Wayang Wisanggeni (8) -Setija – Boma Narakasura
Alkisah, di kadewatan, tempat tinggalnya para dewa. Batara Wisnu putra dari Batara Guru. Batara Wisnu tinggal di kayangan Untarasegara. Dia berumah tangga, menikah dengan Dewi Pertiwi, putri dari Sang Hyang Nagaraja yang berujud ular, namun sering berujud manusia atau dewa. Sang Hyang Nagaraja tinggal di kadewatan, namun sering tinggal di perut bumi di istana Ekapratala.
Batara Wisnu dengan Dewi Pertiwi mempunya dua orang anak, yaitu Sitija dan Siti Sendari. Pertiwi sendiri artinya tanah, bumi, maka putra-putri Dewi Pertiwi diberi nama dengan awalan Siti, yaitu Sitija dan Siti Sendari. Sitija kadang juga dipanggil dengan sebutan Seteja atau Suteja.
Karena merupakan cucu Batara Guru, maka ketika lahir Seteja juga dimasukkan ke kawah candradimuka, kemudian berbagai senjata dilemparkan ke sana, maka Seteja menjelma menjadi anak yang sangat sakti mandraguna.
Batara Wisnu selain berada di kadewatan, dia juga menitis pada anak Prabu Basudewa yang baru dilahirkan, bernama Narayana. Narayana ini kemudian setelah dewasa bernama Kresna dan menjadi raja di Kerajaan Dwarawati berjuluk Prabu Kresna. Selain itu Batara Wisnu juga menitis di Arjuna, putra Pandu.
Jadi Batara Wisnu kadang berada di kayangan dan terkadang ada di bumi, berada di badan Kresna dan kadang di badan Arjuna.
Mungkin agak membingungkan. Nah, supaya mudah, kalau di jaman sekarang, bayangkan Batara Wisnu ini mempunyai tiga kantor. Pertama di kayangan, kedua di Dwarawati, menyusup ke badan Kresna dan kadang di badan Arjuna.
Ketika Setija dan Siti Sendari masih kecil-kecil, Batara Wisnu mendapat tugas dari ayahnya, Batara Guru untuk memenuhi kewajiban yaitu memelihara perdamaian dunia yang waktu itu banyak kerusakan, banyak penyelewengan, banyak pejabat negra bertindak sewenang-wenang. Maka kemudian Batara Wisnu lebih banyak berada di bumi dibanding di kadewatan.
Mengingat pekerjaan Batara Wisnu sebagai dewa pemeliharan alam semesta tidak ringan, kemudian sebagai Kresna dia juga mempunyai pekerjaan banyak. Maka sangat sibuklah Batara Wisnu. Karena sibuknya itu, maka Setija dan Siti Sendari bersama ibunya lalu dititipkan ke Sang Hyang Ngaraja, mertuanya yang berada di perut bumi.
Waktu berlalu dan kini Setija dan Siti Sendari sudah beranjak dewasa. Lalu seperti layaknya di jaman wayang, mereka lalu bertanya siapa bapaknya. Dijawab oleh Sang Hyang Nagaraja bahwa orang tuanya adalah Batara Wisnu, namun saat ini sedang satu raga satu jiwa dengan Batara Kresna di Kerajaan Dwarawati. Kedua pemuda remaja itu lalu minta izin untuk menemui Bapak mereka di Dwarawati.
Dewi Pertiwi dan Nagaraja mengizinkan. Dibekalilah mereka dengan berbagai nasehat, agar menjadi orang baik, berguna bagi bangsa, negara dan orang tua. Selain bekal nasehat, Seteja juga diberi pusaka bernama pusaka kembang Wijayamulya. Pusaka ini membuat si pemilik tidak bisa mati, karena pusaka itu bahkan bisa untuk menghidupkan makhuk hidup yang sudah mati.
Singkat cerita, Seteja dan Siti Sendari sudah berangkat meninggalkan Ekapratala menuju ke Dwarawati. Karena alam Ekapratala berbeda dengan alam dunia, mereka terkagum-kagum dengan keindahan bumi ini. Ada gunung membiru, hutan menghijau, awan memutih. Berbagai tanaman dan binatang asing yang mereka bartu pertama kali melihat juga sangat banyak. Merek sangat gembira. Maka sepanjang jalan mereka selalu bergembira, tertawa dan kadang bernyanyi bersama.
Seteja yang mempunyai pusaka kembang Wijayamulya, ingin mencoba kesaktian pusaka itu untuk menghidupkan makhluk yang mati. Seteja melihat burung dara yang mati, maka bangkai burung itu dia sentuh dengan Kembang Cangkok Wijayamula, seketika burung mati itu hidup dan jadi burung raksasa yang menakutkan.
Namun tunduk kepada Setija, dia lalu diberi nama Detya Kala Mahundra. Ketika melihat tempat sesaji kecil, disentuh dengan pusaka itu, seketika berubah menjadi raksasa yang menakutkan juga dan diberi nama Ancakogra.
Demikian seterusnya ketika melihat barang rusak disentuh dengan pusaka itu seketika menjadi raksasa hidup. Semua raksasa itu mengabdi setia kepada Setija. Maka secara tidak sadar Setija telah memiliki pasukan yang terdiri dari para raksasa.
