Selingan

Wayang Gatutkaca(11)-Cintakapura-Jodipati

Puntadewa yang bertempur makin ke timur akhirnya berhenti ketika musuhnya berhenti.
” Ha—3x, Puntadewa, kini kamu telah terpisah dari saudara2mu. Kini tunggu kematianmu”, kata raksasa jin yang rupa-rupanya merupakan pimpinan dari para raksasa jin yang memusuhi para pandawa.

” Baiklah, sebelum kita lanjutkan peperangan, tolong dijelaskan, saya ini berhadapan dengan siapa dan kamu sebagai apa?”, jawab Puntadewa. Di belakangnya pasukannya siap sedia berperang.
” Baik biar kamu tidak mati penasaran. Aku ini bernama Prabu Yudistira, raja dari kerajaan Cintakapura yang sekarang kamu injak buminya ini”, kata raksasa jin yang ternayata bernama Prabu Yudistira.

” Kerajaan ini juga bernama kerajaan Mertani yang wilayahnya meliputi seluruh hutan ini. Kerajaan Cintakapura ini merupakan pusat kerajaan, sedang di bagian lain ada kadipaten-kadipaten yang dipimpin adik-adikku semua”, Prabu Yudistira menjelaskan lebih lanjut.
” Baiklah, mari kita lanjutkan pertempuran ini”, kata Puntadewa.

Mereka kemudian melanjutkan pertempuran.
Prabu Yudistira merupakan raja para jin, maka dia bukan orang sembarangan, dia sangat sakti. Sebagai lawan, Puntadewa adalah murid guru Pandita Durna, jadi dia juga bisa berkelahi hanya jarang menggunakannya.

 

Puntadewa juga berguru kepada pamannya, Widura soal taktik dan strategi peperangan, maka dia juga membuat strategi peperangan melawan Prabu Yudistira dan pasukannya. Puntadewa walaupun tidak sering berperang, namun dia mempunyai pusaka sakti yaitu jamus kalimasada. Maka pertempuran itupun berlangsung semakin seru.

Pada suatu ketika, Puntadewa terdesak serangan Prabu Yudistira, dia terpojok, badan tersudut ke pohon besar dan tak bisa lagi mundur menghindari serangan. Prabu Yudistira senang karena bisa mengalahkan lawan. Senjatanya siap diarahkan ke Puntadewa. Pada saat kritis itu, Puntadewa mengeluarkan senjata jamus kalimasada dan mengarahkan ke kepala Prabu Yudistira. Seketika Prabu Yudistira mengaduh.

” Puntadewa, aku mengaku kalah. Kini aku pasrahkan kerajaan Cintakapura kepadamu. Aku minta agar bangunan kerajaan ini jangan kau rusak. Bangunlah bangunan kerajaan baru di sekitar sini, para jin di sini akan membantu. Hiduplah berdampingan dengan mereka yang tidak kasat mata”, kata Prabu Yudistira. Setelah itu tiba-tiba badannya masuk ke tubuh dan menyatu dengan Puntadewa.

Seketika pemandangan di tempat itu berubah. Ada bangunan kerajaan muncul, bangunan yang megah namun kurang besar dibanding bangunan kerajaan Hastinapura. Bangunan itu dikelilingi oleh jalan, taman nan sangat indah. Maka kelak, bangunan baru akan dibuat tidak jauh dari bangunan itu.

Sementara itu Bima bertempur dan berhasil mendesak lawan yang berbadan tinggi besar. Bima senang karena berhasil mendesak itu. Yang tidak diketahui Bima, lawannya sengaja mundur untuk menjebak Bima agar masuk ke wilayah kekuasanannya, di sana pasukan jin yang kuat sudah menunggu.

Maka yang terjadi kemudian, Bima dan pasukannya mengalami kesulitan menghadapi raksasa2 jin itu. Selain jumlah mereka banyak, mereka menguasai medan pertempuran berupa hutan lebat itu. Mereka tahu betul mana banyak semak berduri, mana ada sungai dan jurang yang tidak nampak karena tertutup lebatnya dedaunan dan mana tempat sarang lebah yang sangat beracun.

” Ha ha ha. Kalian terjebak di daerah keuasaanku”, kata raksasa jin yang tinggi besar itu.
” Hm. Jadi kamu ini siapa?”, tanya Bima sambil tetap berperang.
” Ketahuilah ini Kadipaten Jodipati di bawah negara Mertani atau Cintakapura. Aku Arya Dandunwacana adipati, namaku dan biasa disebut Werkudara “, jawab raksasa jin Arya Dandunwacana atau Werkudara

” Baiklah, hayo hadapi aku Bima, panenggak pandawa lima”, jawab Bima.
” Hayo, bersiaplah untuk mati”, kata Arya Dandunwacana.
Pertempuran sengit terjadi antara dua kubu, pandawa dan Jodipati. Namun, Bima rasa dia dan pasukannya kesulitan menghadapi musuh, di hutan yang tidak dikenal dengan baik lika-likunya, sementara musuh mengenal dengan baik.

Bima berfikir keras bagaimana caranya memenangkan pertempuran itu. Satu-satunya jalan adalah segera mengalahkan pemimpinnya, namun hal itu tidaklah mudah. Lawannya yang lincah sulit dipukul ditangkap atau ditendang, apalagi dia juga mahir memanjat pohon. Dia bahkan berloncatan dari dahan ke dahan pohon lain dengan enaknya. Dia juga memiliki senjata.

Akhirnya Bima mendapat akal.
” Hayo kalau berani kita berhadapan satu lawan satu. Jangan libatkan para prajurit. Kasihan mereka yang sebenarnya tidak tahu apa-apa”, kata Bima menantang.
” Baiklah Bima, aku juga tidak takut menghadapimu sendirian”, jawab Arya Dandunwacana.

Maka kemudian mereka bertempur satu lawan satu di tempat yang agak lapang. Hanya ditumbuhi rumput dan tanaman perdu. Mereka bisa leluasa menunjukkan kemampuan bertempur. Sementara itu para prajurit kedua belah pihak menonton dan berjaga-jaga di kubu masing-masing.

Bima dan Dandunwacana bertempur mati2an, karena keduanya berjiwa kesatria yang lebih baik mati dari pada menyerah.
Sekian lama mereka bertempur, pada suatu ketika Jin Werkudara lengah. Pada saat itu kuku pancanaka segera merobek perut Jin Werkudara. Seketika dia mengaduh.

” Bima, aku mengaku kalah. Aku serahkan Kadipaten Jodipati padamu. Pesanku, janganlah kadipaten ini kalian rusak. Peliharalah. Kalau ingin membuat bangunan kadipaten silahkan, namun tanpa merusak bangunan ini. Hiduplah berdampingan dengan para jin yang tidak nampak, namun mereka bisa juga menampakkan diri. