Surat untuk kekasih
Selepas kereta Lodaya berangkat
Aku ingat 42 taun lalu
Serupa tapi tak sama
Ketika itu kulepas kau kesurabaya
dan………kini kekota Jogia.
Dulu pergi untuk masa depan
Sekarang berangkat mengenang masa silam.
Bisikku waktu itu padamu,
mulai sekarang yang menunggu tambah satu
(selain bapak ibu)
Dan kini ……..tambah lagi anak cucu
Tak apalah, kami senang dan bahagia dihari istimewa, sekalipun tak ikut serta.
Kami yakin, sahabat sahabatmu akan membuat ceria suasana
Apalagi ini peringatan hari lahirmu.
Doa dan harapan kami, Allah melimpahkan usia yang barokah serta kesehatan prima
Selamat melepas penatnya tugas
Selamat melepas cemas, dan segala keribetan rumahtangga
bersama sahabat lama
Tolong ingat
Ketika lutut tak bisa diajak berlaga
Bila ke musium Ulen Watu, merapi dan lainnya
Santailah jangan tergesa
Karena kita bukan lagi atlit sma.
Selamat menikmati suasana Jogia.
Salam hormat kami untuk Sultan dan semua Sahabat alumni SMA
Selamat reuni, semoga sehat sekalipun sudah manula
Salam rindu dari Bandung-170117. (Sunarto; dari grup WA-VN)-FR
Catatan :
Itu bukan puisi pak, surat buat kekasih. Saya tulis kejar kejaran waktu sebelum istri sampai jogya. Hari itu dia ultah dan tadinya nggak mau berangkat karena lihat saya belum terlalu sehat. Dimatanya saya lihat dia ingin ketemu sahabat2 yang berpuluh tahun tidak ketemu. Sementara beberapa waktu ini dia begitu cemas dengan penyakit saya, mulai subuh hingga mau tidur, dia awasi ketat jadwal minum obat.
Saya tidak dapat membalas kebaikan dan kesetiaannya, kecuali memberinya kesempatan istirahat bersama teman2 nya yang reuni di jogya. Disana ada p Tutut Bahtiar yamg seangkatannya. Begitu selesai, surat ini saya kirim ke jogya dan dengan bantuan bu Darsono, yang juga temannya, dibacakan pada acara malam di guest house desa Pulerejo dekat Prambanan.
Yang membawakan nangis entah mengapa dan yang mendengarkan juga ikutan. Sementara istri saya bengong karena tidak tau siapa yang dituju. Barulah sadar ketika sahabatnya mengucapkan selamat.
Kisah ini sama dengan suasana dahulu saat setelah tunangan, ketika dia kembali untuk kuliah di Surabaya, sementara saya hanya melepas dari Blitar.
Jadi nggak ada yang aneh, karena semua nyata. Itulah yang saya bisa persembahkan kepadanya untuk kesetiaan dan kasih sayangnya kepada kami sekeluarga. Tak ketinggalan saya minta disetelkan lagu bimbo, pelabuhan hati. Terima kasih mbak Wid / bu. DARSONO atas bantuannya. (Sunarto; dari grup WA-VN)-FR