Selingan

Wayang-Antareja (2) Cinta karena biasa

// Pengantar. Untuk Espisode ini, cerita wayangnya agak ngawur dan tidak sesuai pakem, tapi nama2 sesuai pakem. Karena itu bagi yang tahu pakem, mohon maklum, karena anda tahu yang pakem itu seperti apa. Bagi yang belum tahu cerita sesuai pakem, silahkan baca pakemnya, agar tahu yang pakem, banyak kok di internet //

Dalam kepanikan Bima, tiba-tiba ada seorang pelayan yang memanggil Bima dan mengajak ke bagian bawah vila. Ternyata vila tersebut mempunyai pintu rahasia ke bawah tanah yang hanya pelayan itu yang tahu.

Bima mengikuti pelayan itu masuk lorong bawah tanah yang menurun dan menurun. Tiba2 mereka terperosok ke lubang. Bima bingung dan tidak bisa berbuat apa2, badannya meluncur, merosot ke bawah tanpa bisa menahannya. Aneh lubang itu seperti kaos kaki besar, seperti luncuran darurat di gedung bertingkat. Bima, saudara dan ibunya meluncur terus ke bawah dan di dalam kegelapan.

Ajaib, setelah sekian lama mereka meluncur, di kedalaman beberapa puluh meter dari permukaan tanah, mereka kemudian berhenti. Ketika keluar dari ‘prosotan darurat’ itu, mereka menemukan lorong yang besar dan ada rel-nya.

Itu artinya mereka menemukan jalur KA api bawah tanah. Tak lama kemudian dari kejauhan ada kereta  lewat, Bima dan pelayan tadi kemudian berusaha menyetop kereta api bawah tanah itu dan ternyata mau berhenti juga. Bima masuk kereta bersama pelayan tadi, tentunya ke-4 saudara dan ibunya juga dibawa masuk. KA berjalan kembali.

Cukup lama kereta itu berjalan dengan kecepatan tinggi, akhirnya sampai di stasiun bawah tanah yang terang benderang dan sangat ramai. Pelayan tadi menjelaskan bahwa mereka sudah berada di stasiun di sebuah kota bawah tanah bernama Sapta Pertala.

Kalau di Jepang, Inggris atau Rusia stasiun bawah tanah punya rel susun tiga ke bawah tanah, namun di Sapta Pertala –Sapta artinya tujuh dan Pertala atau Pratala artinya bumi– rel-nya susun tujuh, artinya di bawah permukaan tanah ada rel, di bawahnya lagi ada rel lain, dibawahnya lagi ada rel lainnya, begitu seterusnya sampai tujuh jenjang rel di bawah tanah.

Karena Bima membawa lima orang yang keracunan berat dan harus ditolong, maka Satpam dan petugas KA bawah tanah yang tahu keadaan mereka, dengan mobil membawa Bima, ibu dan sudaranya ke dokter terkenal yang tak lain adalah penguasa Sapta Pertala : Antaboga atau lengkapnya Sang Hyang Antaboga yang juga seorang dokter ahli racun.

Ber-hari2 Samiaji, Permadi, Pinten, Tangsen dan Kunti dirawat di RS oleh Antaboga yang dibantu anak perempuannya : Nagagini, serta para perawat dan paramedis lain. Bima yang sehat dan Nagagini tiap hari bahu-membahu merawat Kunti dan saudara2nya, dari menyuap makan dan minum, me-lap basah, sampai mengingatkan makan obat sampai mengganti infus.

 

Lama2 mereka, Kunti dan para Pandawa mulai sembuh dan kuat kembali fisiknya. Bersamaan dengan itu hari demi hari, Bima dan Nagagini makin akrab dan tidak disadari benih cinta tumbuh*). Cinta karena biasa, biasa bekerja bersama.

Singkat cerita, Kunti dan Pandawa sembuh, Bima dikawinkan dengan Nagagini. Pestanya sederhana, disaksikan kerabat Pandawa, Kunti dan rakyat Sapta Pertala.

Beberapa bulan kemudian Pandawa dan Kunti pamit mau pulang ke dunia atas tanah, karena banyak tugas kemanusiaan yang harus dilakukan, termasuk merebut kembali Astina dari tangan Kurawa, yang menjadi haknya. Nagagini yang hamil ditinggal di Sapta Pertala.