Sesampai di perbatasan kerajaaan Dwarawati, Setija dan pasukannya dicegat pengawal perbatasan. Setija mengatakan bahwa dia dan Siti Sendari adalah putra Prabu Kresna. Para penjaga bingung, sebab bagaimana mungkin putra Prabu Kresna mempunyai pasukan yang terdiri dari para raksasa.
Kalau mereka dilarang masuk, takutnya mereka membuat keonaran dan bisa membahayakan rakyat Dwarawati. Maka oleh penjaga perbatasan diberi kebijaksanaan, yang boleh masuk Setija dan Siti Sendari yang berwujud manusia. Para raksasa diminta menunggu di luar perbatasan.
Akhirnya Setija dan Siti Sendari berhasil masuk dan bertemu dengan Kresna. Setija lalu menceritakan dirinya, ibunya dan kekeknya, untuk menjelaskan bahwa dia dan Siti Sendari adalah putra-putrinya. Selanjutnya mereka meminta agar diterima sebagai anak dan bisa tinggal bersama Kresna.
Tentu Kresna tidak begitu saja menerima mereka. Kresna minta bukti yang mereka ceritakan. Setija bercerita tentang pusaka Kembang Wijayamulya dan kemampuannya. Ketika pusaka itu diminta, oleh Setija diserahkan ke Kresna. Pusaka lalu disatukan dengan pusaka yang sudah dipunyai Kresna, yaitu Kembang Cangkok Wijayakusuma.
” Setija, aku terima kamu sebagai anak”, kata Kresna kemudian.
” Nah, saat ini di bumi ini sedang ada manusia angkara murka, yaitu Prabu Bomantara dari negara Prajatista. Apakah kamu sanggup mengalahkannya?”, tanya Kresna.
” Hamba sanggup Ramanda”, jawab Setija mantab.
” Kalau begitu berangkatlah ke kerajaan Prajatista, kalahkan si angkara murka. Restuku menyertaimu”, kata Kresna. Maka kemudian Setija berangkat ke Prajatista disertai pasukannya yang terdiri dari para raksasa yang berasal dari berbagai makhluk dan benda mati yang dihidupkan dengan kembang Wijayamulya tadi.
Ganti cerita. Inilah kerajaan Prajatista. Raja yang berkuasa di negara ini adalah Prabu Bomantara yang berujud raksasa. Prabu Bomantara merupakan raksasa dan mempunayi sifat angkara murka, suka menyerang negara lain, bahkan pernah mencoba menyerang kayangan di waktu sebelumnya.
Setija dengan pasukannya akhirnya berperang dengan Prabu Bomantara yang pasukannya terdiri dari raksasa2 juga. Terjadi perang ramai. Singkat cerita Prabu Bomantara terbunuh oleh Setija. Namun ada kejadian aneh terjadi, ternyata sukma Prabu Bomantara masuk ke badan Setija.
Maka sejak itu Setija berhati jahat, sebab pengaruh sukma Prabu Bomantara yang jahat. Selain sukma Prabu Bomantara, ada yang yang sejiwa dengan Setija, yaitu pusaka Prabu Bomantara : Aji Pancasona. Aji Pancasona ini membuat pemiliknya tidak bisa mati. Dia bisa mati, namun jika badannya menyentuh tanah maka dia akan hidup kembali.
Kalau sejak kecil Setija telah dimasukkan ke kawah Candradimuka, kemudian berbagai senjata dewa masuk ke badannya, kini dia mendapatkan aji Pancasona. Maka kini Setija menjadi sangat sakti, ibaratnya tidak ada lawan sama sekali.
Setija kemudian menjadi raja di Trajutisna dan mengambil nama Prabu Bomantara sebagai namanya. Tidak berapa lama Setija memperluas kekuasaannya. Kerajaan di sebelahnya bernama Kerajaan Surateleng dengan rajanya bernama Prabu Narakasura.
Prabu Bomantara meminta baik-baik kerajaan itu, namun ditolak oleh Prabu Narakasura, maka terjadilah perang di antara kedua negara. Prabu Narakasura berhasil dibunuh, namun tita-tiba dia berubah menjadi burung raksasa dan tunduk kepada Setija. Burung itu kemudian menjadi tunggangan Setija dan diberi nama Wilmana.
Kini negara Prajatista dan Surateleng disatukan dengan nama Kerajaan Trajutrisna yang kadang disebut Kerajaan Trajutisna. Setija jadi rajanya dan bergelar Prabu Boma Narakasura. Patih atau perdana menteri Kerajaan Surateleng yang bernama Pancadnyana diangkat menjadi patihnya.
Prabu Boma Narakasura yang kini bersifat jahat, namun bertambah sangat sakti, sebab selain Setija dari bayi sudah sakti, dia juga punya kendaraan burung raksasa Wilmana, aji pancasona dan patih yang juga sakti, yaitu Pancadnyana . Bersambung Jum’at depan/ ………….. (Widartoks 2016; dari grup FB-MKPB Telkom)-FR