Intelegensi emosional (El) penentu sukses
Seseorang yang berpendidikan teknik, termasuk listrik atau telekomunikasi/TIK pada umumnya lebih mementingkan kemampuan ilmu pengetahuan daripada masalah2 hubungan sosial. Tidak semua tentunya.
Padahal sukses dalam hubungan antarmanusia inilah yang menjadi sukses seseorang.
Contoh waktu saya baru masuk PTT belum lama th 1963, sebelum Gestapu PKI, banyak karyawan di PTT (kemudian menjadi PN POSTEL dan kini TELKOM) jarang yang mau aktif dalam Serikat Sekerja PTT (SSPTT), suatu serikat sekerja yang membela kepentingan karyawan sesuai peraturan2 yang berlaku dan tidak berada di bawah naungan Partai Politik.
Sebaliknya karyawan Pos banyak yang aktif dalam SSPTT. Entah bagaimana beberapa tahun menjelang GESTAPU PKI, malah banyak karyawan telekomunikasi terjebak masuk organisasi buruh seperti KB POSTEL (di bawah pengaruh PNI ASU dan SOBSI dan SB POSTEL (di bawah kendali SOBSI/PKI).
Kedua serikat buruh terakhir ini meneror anggota SSPTT bahwa organisasinya banci, tidak punya hak hidup dsb. http://theinstitute.ieee.org/career-and-education/career-guidance/why-emotional-intelligence-is-key-to-your-success
Menurut naskah IEEE di atas, maka seorang yang kurang memiliki Intelegensi Emosional (Emotional Intelligence, EI), kurang mampu mengenali dan mengelola emosi dirinya maupun orang lain. Hal ini akan berpengaruh untuk misalnya bekerja dalam suatu Tim dan atau mampu menyampaikan ide-ide kepada atasan atau rekan sekerja lain. Dengan membiasakan diri EI maka intuisi seseorang menjadi lebih tajam.
Di luar yang dikemukakan ulasan IEEE, dapat saya tambahkan bahwa perempuan pada umumnya memiliki EI yang lebih besar daripada laki-laki apabila mereka diberi kesempatan dalam suatu jabatan.
Mereka lebih mudah menyesuaikan diri, mengantisipasi ke depan, dan lebih mudah bergaul.
Menurut para akhli saraf, perempuan memiliki lebih banyak saraf penghubung antara berkas saraf emosi dan berkas saraf rasio yang menghubungkani otak dan saraf2 tubuhnya. Perempuan dapat lebih cepat mengambil kesimpulan tentang suatu masalah, daripada laki-laki yang lebih bertumpu pada rasio.
Di sisi lain rasio akan menentukan bidang khusus yang tak terjangkau oleh emosi begitu saja. (Salam,
AphD)-FR