Bermenung-Pola pikir
Kalau orang membuat baju, dia punya model bagian atau potongan baju dari karton. Model ini disebut pola / mal / patrun. Kain yang mau dibikin baju digelar di atas meja, lalu pola dari kertas itu ditaruh di atas kain, kemudian digambar memakai pinsil atau semacamnya, mengikuti pola dari karton itu.
Mengapa pakai pola? Agar gambar lengan bajunya bagus. Jadi pola itu dibuat agar orang terarah membuat baju agar bagus jadinya. Para pembuat kain batik menggambar motif batik (bunga, awan, daun, dsb) di kain putih dengan pensil. Kemudian ada lain yang menggambar dengan malam mengukuti gambar dari pensil itu. Gambar dari pensil itu namanya pola.
Para petani dalam setahun menanam padi dua kali, lalu diselingi palawija satu kali. Nah ini juga namanya pola, pola tanam dalam setahun. Jadi pola itu bisa dikatakan sebagai gambar (atau gambaran), model, cara kerja atau sistem kerja. Kalau ada gambaran, model, cara kerja atau sistem kerja yang nempel di pikiran kita, maka itu namanya pola pikir.
Contoh : Orang naik sepeda motor di jalan raya. Tiba di pertigaan dia mau belok kanan. Ada yang langsung belok kanan ambil sisi kanan jalan, tujuannya supaya dekat. Ada pula yang di sisi kiri jalan, mengapa? Karena di pikirannya dia bayangkan jalan itu dibagi dua, sisi kiri dan kanan. Maka dia ambil sisi kiri, karena itu hak dia saat itu. Gambar atau pola jalan yang ada di pikiran itu namanya pola pikir.
Orang yang terbiasa membuang sampah di tempat sampah, ketika dia makan dan memegang sampah, misalnya bungkus makanan, kulit pisang, kulit kacang di pikirannya tergambar tempat sampah. Itu namanya pola pikir. Jadi dia akan membuang sampah ke tempatnya. Orang yang tidak biasa membuang sampah ke tempat sampah, pola itu tidak ada di pikiriannya.
Begitulah, semua orang mempunyai pola pikir yang berbeda-beda untuk satu hal, apalagi pada hal yang berbeda. Pola pikir, seperti pola membuat baju atau membuat lukisan batik tadi, harus dibuat dulu. Siapa yang membuat? Bisa diri sendiri bisa orang lain atau kombinasinya. Misalnya orang tua, guru, hasil pendidikan, pelatihan, pengalaman, kebiasaan akan membentuk pola pikir.
Bisa jadi untuk beberapa hal ada yang sudah punya pola pikir dan ada yang belum. Misalnya orang pedalaman berada di tengah kota besar akan menyeberang jalan atau mencari alamat, dia akan bingung sebab di kepalanya belum ada pola pikir berada di tengah kota besar.
Sebaliknya orang kota besar kalau berada di tengah hutan atau di tengah lautan, akan bingung dan takut sebab belum punya pola pikirnya.
Masalahnya, pola pikir itu ada yang positif dan ada yang negatif. Misalnya kalau melihat ada orang baru, bawa uang banyak dan nampak bingung. Orang yang pola pikirnya baik, akan berusaha menolong. Sebaliknya yang pola pikirnya tidak baik, akan berusaha memperoleh keuntungan dari orang itu.
Di pekerjaan apapaun, orang yang berpola pikir baik, akan bekerja dengan baik, sebagai ibadah, mencari nafkah (mendapat gaji/ penghasilan, dll), sukses untuk diri sendiri, keluarga dan instansinya. Orang yang pola pikirnya tidak baik, akan berrusaha mengambil keuntungan pribadi lebih dari gajinya. Misalnya memanfaatkan fasilitas yang di luar haknya, menerima tips dari pihak lain, sampai yang disebut korupsi.
Pebisnis dengan pola pikir baik, akan berusaha untung bersama orang lain, para mitranya, karyawannya dan tidak merugikan orang lain, apalagi masyarakat. Sebaliknya pebisnis yang tidak baik akan berusaha memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan orang lain, masyarakat, bahkan alam dan negara.
Orang yang di dalam pola pikirnya ada Tuhan YME, setiap saat akan merasa diawasi, maka dia akan berusaha berbuat baik dan tidak berbuat tidak baik (salah/ dosa).
Semoga kita bisa membentuk dan memelihara pola pikir positif di dalam diri kita, anak cucu, lingkungan, syukur-syukur di area yang lebih luas dari itu. (Widartoks 2017; dari grup FB-ILP)- FR