Cantiknya dokter gigi itu
Berkali kali tiap kedokter gigi, dokter D, saya selalu ditolak karena hrs turunkan tensi dan gula. Kalau ke dua nya baik, ee gusi bengkak, akhirnya utk cabut juga ditolak. Begitulah, jadinya tertunda tunda dan males kedokter poli ini. Sore ini, saya coba kedokter tetangga, biar sdh tua tapi orangnya cantik juga.
Dokter, kataku, gigi geraham tinggal sisa pecahannya saja. Saya ingin dicabut karena sering sakit ketika minum air dingin dan — mulut juga jadi bau. Tensi saya sekarang 130, gula darah puasa 125, nggak apa2 cabut gigi ? Ah nggak apa2 pak. ok kita lihat dan cabut ya, katanya mantap.
Karena nggak mau sakit, saya minta minum obatnya dulu baru dicabut. Tugasnya dimulai, alat kaya cungkil masuk mulut, kotak katik, eee lama2 terasa sakit. Aaaa yaiiit dokk teriakanku sambil mulut menganga dan kaki terangkat. Saya bayangkan dia lagi menyuntik anti sakit.
Ahh, hanya sedikit, katanya sambil ganti alat, mungkin tang pencabut gigi. Ketika proses dimulai, kembali terasa spt dicubit, clekiit, tapi kali ini tdk begitu sakit spt sebelummnya. Mungkin obat bereaksi atau krn hembusan nafas dokter cantik ini yang menerpa pipiku. Antara sakit dan bayangan nikmat. Ahh, dasar manula teaa, suka berkhayal kaya yang masih muda saja. (Soenarto SA; dari grup WA-VN)-FR