Ramses-II
Ramses II adalah kaisar Mesir yang memerintah kekaisaran Mesir dari tahun 1292 SM sampai 1225 SM. Selama pemerintahannya, kejayaan Mesir tiada taranya. Wilayah kekuasaannya dari air terjun sungai Nil sampai ke Siria, meliputi banyak kawasan. Ia membangun bangunan-bangunan dan kuil yang megah.
Masa pemerintahannya yang lama menyebabkan ia mabuk kekuasaan dan tergelincir ke sifat-sifat buruk dari pemimpin yang lalai. Kalangan istana, menikmati kemewahan yang berlimpah sedang kalangan rakyat biasa tertindas dan harus bekerja keras. Tindakannya semena-mena, bahkan ia menganggap dirinya sendiri adalah Dewa yang harus disembah.
Jenazah Ramses II dalam bentuk mummi yang diawetkan dan disimpan di museum di Mesir. Pada tahun 1981, Presiden Perancis François Mitterrand meminjam jenazah ini untuk diuji di Perancis. Presiden menyambut sendiri jenazah ini saat turun dari pesawat terbang dan konon karpet merah dihamparkan, seperti layaknya menyambut tamu negara.
Tim penguji ini dipimpin oleh Professor Maurice Bucaille, seorang dokter terkemuka di Perancis. Ia mendapatkan bahwa Ramses II, atau salah satu Fir’aun ini mati karena tenggelam. Buah dari penelitiannya adalah sebuah buku yang ditulisnya, Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern, atau judul aslinya, Les momies des Pharaons et la midecine. Buku ini mendapat penghargaan baik dalam cabang ilmu sejarah maupun dalam bidang kedokteran.
Namun ia heran mendengar bahwa dikalangan ilmuwan muslim hal itu bukanlah penemuan baru. Al Qur’an telah menyebutkan bahwa, Fir’aun yang mengejar Musa itu ditenggelamkan oleh Allah, namun mayatnya diselamatkan dan diawetkan Allah.
“Dan ingatlah ketika Kami membelah laut untukmu, sehingga kamu dapat Kami selamatkan dan Kami tenggelamkan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya” (QS Al Baqarah 2:50), “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu” [QS Yunus10:92]
Fir’aun ini menurut riwayat memang setelah ditenggelamkan dan jasadnya di angkat lagi dari dasar lautan dan oleh Allah SWT didamparkan di pantai. Ditemukan lagi oleh orang-orang Mesir dan di awetkan. Bucaille tercengang menyadari bahwa apa yang sudah ia temukan dengan peralatan modern itu sudah diketahui oleh Nabi Muhammad 1400 tahun yang lalu.
Qur’an yang diturunkan hampir 2000 tahun sesudah kejadian Musa dan Fir’aun itu, telah menulisnya dengan konsisten. Pada kitab-kitab suci yang lain, tidak demikian. Ternyata para ahli modern memang menemukan garam di dalam badan Fir’aun yang menunjukkan bahwa Fir’aun memang pernah tenggelam. Dan bukan kebetulan bahwa Jenazah Fir’aun/Mumi bisa dilihat manusia hingga saat ini.
Rasa penasarannya menyebabkan ia kemudian terbang ke Mesir dan mengadakan penelitian lanjutan dan lahirlah sebuah buku yang lebih monumental, Bibel, Alquran dan Ilmu Pengetahuan Modern, judul asli dalam bahasa Prancis, La Bible, le Coran et la Science. Buku ini telah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
Apalagi yang engkau dustakan dari Qur’an? Apakah para pemimpin yang lalai, tidak melihat tanda-tanda Allah ini? Wallahu a’lam bish shawab. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR