Menjadikan buah Nusantara Unggulan Indonesia
KOMPAS.com–Bak meniti buih, langkah Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Pada satu sektor, pertanian misalnya. Kini, petani buah2an domestik cenderung kewalahan menghadapi semakin derasnya buah-buahan impor.
Harus diakui, buah-buahan lokal mesti tertatih-tatih menghadapi empat hal yakni penampilan, pengemasan, kontinuitas produksi, dan ketersediaan. Selain itu, buah lokal juga terbilang kalah bersaing soal harga dengan buah impor.
Beberapa jenis buah nusantara yang sebetulnya kompetitif dan memiliki daya saing memang masih sulit dipasarkan secara luas karena hingga saat ini produsen buah domestik rata-rata adalah produsen skala kecil. Akibanya, harga buah nusantara seringkali lebih mahal di pasar internasional.
Catatan di laman Kementan, pertanian.go.id, menunjukkan, sampai setahun silam, ada 23 jenis buah-buahan jadi unggulan terkait luasan panen. Dari jumlah itu, tercatat ada sebelas jenis buah-buahan yakni belimbing, duku atau langsat, jambu biji, manggis, nanas, pepaya, pisang, salak, markisa, sukun, dan apel mengalami penurunan luasan panen.
Sementara itu, menurut catatan Program Studi Agribisnis Universitas Surya di kawasan Serpong, Tangerang Selatan, ada enam jenis buah-buahan yang saat ini menjadi perhatian sektor industri. Keenam jenis buah-buahan itu adalah manggis, pepaya, pisang, jambu kristal, salak, dan mangga.
Menurut lembaga yang menggelar acara bertajuk Agriventure sejak Kamis (8/10/15) sampai dengan Sabtu (10/10/15) lalu Kebangkitan agribisnis hortikultura di dalam negeri memang memerlukan geliat industri dalam berinovasi. Selain itu, dari segi permintaan, konsumen buah dalam negeri pun harus terus semakin cerdas dalam menuntut produk-produk berkualitas.
Kenyataan sekaligus tantangan adalah bahwa konsumsi buah di Indonesia masih tergolong rendah, bahkan dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN lainnya. Perlu dilakukan upaya untuk mengajak masyarakat agar lebih tertarik untuk meningkatkan konsumsi buah mereka.
Data penelitian Survei Diet Total untuk seluruh Indonesia oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) menunjukkan konsumsi sayuran dan buah penduduk Indonesia 91 gram per hari. Jumlah ini hanya sekitar setengah dari konsumsi masyarakat Thailand dan Filipina, atau seperlima dari konsumsi masyarakat Singapura yang sebesar 518 gram per hari.
Terkait Agriventure, pergelaran itu mengusung tema It’s Fruit Time!. Tercatat ada sekitar 500 peserta yang hadir.
Sementara, Its Fruit Time! terdiri dari tiga rangkaian acara, yakni seminar tentang buah-buahan nusantara (Fruit Talk), lomba makan buah (Eat Fruit), serta lomba foto dengan tema ajakan untuk mengkonsumsi buah nusantara yang diunggah ke media sosial.
Lomba makan buah (Eat Fruit) menjadi salah satu daya tarik bagi peserta. Pasalnya, terbukti makan buah dapat menjadi sangat menyenangkan. Melalui kegiatan ini, diharapkan pemahaman masyarakat terhadap buah nusantara akan semakin tinggi.
Tak cuma itu, konsumsi masyarakat terhadap buah nusantara diharapkan meningkat. (Yusephus Premus; http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/10/13/185242026/Menjadikan.Buah.Nusantara.Unggulan.Indonesia)-FatchurR