Rumah makan Ampera
Hari Senin yang lalu ada tetangga sekaligus senior kami di Klub Lansia wafat. Pulang dari makam mengantar jenazah, kami ber-10 mampir di RM Ampera Bojongsari, Sawangan. Sebuah nama RM yg mempunyai imej tersendiri.
Namun, tentu saja bentuk dan model RM ini sekarang jauh berbeda dengan RM Ampera yang dulu saya mengenalnya di Terminal Abdul Muis (KebonKalapa), Bandung. RM legendaris yang pelanggannya rela antri berdiri dibelakang pelanggan lain yang sedang makan, kenangan yang nostalgia tahun 70an.
Sekarang RM Ampera sudah bermetamorfosis menjadi “franchise”. Mudah ditemui di banyak tempat, termasuk salah satunya yang kami kunjungi siang itu. Tempat duduknya leluasa tetapi tetap menampilkan kesederhanaan.
Aneka lauk-pauknya digelar di atas meja yg lumayan luas. Berupa lauk-pauk setengah matang. Para pengunjung leluasa memilih jenis2 makanan. Pilihan pengunjung tadi diterima petugas untuk di”matang”kan lebih lanjut ada yg digoreng ada juga berbagai jenis pepes2an.
Dan, ini yg penting … diidentifikasi dan dicatat sebagai bahan untuk bill dari masing2 tamu / meja. Tersedia juga lalapan dengan beberapa jenis sambal yang mengundang selera; yang ini nampaknya merupakan sajian standar yg tidak tertulis dalam bill.
Setelah memilih, pengunjung menunggu lauk-pauk selesai digoreng atau dipanaskan. Tak nampak jenis minuman yang aneh2. Semuanya seragam, teh tawar. Entah, ya kalo bisa pesan khusus? Tidak sempat tanya dan tidak terlihat pengunjung yg pesan minuman selain teh tawar.
Kesannya, RM Ampera bentuk fisiknya seperti RM modern, tetapi mengambil segmen yang sederhana, populis dan terjangkau. Catatan: recomended, khususnya yang ingin bernostalgia dengan suasana RM Ampera di Terminal Abdul Muis. (Prasetya B. Utama; dari grup WA-BPTg)-FR