Pilihan One story-two perspectives
Seorang penulis buku terkenal duduk di ruang kerjanya, dia ambil penanya dan menulis : “Tahun lalu, saya harus dioperasi untuk mengeluarkan batu empedu. Saya harus terbaring cukup lama di ranjang.
Di tahun yang sama, saya (60) memasuki usia pensiun, keluar dari pekerjaan di perusahaan yang saya senangi. Saya harus tinggalkan pekerjaan yang sudah saya tekuni 5 tahun. Di tahun itu juga, saya ditinggalkan ayah yang tercinta. Masih di tahun sama anak saya gagal di ujian akhir kedokteran, karena kecelakaan mobil. Biaya bengkel akibat kerusakan mobil, puncak kesialan di tahun lalu”
Di bagian akhir dia menulis : “Sungguh…tahun yang sangat buruk”. Istri penulis masuk ke kamar itu dan menjumpai suaminya yang sedang sedih dan termenung. Dari belakang, sang istri melihat tulisan sang suami. Perlahan-lahan ia mundur dan keluar dari ruangan itu.
15 menit kemudian dia masuk lagi dan meletakkan kertas berisi tulisan : “Tahun lalu, akhirnya saya berhasil menyingkirkan kantong empedu saya yang ber-tahun2 membuat perut saya sakit. Di tahun itu, saya bersyukur kepada Tuhan bisa pensiun dengan sehat dan bahagia, diberikan kesempatan berkarya dan penghasilan 35 tahun menghidupi keluargaku.
Sekarang, saya bisa menggunakan waktu saya lebih banyak menulis, hobi-ku sejak dulu. Pada tahun yang sama, ayah saya yang berusia 95 tahun… tanpa sakit apa2 telah mengakhiri hidupnya dengan damai dan bahagia. Dan di tahun yang sama pula, Tuhan melindungi anak saya dari kecelakaan hebat. Mobil kami rusak berat akibat kecelakaan itu. Tapi anak saya selamat tanpa cacat sedikit pun.”
Pada kalimat terakhir istrinya menulis : “Tahun lalu, adalah tahun yang penuh berkat yang luar biasa dari Tuhan dan kami lalui dengan penuh rasa takjub dan syukur…”. Sang penulis senyum haru. dan mengalir rasa hangat di pipinya. Ia berterima kasih atas sudut pandang berbeda untuk tiap peristiwa yang dilaluinya tahun lalu. Perspektif yang berbeda membuatnya bahagia.
Sahabatku, di dalam hidup ini kita harus mengerti bahwa bukan kebahagiaan yang membuat kita bersyukur. Namun rasa syukurlah yang membuat kita bahagia. Mari kita berlatih melihat suatu peristiwa dari sudut pandang positif.
“We can complain because rose bushes have thorns, or rejoice because thorn bushes have roses”_ – Abraham Lincoln* (Koesmarihati; dari grup BPTg; sumber dari https://metadataku.blogspot.co.id/2017/01/one-story-two-perspectives.html)-FR