Sakit (TA 157)
Sembuh dari sakit, rasanya lega. Alhamdulillah. Sehat, buah dari usaha, OR, istirahat cukup dan jaga pola makan. Tapi sakit adalah pemberian Allah SWT tidak mungkin ditolak dan mengandung maksud tertentu. Sakit tidak terkait langsung dengan kematian, buat apa ada Rumah Sakit, bila setiap sakit selalu diikuti kematian. Namun sakit, suka atau tidak suka, mengingatkan akan kematian.
Saat Rasul sakit, setibanya beliau di Madinah setelah kunjungan haji terakhir ke Mekah, beliau memerintahkan Usama putra dari Zaid bin Haritha, dulu gugur pada perang Mu’ta. Usama yang belia itu diperintah memimpin pasukan besar ke Balqa, dekat Mu’ta tempat ayahnya perlaya.
Beliau memerintahkan termasuk dalam pasukan itu sahabat Abu Bakar dan sahabat Umar, yang belakangan keduanya tidak jadi ikut berangkat. Saat sakit, Nabi hanya ditemani oleh pembantunya Abu Muwayhiba, mengunjungi makam Baqi, Madinah. Beliau menyapa para penghuni kubur,
“Salam sejahtera bagimu wahai penghuni kubur. Semoga kamu selamat akan apa yang terjadi atas dirimu, seperti atas diri orang lain. Fitnah telah datang seperti malam gelap gulita, yang kemudian menyusul yang pertama dan kemudian yang kemudian lebih jahat dari yang pertama ….”
Rasulullah seakan sudah menyadari bahwa sepeninggal beliau akan banyak tangis air mata tumpah, darah mengalir karena fitnah. Sejarah Islam setelah Rasul wafat, selain menorehkan kegemilangan Islam, juga mencoretkan hal-hal yang getir akibat fitnah. Sampai detik artikel ini saya tulis, fitnah yang datang dimana-mana lebih jahat dari yang sebelumnya. Astgahfirullah. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR