di Jawa Timur. Namun, sebelum rencana itu berjalan, sang putri terserang penyakit hingga akhirnya meninggal.
Jasad Fatimah kemudian dimakamkan di Leran. Adapun keberadaan bangunan megah pada makam Fatimah itu dibangun atas perintah raja yang berkuasa.
“Menurut Purwadi dan Maharsi dalam buku Babad Demak, disebutkan bahwa Gresik dan Surabaya sebagai pusat tertua agama Islam di Jawa Timur,” ujar Hajah Nur.
Selain makam Fatimah binti Maimun yang bertahun 475 H atau 1082 itu, ada makam Maulana Malik Ibrahim yang meninggal pada 12 Robiul Awal 822 H atau 1419. Tulisan pada makam itu berbahasa Arab.
Dengan adanya makam2 itu, diperkirakan di pesisir P-Jawa, sudah ada komunitas Islam sejak zaman Kerajaan Kahuripan. (H-3; yakub@mediaindonesia.com dan http://www.mediaindonesia.com/mipagi/read/13439/Jejak-Penyebaran-Islam-di-Jawa-Timur/2015/07/12)-FatchurR