Nabi Lailatul Qadar di Gua Hira
Tahukah anda bahwa, selama tiga tahun setelah Lailatul Qadar di Gua Hira, Nabi berdawah secara sembunyi-sembunyi. Kaum Quraisy penyembah berhala, tidak akan rela kepercayaannya diusik oleh ajauran Tauhid yang akan disampaikan oleh Muhammad SAW.
Wahyu pertama surat Al Alaq (QS 96) yang diturunkan pada tanggal 1 Februari 610 itu disampaikan melalui malaikat Jibril. Sosok malaikat itu menakutkan dan membingungkan Nabi, beliau segera menuruni gua dan pulang ke rumahnya. Badannya gemetar seakan kedinginan.
Dimintanya istrinya, Khadijah ,“Selimuti aku!’, katanya menggigil seperti demam. “Khadijah, kenapa aku ini?”, tanyanya. Kemudian kepada istrinya diceritakannya apa yang baru terjadi. Ketakutannya dan
kekhawatirannya. Khadijah menghibur dan menentramkannya.
Membesarkan hatinya. Memuji kejujurannya, keikhlasannya, kerelaannya berkorban untuk orang lain, penolong dan hormat kepada tamu. Khadijah mengharapkannya menjadi Nabi. Inilah profil seorang istri yang diidamkan oleh semua suami.
Istri yang menyejukan, menghibur dan menentramkan, memuji juga menyemangati. Allah telah menyiapkan wanita yang jauh lebih tua dari suaminya ini mendampingi Muhammad di-masa2masa sulit kelak. Muhammad hatinya jadi sejuk dan tenang. Ia tertidur pulas karena pikiran dan badannya letih.
Khadijah diam-diam meninggalkan suaminya yang sedang nyenyak. Ia kemudian bergegas ke rumah Waraqa bin Naufal, sepupunya. Waraqa, penganut Nasrani yang sudah membaca Bible dan
menterjemahkannya kedalam bahasa Arab.
Khadijah segera menceritakan yang didengar dari suaminya kepada orang tua yang sarat dengan pengetahuan agama ini. Ia sejenak mencerna apa yang didengar dari sepupunya ini, kemudian
katanya,
“Maha Kudus Ia. Maha Kudus. Demi Dia yang memegang hidup Waraqa. Khadijah, percayalah, dia telah menerima Namus Besar, seperti yang diterima Musa. Dan dia adalah Nabi umat ini. Katakan kepadanya supaya tetap tabah”. Kelak Muhammad akan bertemu dengan orang bijak ini secara langsung.
Saat kembali ke rumahnya, Khadijah mendapatkan suaminya masih tertidur. Dipandanginya orang yang selalu dikaguminya itu. Orang yang selalu berjalan dalam kebenaran, jujur, mudah memaafkan. Hormat dan santun kepada siapa saja.
Khadijah membayangkan hari2 berat akan dihadapi mereka dimasa depan. Ia tahu betul, kaumnya tidak akan mudah melepaskan kemungkaran yang selama ini mereka nikmati. Muhammad dan keluarganya akan menghadapi tentangan yang keras, dahsyat bahkan mungkin ancaman nyawa juga.
Khaidijah bertekad akan mendukung suaminya untuk tugas kenabian yang sangat berat. Dari penjelasan Waraqa, dia sadar bahwa junjungannya kini sudah bukan miliknya sendiri, melainkan akan menjadi milik ummatnya yang lain. Perlu pengorbanan yang tulus guna keselamatan dan keberhasilan tugas suami.
Tiba-tiba Muhammad terbangun dan malaikat yang menakutkan itu datang kembali membawakannya wahyu kepadanya, Muhammad menggigil dan berkeringat, “Wahai orang yang berselimut! Bangunlah dan sampaikan peringatan. Agungkan Tuhanmu. Pakaianmu pun bersihkan. Dan hindarkan perbuatan dosa. Jangan kau memberi, karena ingin menerima lebih banyak. Dan demi Tuhanmu, tabahkan hatimu” (Al Mudatsir Qur’an QS 74:17)
Khadijah kembali menenangkan Muhammad. Dimintanya suaminya tidur kembali dan beristirahat. Muhammad bangkit, “Waktu istirahat sudah tidak ada lagi Khadijah. Jibril sudah membawa perintah agar aku memberi peringatan kepada umat manusia. Mengajak mereka beribadat hanya kepada Allah YME. Tapi siapa yang akan kuajak? Siapa pula yang mau mendengarku?”.
Khadijah serta merta menyatakan beriman kepada keNabi an suaminya. Dengan penuh semangat diceritakan pertemuannya dengan Waraqa. Khadijahlah orang pertama yang menerima Islam, berikutnya sepupu Nabi yang masih kanak-kanak, Ali bin Abi Thalib, sepupunya Ali bin Abi Thalib, pembantunya Zaid bin Haritsah dan sahabatnya, Abu Bakar.
Abu Bakar secara diam-diam berdawah pula kepada sahabatnya, Ustman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdur-Rahman bin ‘Auf, Saad bin Abi Waqqash dan Thalhah bin Ubaidillah. Sembilan orang ini dikenal sebagai Muslimin Angkatan Pertama. Wallahu a’lam bish shawab.(Bahan a.l. dari Sejarah Hidup Muhammad, Moh.Haekal)-(Sadhono Hadi)-FR