Musi akan tiru London
MENPAR Arief Yahya terus mengubah pariwisata Indonesia lebih baik, termasuk sungai Musi di Palembang. “Saya akan jadikan sungai Musi di Palembang seperti di London, Inggris,” jelas Menpar kepada Okezone di Jakarta, (10/11/2015). Menurutnya, kebersihan alam menjadi kekuatan utama guna menjadikan sungai Musi jadi lebih indah untuk dilihat.
“Kita yakini semakin melestarikan alam maka semakin mensejahterahkan. Jadikan musi seperti di london. Hidupkan alam karena akan lebih laku ketimbang dirusak dan hasilnya jauh lebih besar,” paparnya lagi.
Melihat keindahan sungai di London, Menteri Pariwisata ini tak lupa mengenalkan sungai Musi disana. “Saya kenalkan triboatton di London, Inggris. Disana sungai menjadi beranda di rumah mereka. Di Indonesia belum menjadi seperti di London. Saya harapkan 2018 sudah jadi,” tukasnya. (jjs; http://m.okezone.com/read/2015/11/11/406/1247558/menpar-tiru-london-untuk-musi)-FatchurR
———–
Sajian “Aku cinta Indonesia lainnya :
- Menpar janji akan kembangkan Wisata Ziarah dan
- Kalimantan Budaya Kalimantan di Bandung
————–
Menpar janji akan kembangkan Wisata Ziarah
Merdeka.com-Menpar Arief Yahya minta keterlibatan seluruh pemangku kepentingan dalam negeri meningkatkan dan memperbaiki tata kelola destinasi wisata ziarah. Arief menyebut, pihaknya akan fokus 3 hal membangun dan memperbaiki tata kelola destinasi wisata ziarah. “Saya fokus pemasaran, destinasi, dan SDM,” kata Menpar, Rabu (18/11).
Arief mengakui, kini perlu pengembangan destinasi wisata ziarah lebih serius, termasuk pengelolaan destinasi, pengemasan produk wisata, serta promosi dan pemasaran segmen wisata minat khusus itu.
Khusus untuk tata kelola destinasi, Arief bakal fokus kemasan atraksi dan daya tarik wisata ziarah. “Saya minta koreografer dari nasional, pakaian juga diperhatikan. Promosi nanti kita bantu di semua tv nasional. Saya juga akan fokus di sanitasi, wc bersih,” katanya.
Mulai tahun depan, pihaknya mengalokasikan Rp 1 miliar per satu lokasi destinasi wisata ziarah untuk biaya pengelolaan destinasi khususnya sanitasi bersih. Terkait sumber daya manusia (SDM), pihaknya menyiapkan 100 orang perlokasi untuk memberi bimbingan teknis soal hospitality di sebuah destinasi wisata ziarah.
“Saya ajak lestarikanlah situs yang akan menyejahterakan kamu. Ke depan saya berharap wisata ziarah akan menyejahterakan masyarakat di sekitar,” katanya. Indonesia berpotensi pariwisata berbasis religi yang lengkap dan diakui dunia. Arief mencontohkan, Situs Walisongo berpotensi sebagai jalur rute ziarah (pilgrimage route) terbesar dan terpanjang melebihi Camino de Santiago kebanggaan Eropa.
Selain itu, komposisi populasi berdasar pemeluk agama selain membentuk segmen wisatawan berbasis religi, juga akan membentuk karakteristik destinasi wisata ziarah (pilgrimage tourism) berbasis kewilayahan. Arief mengatakan, daya tarik wisata ziarah yang potensial dikembangkan serius adalah Situs Walisongo di delapan kabupaten/kota pada prop. Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Selain warisan budaya berbasis Islam, situs2 itu merepresentasikan keberagaman budaya dan toleransi antar umat beragama. Selain berziarah ke makam wali-wali, juga daya tarik perayaan haul atau peringatan keagamaan untuk mengenang jasa orang yang dianggap penting dalam konteks agama dan bangsa.
Perayaan haul Sunan Ampel di Surabaya contoh kasus mampu menarik pengunjung 10 ribu orang/hari. Data yang diolah dari berbagai sumber memunculkan gambaran peziarah di sembilan makam Walisongo pada 2014 mencapai 12,2 juta orang dan dengan pengeluaran wisatawan hingga mencapai Rp 300 ribu per kunjungan atau total pengeluaran dalam setahun sebesar Rp 3,6 triliun.
Diperkirakan pada 2014 ada 3.000 orang wisatawan mancanegara yang berkunjung dengan pengeluaran total sekitar USD 450 ribu atau USD 150 per harinya. Kemenpar memproyeksikan wisatawan di Situs Walisongo 2019 mencapai 18 juta wisatawan nusantara atau 15% dari target wisatawan nusantara pada 2019 dengan pengeluaran wisatawan per kunjungan rata-rata Rp 400 ribu atau senilai Rp 7,2 triliun dalam setahunnya. (http://www.merdeka.com/uang/menpar-arief-yahya-janji-akan-kembangkan-wisata-ziarah-tanah-air.html)-FatchurR
——–
Kalimantan Budaya Kalimantan di Bandung
JAKARTA, KOMPAS.com – Pameran pariwisata Borneo Extravaganza 2015 akan hadir di BIP, Kota Bandung, Jabar pada 27-29/11/2015. Pada pameran ketujuh ini akan hadir berbagai acara seperti pameran batu permata, kerajinan tangan, obat tradisional, kesenian daerah untuk para wisatawan.
“Khusus Borneo Extravaganza tiap tahun kita laksanakan. Dulu 2 tahun sekali,” kata Assisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Personal Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Raseno Arya saat jumpa pers di Gedung Sapta Pesona Lantai 17, Jakarta (16/11/2015).
Ia mengatakan sebelumnya tahun 2014, pameran pariwisata Borneo Extravaganza 2014 diselenggarakan di Bali. Raseno juga menambahkan jika pameran ini untuk menarik kunjungan wisatawan nusantara ke Kalimantan. “Kalimantan sudah benar mencari target jadi promosi wisata di luar (Kalimantan),” jelasnya.
Pameran pariwisata Borneo Extravaganza 2015 adalah acara yang digelar dengan kerja sama antara Kementerian Pariwisata dengan Pemerintah Provinsi se-Kalimantan yakni Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan.
Sama dengan penyelenggaraan 2014, di Borneo Extravaganza 2015 memamerkan potensi pariwisata dari 5 provinsi se-Kalimantan. Akan hadir paket wisata Kalimantan yang ditawarkan 8 Biro Perjalanan Wisata (BPW). Pertunjukan seni budaya di ajang pameran pariwisata yang “menjual” Kalimantan ini berlangsung di panggung tiap hari selama pameran 12.00-14.00 WIB dan 19.00-21.00 WIB.
Atraksi budaya yang akan hadir di Borneo Extravaganza 2015 adalah atraksi budaya Dayak, Tionghoa, dan Kalimantan. Kepala Penyelenggara Borneo Extravaganza 2015, Samsul Bahri mengatakan acara ini pengunjung tidak dipungut biaya untuk menikmati suguhan pameran pariwisata dari Kalimantan ini.
“Pengunjung bisa beli paket2 wisata Kalimantan dari travel agent di pameran,” jelasnya. Sebelumnya, Borneo Extravaganza pernah di Jakarta tahun 2004, 2006, dan 2012 serta di Bali 2008 dan 2010. (Wahyu Adityo Projo; Ni Luh Made Pertiwi; http://travel.kompas.com/read/2015/11/16/173206027/Pameran.Budaya.Kalimantan.Segera.Digelar.di.Bandung)-FatchurR