Google akan menjawab pertanyaan anda
Ucapkan saja sekali di telepon seluler Anda, maka layarnya berganti putih dengan ikon mikrofon berwarna merah segera berpendar. Muncul tulisan “listening” atau “sedang mendengarkan” permintaan pengguna selanjutnya. Di beberapa jenis ponsel, hal itu bisa dilakukan segera, tetapi kebanyakan harus didahului dengan mengaktifkan aplikasi Google yang terpasang secara otomatis di setiap ponsel yang menggunakan sistem operasi Android.
Fitur pencarian suara tersebut merupakan bagian dari Google Now, sebuah inisiatif untuk menghadirkan asisten virtual untuk setiap pengguna ponsel Android. Pengguna bisa mencari segala informasi dan polanya akan dicatat untuk menghadirkan informasi yang relevan. Misalkan seorang pengguna yang kerap mencari informasi terkait dengan satu kesebelasan atau produk ponsel tertentu akan mendapatkan informasi yang rutin terkait hal tersebut.
Google Now juga mengumpulkan sebagian data yang dikumpulkan ponsel dari penggunanya untuk memberikan informasi yang dianggap penting. Itulah mengapa tidak perlu kaget bila tiba-tiba mendapat pemberitahuan di layar bahwa 30 menit lagi sudah waktunya untuk pulang ke rumah. Informasi tersebut dihasilkan dari waktu yang dihabiskan antara malam hingga pagi hari dan jam kerja, dari sanalah algoritma menyimpulkan lokasi rumah dan kantor dan jam pulang.
Tidak jarang, informasi yang ditawarkan bisa melintasi kewajaran bagi setiap orang. Apabila kotak surat elektronik kita mendapatkan informasi terkait dengan penerbangan yang akan dilakukan, data tersebut bisa diintip oleh Google dan juga dihadirkan dalam bentuk kartu, mengingatkan pada hari keberangkatan mengenai nomor penerbangan dan jam untuk keberangkatan.
Jason Tedjasukmana, Kepala Komunikasi Google Indonesia, menuturkan, algoritma mesin pencarian akan makin pintar apabila sering digunakan. Yang dimaksud dengan pintar adalah mesin pencari ini makin mengerti dengan apa yang kita butuhkan karena mampu mengerti konteks dari kata-kata atau perintah yang dimasukkan ke bilah mesin pencari.
Misalnya, pertanyaan “Siapa istri Raffi”, akan langsung menghasilkan rentetan informasi terkait Nagita Slavina, artis yang menikah dengan Raffi Ahmad tahun 2014. Hasil tersebut bisa muncul berdasarkan tiga kata di bilah mesin pencari tanpa harus memberikan informasi lain karena algoritma dari Google mencari sendiri, setidaknya dari beberapa faktor, seperti lokasi pengguna, riwayat pencarian, serta tren pencarian di kawasan tersebut pada waktu bersamaan.
Ditampilkan dalam bentuk kartu-kartu, inilah upaya Google untuk menghadirkan informasi yang benar-benar relevan bagi penggunanya. Setiap pengguna akan mendapatkan kartu informasi yang berbeda dengan pengguna lain. Informasi tersebut akan membuat kata-kata yang kita cari akan mendapatkan hasil yang paling masuk akal.
Pada bulan Ramadhan, Google membuat eksperimen dengan memasukkan informasi tambahan terkait dengan bulan Puasa ke ponsel pengguna di Indonesia. Dengan penduduk yang mayoritas Muslim dan berpuasa, langkah tersebut memiliki asumsi bahwa pengguna Android akan membutuhkan informasi terkait dengan ibadah puasa, seperti jam buka, resep masakan, rekomendasi restoran yang berada di sekitar pengguna, dan konten hiburan pengisi waktu.
Product Manager Google Joseph Kurachi Luk menjelaskan, informasi tersebut merupakan kata-kata yang paling dicari oleh pengguna internet di Indonesia pada bulan Puasa tahun sebelumnya. Dia mengungkapkan, pengguna di Indonesia umumnya belum terbiasa memanfaatkan fitur yang ditawarkan Google Now secara optimal sehingga langkah ini pun ditempuh.
“Tentu saja mereka bebas untuk menghapus informasi tersebut apabila dirasa mengganggu,” katanya.
