Selingan

Wayang-Wisanggeni (5)-Suta bertemu bapa

Tiba-tiba awan mendung menaungi Kerajaan Amarta, seakan sebagai pertanda suasana mendung akan segera terjadi. Burung-burung yang lagi benyanyi di pucuk pohon nan tinggi, kini telah berhenti.

Arjuna masuk ke dalam ruang pertemuan. Semua kemudian menyambut kedatangan Arjuna dengan senang hati. Ada yang memeluk, ada yang mencium dan ada pula yang membungkok hormat, yaitu yang lebih muda usianya.

” Dinda Arjuna, bagaimana keadaanmu sekarang? Bukankah kamu telah menikah dengan Dewi Dresanala? Kami ini semua kuatir, kamu lupa tidak pulang. Terutama istri-istrimu itu”, kata Kresna sambil melirik ke Sumbadra dan Srikandi.

” Ah, Kakanda Prabu Kresna bisa saja”, jawab Arjuna sambil ikut melirik ke Sembadra dan Dewi Srikandi. Yang dilirik kebetulah sedang memperhatikannya, maka senyum kecut yang kemudian tersungging.

” Jadi bagaimana pengalamanmu sebagai jagonya para dewa melawan musuh yang memerangi kayangan lalu memperoleh bidadari? Coba hayo ceritakan”, kata Kresna sambil tersenyum.

Arjuna lalu menceritakan semua yang terjadi, sejak dimintai tolong dewa untuk mengusir musuh, sampai menikah dengan Dewi Dresanala dan kemudian diusir oleh Batara Brama.

” Hm, ya ya ya. Pengalaman hebat. Tapi bukankah tadi kamu bercerita bahwa di kayangan kamu mengatakan bahwa isi dunia ini ada dua, ada pagi ada sore, ada senang ada susah. Nah, sekarang kamu diusir oleh Batara Brama itu sebagai hal yang membuat sedih. Bukankah kamu sudah tahu kalau ada senang pasti ada sedih? Kamu pulang ke Arcapada ini bukankah hal yang wajar saja? Kenapa kamu kelihatan sedih begitu?”, tanya Kresna.

” Kanda Prabu, hamba sedih bukan karena diusir dari kayangan, namun mengingat Dewi Dresanala yang sedang mengandung. Bagaimana keadaannya, bagaimana kalau nanti melahirkan, bagaima dengan anak saya, itu yang menjadi beban pikiran hamba”, jawab Arjuna.

” Kanda Arjuna, bukankah hal seperti itu sudah sering terjadi?”, tiba-tiba Srikandi menyela.
” Kanda Arjuna pergi untuk waktu yang lama, di sana nikah lagi. Belakangan ada anak muda mencari bapaknya, ya Arjuna”, kata Srikandi sambil bersungut-sungut. Semua yang hadir menjadi tersenyum, bahkan ada yang tidak tahan menahan tawanya.

” Ya ya Srikandi, aku minta maaf”, kata Arjuna.
” Lalu sebaiknya saya bagaimana Kanda Prabu Kresna?”, tanya Arjuna kepada Kresna.

” Lupakan saja apa yang terjadi, sambil berdoa meminta kemurahan dewa agar calon anakmu selalu dalam lindungan dewa”, jawab Kresna. Arjuna mengangguk pertanda setuju. Dalam hati dia pasrah kepada keputusan dewa.

Belum sempat mereka melanjutkan pembicaraan, ada punggawa kerajaan melaporkan bahwa ada anak remaja mencari Raden Arjuna. Oleh Kresna diiyakan. Maka punggawa itu lalu keluar ruangan dan masuk membawa anak remaja itu.

” Masuklah, anak muda”, Kresna mempesilahkan anak muda itu masuk.

” Kamu siapa dan ada perlu apa mencari Arjuna?”, tanyanya.

” Namaku Bambang Wisanggeni. Aku diberi tahu kalau Bapakku bernama Arjuna. Apa dia ada di sini?”, tanya anak muda itu yang ternyata adalah Wisanggeni. Dia berbicara dengan polos belum tahu tata krama. Semua mata memperhatikan anak muda itu.

Setelah turun dari kayangan, di bumi Wisanggeni lalu bertanya ke sana kemari, mana letak Kasatrian Madukara. Setelah diberi petunjuk dia menuju ke sana. Kemudian ada yang memberi tahu bahwa Arjuna sedang berada di kerjaaan Amarta, maka kemudian dia menyusul ke Amarta.

” Sebentar-sebentar Wisanggeni, tunggu dulu ya”, kata Kresna dengan ramah. Wisanggeni mengangguk dan diam menunggu.

” Arjuna, bagaimana ini? Tadi kamu bilang bahwa istri barumu sedang mengandung, ini kok yang datang anak sudah remaja. Jadi ini anak siapa lagi?”, tanya Kresna.

” Saya juga tidak tahu Kanda Prabu”, jawab Arjuna malu-malu.

” Tidak tahu atau lupa? Ini anak sudah remaja, berarti kamu ketemu ibunya sekitar lima belasan tahun yang lalu. Coba diingat-ingat”, kata Kresna sambil tersenyum.

” Saya tidak ingat dan tidak merasa punya istri lima belas tahu lalu Kanda Kresna”, jawab Arjuna.

” Wah, lha terus ini anak siapa? Coba saya tanya dulu”, kata Kresna kemudian.

