TV Samsung melengkung tampilan warna semiliar
KUALA LUMPUR, KOMPAS.com–Dalam Samsung Forum 2016 di Kuala Lumpur, Malaysia, awal bulan ini, Samsung memamerkan TV layar melengkung berteknologi terbaru, Quantum Dot Display. President & CEO South East Asia & Oceania Samsung Electronics Jeon Yong Sung menjelaskan TV berteknologi ini sanggup menampilkan gambar “High Dynamic Range” dengan tingkat brightness mencapai 1.000 nits.
Jumlah warna yang ditampilkan pun mencapai kisaran semiliar sehingga tampak lebih natural di mata. Pemakaian teknologi ini, lanjut Sung, bukan tanpa sebab. Pihaknya menilai hampir sebagian besar konsumen menonton TV di ruang terang.
Quantum Dot Display diklaim memberikan pengalaman menonton yang optimal dan tak terpengaruh dari cahaya di lingkungan sekitar. “Quantum Dot Display di SUHD TV akan jadi standar tolak ukur kami di masa depan,” kata Sung.
Jadi tren?
Coorporate Marketing Director Samsung Electronics Indonesia, Jo Semidang, menjelaskan perkembangan televisi berlayar lengkung terus meningkat setiap tahun. Dari data yang dimiliki, secara global terdapat peningkatan pesat dari 1,7 juta unit menjadi 5,5 juta unit pada tahun 2014 ke 2015.
Dampaknya, lanjut Jo, televisi dengan layar lengkung menjadi tren terbaru di kalangan perusahaan elektronik. “Kami prediksi tahun 2016 TV layar lengkung ini akan menjadi tren tersendiri,” kata Jo di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (2/2/2016).
Dari amatan tersebut, TV/EV Senior Product Manager Samsung Eelctronics Indonesia, Ubay Bayanudin, mengatakan nantinya harga curved TV akan bersaing. Salah satunya dengan cara mengurangi perbedaan harga antara televisi layar melengkung dan datar.
“Dari perbedaan harga 20%, menjadi 10 persen. Konsumen tak akan ragu membeli televisi curved kalau perbedaan harganya 10%,” kata Ubay. Namun Ubay menjelaskan, untuk Indonesia, SEIN tidak akan menjual Samsung TV seri terbaru yakni KS9000. Pihaknya akan menjual seri KS8000 dengan teknologi 4K dan Quantum Dot Display. (Kahfi Dirga Cahya – Kompas Tekno; Oik Yusuf; http://tekno.kompas.com/read/2016/02/09/12170007/TV.Melengkung.Samsung.Tampilkan.Warna.Sampai.Semiliar)-FatchurR
———–
Sajian lainnya : Pesan moral dari Jerman
Artikel ini dibuat warga Indonesia yang berkunjung ke Hamburg Jerman sebuah negara industri terkemuka. Di negara seperti ini banyak yang mengira warganya hidup foya2. Ketika kami tiba di Hamburg, kami bersama rekan2 ke restoran. Kami lihat banyak meja kosong. Ada satu meja dengan sepasang anak muda sedang makan. Hanya ada 2 piring makanan dan 2 kaleng minuman di mejanya.
Kami bertanya dalam hati apa si pemuda tidak punya uang atau dia seorang yang kikir karena hanya membeli sedikit makanan. Kemudian ada beberapa wanita tua yang ketika makanan dihidangkan jumlah piring dan gelas sama dengan jumlah orangnya.
Karena kami sangat lapar kami pesan banyak makanan. Hasilnya bisa ditebak banyak makanan sisa yang tidak kami makan. Ketika kami hendak meninggalkan restoran, wanita tua yang ada di meja sebelah menghampiri kami. Dia merasa tidak senang dan menegur kami karena memubazirkan makanan. Rekan kami mengatakan itu makanan dia yang bayar dan tidak ada hubungannya dengan dia.
Wanita itu lalu menelepon seseorang dan tak lama kemudian datang petugas dari Sekuritas Sosial datang dan mendenda kami sebesar 50 euro (kira2 Rp 750.000).
Kami semua terdiam tak percaya. Lalu petugas itu berkata dengan suara yang galak : “Pesan hanya yang sanggup anda makan. uang itu milikmu tapi sumber daya alam ini milik bersama. Banyak orang lain di dunia yang kekurangan, kalian tidak punya alasan men-sia2kan sumber daya alam itu.”
Kami semua malu. Kita ini dari negara yang tidak makmur-makmur amat. Tapi demi gengsi kita sering pesan banyak dan sering berlebihan dalam menjamu orang. Pesan moral : “Money is yours but resources belong to the society”.
Jadi kawan-kawan mari kita mengurangi pemubaziran karena “Uang milikmu, tapi sumber daya alam itu milik bersama.” Apa anda masih merasa jauh lebih baik dari pada warga Jerman? (MBR; disarikan dari http://bundafaradiba.blogspot.co.id/)-FR