Ekonomi pencarian
Dalam buku berjudul The Search: How Google and Its Business Rewrote the Rules of Business and Transformed Our Culture yang disusun John Battele, pencarian merupakan inti bisnis yang dikelola Google. Pengguna internet mengetikkan kata ke bilah mesin pencari untuk mencari jawaban dan dari sana muncul peluang bagi pelaku bisnis untuk menempatkan nama tempat usaha di pucuk daftar hasil pencarian.
Diawali dengan program AdWords tahun 2000, Google mengawali usaha tersebut dengan fitur untuk menampilkan nama pelaku usaha berdasarkan impresi atau nama yang terlihat pengguna. Pertengahan tahun 2000, Google melayani permintaan pencarian sebanyak 18 juta kali dalam sehari dengan 1 miliar dokumen yang diindeks oleh mesin pencarian ini, melonjak menjadi 60 juta pencarian begitu layanan tersebut dimulai pada akhir tahun dan pada 2001 membukukan pemasukan 85 juta dollar AS.
Perusahaan yang dirintis oleh Larry Page dan Sergey Brin terus melesat, pada tahun 2002 berhasil membukukan keuntungan 100 juta dollar AS dari penghasilan kotor 440 juta dollar AS. Mereka melayani permintaan pencarian 250 juta kali dalam sehari pada 2003.
AdSense dirilis Google tahun 2003 sebagai jaringan iklan milik Google untuk dikerjasamakan dengan pemilik situs. Yang terjadi, Google meletakkan iklan yang relevan berdasarkan konten yang ada di dalam situs tersebut, artinya blog yang berisi tulisan tentang otomotif akan mendapat iklan penjualan mobil atau aksesori mobil.
Statista merangkum pertumbuhan pendapatan Google dari iklan yang terus meningkat dari tahun 2001 hingga tahun 2014 yang jumlahnya 59,06 miliar dollar AS.
Dalam buku tersebut, Battele berpendapat, mesin pencarian adalah kunci dari Google untuk mempertemukan pemasang iklan dengan calon konsumen dengan menghadirkan iklan yang sesuai dengan konten yang sedang dicari. Cara yang terbaik untuk mencapainya adalah menghadirkan mesin pencarian yang lebih memahami penggunanya, tak heran apabila kalimat “mengelola informasi dunia” menjadi visi yang selalu didengungkan Google dengan menghimpun berbagai data dari segala penjuru dunia.
Cara kerja mesin pencarian bisa disederhanakan dengan tiga tahap, yakni pengguna memasukkan kata ke mesin pencari, kata-kata tersebut dihubungkan dengan basis data yang disusun berdasarkan indeks terkait kata yang ditulis, lantas disajikan dalam daftar berisi tautan yang dianggap paling relevan dengan maksud pencari. Itulah “keinginan” yang dimaksud Battele bahwa kata-kata yang dimasukkan umumnya berisi hasrat mencari sesuatu, entah jawaban atau belajar sesuatu yang baru.
Untuk memberikan hasil pencarian yang relevan itulah Google memanfaatkan jejak digital penggunanya sekaligus menganalisis peringkat situs. Semua bisa berawal dari berbagai hal, seperti riwayat video yang ditonton di Youtube, situs yang didatangi, kata-kata di surel, ataupun pencarian yang dilakukan sebelumnya. Hingga muncul selorohan bahwa kita jarang menengok halaman kedua dari daftar pencarian.
Sejak tahun 2010, Google memperkenalkan fitur suara untuk memasukkan kata-kata ke mesin pencarian yang tidak berhenti di bahasa Inggris saja, tetapi juga berbagai bahasa di dunia, termasuk Indonesia, dan dua tahun kemudian mengintegrasikannya dalam sistem kartu melalui Google Now. Fitur tersebut mempermudah penggunanya untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan, misalnya seorang ibu rumah tangga yang ingin belajar menu masakan baru, pemuda yang ingin tahu lebih banyak mengenai artis pujaannya, atau mereka yang membeli sepeda motor yang dikeluarkan tahun 1982.
Bertanyalah, maka Google menjawab.
Artikel ini sudah tayang di Kompas Digital edisi Kamis (16/7/2015) dengan judul “Bertanyalah, maka Google Menjawab“. (Didit Putra Erlangga Rahardjo; Laksono Hari Wibowo; Harian Kompas dan http://tekno.kompas.com/read/2015/07/17/12000097/Bertanyalah.maka.Google.Menjawab)-FatchurR