Silaturahmi ke kampung
Sudah lama tak menengok saudaraku yang tinggal didesa atau tepatnya dusun (sekelompok kecil tempat tinggal penduduk) beberapa waktu yang lalu kusempatkan silaturahmi kerumahnya. Sejak pensiun dia memang memilih untuk memasuki hidup baru yang jauh berbeda dengan kehidupan sebelumnya.
Nampaknya semakin tua justru semakin sehat walaupun agak kehitam hitaman. Tidak gemuk, tapi juga tidak kurus, ideal lah untuk ukuran orang tua. Bicara kebiasaan setlah jadi orang dusun, pagi hari, sepulang dari surau dimana dia bisa bertemu dengan tetangga teman berzikir, kebiasaan minum tehnya tak dilupakan tapi tak berani GITEL lagi ;
Bahkan sering diselingi rebusan daun sirzak yang katanya untuk melunturkan kolestrol (paling tidak kata lain untuk ngirit). Kalau lagi ada, kadang ditemani rebusan singkong atau ubi sebagai pengganti sarapan roti dijaman masih kerja dikota
Kegiatan pagi lainnya dilanjutkan dengan membersihkan kandang domba dan ayam sambil memberi makanannya. Digambar, anakku senang sekali dengan tingkah laku cempe sianak domba miliknya. Lari dan loncat kesana kemari diluar kandang, dan ketika dapat ditangkap, tak segan sicempe ini mengendus pipi anakku.
Antara jijik dan senang karena jarang dan bahkan sulit ditemui dikota dia ketawa gembira dengan semuanya itu. Agak siangan dikit, saudaraku ini ngajak jalan kesawah yang didekat kebun singkongnya. Jadi petani, katanya gampang gampang susah.
Tidak seperti zamanku kecil, bibit mudah, pupuk murah hama jarang. Sekarang ini banyak ketergantungan kepada orang lain, baik bahan maupun tenaganya. Orang lebih senang kerja dikota, sekalipun cuma jadi buruh kasar, tetapi pulang kedusun lebih kelihatan gengsi; wallauhualam.
Namun hebatnya saudaraku, dia tidak tergantung dan terlalu terpengaruh dengan gejolak sosial dan ekonomi ini. Hasil sawah dan kebunnya hanya untuk nambah nambah kebutuhannya saja, sementara kesehariannya untuk ukuran kehidupan sederhana sudah tercukupi dari MP yang dia terima.
Bagaimana dengan pengobatan? Alhamdulillah dengan pola hidup yang dianutnya selama ini, jarang sekali sakit.Kalaulah terpaksa kerumah sakit, kita bukan lagi kaya orang hamil yang mau melahirkan, insyaallah tidak sulit. Sungguh pola hidup dan pola pikir yang menyegarkan dan mengesankan. (Sunarto SA)-FR
Tanggapan-1 dari Djr :
MP yang mana (kalau dari Telkom). Kalau eks PNS ya dimengertilah.
Menjalani kehidupan sedemikian, andaikata dia pensiunan Telkom, sesungguhnya sudah mengantongi “pasive ‘akhirat’-income”, secara tidak sadar telah membuat jasa bagi: Yakestel yg tidak mengeluarkan biaya pengobatan bagi dirinya, terus nilai ibadah kembangan berupa terobatinya pensiunan lain yg menderita sakit parah oleh menguatnya kemampuan dana Yakestel. (-djr- )
Tanggapan-2 dari : SSA
Pak Djaka dan Rekan dimanapun berada.
Cerita ini dimaksudkan dapat menjadi inspirasi bagi mereka yang berminat dan tidak termasuk diriku yang pensiunan Telkom dengan MP standart YEN.
Saudaraku Ini pensiunan PNS Rumah Sakit Umum., tetapi sekalilagi yang kuhargai adalah semangat perubahan dan cara berpikir sederhana seperti juga kehidupannya yang terus berhemat.
Berbicara kehidupan teman pensiunan TElKOM sesungvuhnya juga tidak sedikit yang berhasil, sekalipun MP nya kecil. Salah satunya mantan staf saya p. Adjat yang punya toko material didaerah Cipacing Rancaekek.(sebelum SPBU Maksum)
Usaha yang dirintisnya setelah ambil KD 57 alhamdulillah berhasil dan sekarang ditangani anaknya. Dia cerita kalau dulu dipandang sebelah mata oleh bank, sekarang justru banyak yang datang menawarkan pinjaman modal padanya.
Baginya modal utama bukanlah materi namun adalah semangat dan tekad. Dia cerita bahwa didunia bisnis material ada 1001 modus penipuan yang sudah pernah dihadapinya. Jadi apapun dan siapapun harus siap risiko, karena baginya hidup adalah perjuangan.
Bagi kita atau saya, kayanya lebih baik melihat kedepan dengan selalu penuh harapan dan saatnya bersukur karena sudah dapat bonus umur. (SSA)-FR