” Wisanggeni, kamu bilang anaknya Arjuna. Lalu ibumu siapa?”, tanya Kresna kepada Wisanggeni.

” Ibuku adalah Dewi Dresanala”, jawab Wisanggeni.

Semua yang hadir terperanjat, sebab Arjuna baru saja pulang dari kayangan dan mengatakan bahwa istrinya, Dewi Dresanala sedang mengandung.

” Coba kamu ceritakan apa yang kamu ketahui, kamu lahir di mana, lalu siapa yang mengasuhmu sehingga kamu sudah besar seperti ini. Kemudian siapa pula yang memberi tahu kamu bahwa bapakmu bernama Arjuna?”, kata Kresna.

” Aku lahir entah di mana. Saya ketemu dan diasuh sebentar oleh Kakek Narada di kawasan kawah Candradimuka, ketika itu saya sudah sebesar ini. Lalu Kakek Batara Guru memberi tahu bahwa bapakku bernama Arjuna”, jawab Wisanggeni.

” Akulah bapakmu, Arjuna”, kata Arjuna tidak bisa menahan diri dan segera maju lalu memeluk Wisanggeni. Kini semua yang hadir menjadi gembira bercampur haru atas bertemunya anak dan bapak itu. Suta (anak) bertemu bapa.

Yang menjadi ganjalan di hati Arjuna dan semua yang hadir, anak ini tiba-tiba hadir dan sudah menjadi remaja, tentu ada persitiwa besar di kayangan sana. Mengingat hal tersbut, kini yang hadir, terutama Arjuna menjadi merasa sangat cemas. Mencemaskan Dewi Dresanala.

” Sekarang ibumu ada di mana?”, tanya Kresna kemudian.

” Kata Kakek Guru, dia sudah menikah dengan Dew Srani”, jawab Wisanggeni.

Arjuna merasa disengat petir demi mendengar Dewi Dresanala ternyata telah dinikahkan dengan Dengan Srani. Kini dia mengerti, itulah sebabnya dia diusir dari kayangan oleh Batara Brama.

Di pertemuan itu ada seorang abdi yang leih tepat disebut sebagai pengasuh Pandawa, bernama Semar. Sedari tadi dia hanya mendengarkan saja, namun kini dia tidak bisa menahan diri.

” Ini pasti ulah Batara Guru atas bujukan Batari Durga, ibunya Dewa Srani. Ijinkan hamba ke kayangan mengingatkan Batara Guru”, kata Semar.

” Sabar dulu Kakang Semar”, cegah Kresna. Lalu katanya kemudian kepada Wisanggeni.

” Wisanggeni, bapakmu Arjuna, ibumu Dresanala. Sepertinya ibumu Dewi Dresanala dipaksa nikah dengan Dewa Srani dan kamu lahir sebelum waktunya”, kata Kresna. Dia kemudian berhenti sebentar, sepertinya sedang memikirkan kata yang akan diucapkan.

” Kamu lebih suka punya bapak Arjuna apa Dewa Srani?”, lanjut Kresna.

” Ya jelas lebih suka punya bapak Arjuna”, jawab Wisanggeni.
” Bukankah dia bapakku yang aslI?”

” Apa kamu juga ingin agar ibumu Dewi Dresanala bersatu kembali dengan bapakmu Arjuna?”

” Ya jelas begitu”, kata Wisanggeni mantap.

” Apa kamu sanggup membatalkan pernikahan ibumu dengan Dewa Srani? Kalau sanggup, itu baru namanya anak Arjuna. Kalau tidak sanggup, kamu tidak pantas mengaku sebagai anak Arjuna. Karena Arjuna ini terkenal sakti dan sudah sering menjadi jagonya dewa untuk memberantas kejahatan, baik di bumi maupun di kayangan”, kata Kresna.

” Sanggup!”, kata Wisanggeni. Dia panas hatinya dibilang jika tidak sanggup tidak pantas menjadi anak Arjuna.

” Kalau begitu, sekarang saya pamit dulu, mau merebut ibu Dresanala dari tangan Dewa Srani”, katanya.

Kresna dan Arjuna serta yang hadir mengiyakan. Maka berangkatlah Wisanggeni menuju kayangan untuk merebut Dewi Dresanala agar bersatu kembali dengan Arjuna, ayahnya yang telah mengukir jiwa raganya.

” Sinuwun”, kata Semar kepada Kresna.

” Apa boleh saya mengikuti perjalanan Raden Wisanggeni dari jauh, yang pasti dia akan bertemu dengan Batara Guru? Saya khawatir terjadi apa-apa”. Kata Semar.

” Sebaiknya kita di sini saja, yang tua-tua menunggu saja apa yang terjadi. Di sini”, jawab Kresna.

Sekalipun Semar kecewa, namun di bumi posisi dia adalah sebagai abdi, maka mau tidak mau harus menurut kepada keputusan Kresna sebagai penasehat Pandawa. Maka kekecewaan itu hanya disimpan di dalam hati.
Wisanggeni telah melesat ke kayangan, akan menemui Batara Guru dan meminta ibunya dikembalikan kepada Arjuna; bersambung Jum’at depan/ ……….. (Widartoks 2016; dari grup FB-MKPB Telkom )FR

 

Gambar : Sembadra – Srikandi

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close