 

Menurut perhitungan Pandawa, pasti Kurawa sengaja meracuni dan membakar Vila Sigala-gala bersama Pandawa di dalamnya. Hal ini dibenarkan pelayan yang menyelamatkan Bima dan saudaranya itu, yang ternyata dia seorang intel, anak buah Sang Hyang Antaboga.

Di tempat berbeda, beberapa bulan sebelumnya, begitu Vila Sigala-gala terbakar habis, Kurawa dan Sengkuni bersorak kegirangan, sebab mereka berdiri berpencar mengelilingi Vila itu dan tak seorangpun ada yang keluar dari kobaran api. Itu berarti semua penghuni Vila Sigala Gala pasti mati semua.

 

Apalagi setelah api padam, mereka tahu ada 6 tulang belulang bekas terbakar di bekas Vila Sigala-gala, bertambah yakin kalau Pandawa dan Kunti jadi abu. Maka Duryudana diwisuda jadi raja Astina menggantikan Destarastra. Gegap gempita pesta acara penobatan raja baru Astina ini.

Bayi Nagagini
Beberapa bulan kemudian di kayangan, tempat dewa2 terjadi keributan. Prabu Nagabaginda raja Negara Jangkarbumi menyerang kayangan. Ini karena Prabu Nagabaginda menginginkan bidadari dijadikan istri, yaitu Dewi Supreti yang cantik jelita namun ditolak oleh raja para dewa, yaitu Batara Guru. Dewi Supreti ini istri Sang Hyang Antaboga, dia masih cantik karena di alam kadewatan, penghuninya tidak bertambah tua fisiknya, seperti kulit keriput, badan melemah dan seterusnya.

Pada saat Prabu Nagabaginda menyerang, tidak ada dewa yang bisa menandingi kesaktiannya. Maka Batara Guru lalu menyerahkan urusan Prabu Nagabaginda kepada Sang Hyang Antaboga.

Saat itu Sang Hyang Antaboga sibuk menemani Dewi Nagagini yang waktunya melahirkan. Suami Nagagini, Bima tidak bisa menemani sebab sudah lama pergi mau melanjutkan pekerjaannya sebagai kesatria Pandawa. Pusing Sang Hyang Antaboga dibuatnya.

 

Tantangan Prabu Nagabaginda yang dia dengar lewat anak buahnya membuat Hyang Antaboga meradang, panas hatinya. Namun dia tidak bisa melayani tantangan Prabu Nagabaginda, karena sedang fokus menemani Dewi Nagagini yang sedang mau melahirkan.

 

Prabu Nagabaginda tidak memaksakan kehendak, misalnya menyerang dengar ngawur, sebab di jaman wayang pihak yang satu menyerang pihak yang lain itu secara terbuka, secara kesatria. Dia bisa terus menantang yang membuat telinga Sang Hyang Antaboga panas itu sudah membuatnya puas.

Akhirnya yang ditunggu datang, Dewi Nagagini melahirkan jabang bayi yang ternyata lahir laki-laki. Bayi itu setelah dibersihkan dan dirawat, lalu diberi nama oleh Sang Hyang Antaboga dengan Anantareja atau Antareja.

Antareja dibekali dengan kesaktian, berupa kesaktian Napakawaca yang membuat tubuhnya kebal senjata dan air liurnya berbisa, seperti kakeknya, Hyang Antaboga. Hyang Antaboga lalu melayani tantangan Prabu Nagabaginda dan membawa bayi Antareja.

 

Prabu Nagabaginda kaget melihat musuhnya membawa bayi ke peperangan, lebih kaget lagi bayi itu dilemparkan ke hadapannya. Ini adalah sebuah penghinaan, kata Prabu Nagabaginda dalam hati. Maka dengan kemarahan yang meluap luap, diinjaknya bayi itu. Bersambung Jum’at depan/ ….. (Widartoks-2016

Gambar : Bima, Antaboga, Nagagini
Catatan : *) Menurut kisah wayang pakem yang membimbing Bima ke lorong bawah tanah adalah ‘gangkrangan’ putih (binatang warna coklat dan suka makan ayam, bebek di sawah) berwarna putih penjelmaan Sang Hyang Antaboga yang sengaja menolong Bima dan Pandawa.

 

Dia pula yang membuat lorong bawah tanah (saat itu juga, spontanitas) menuju Sapta Pratala. Antaboga sendiri berujud ular yang besar, namun bisa berubah ujud menjadi manusia biasa atau dewa, sedangkan Nagagini berujud gadis cantik nan molek. (Widartoks 2016; dari grup FB-ILP)FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close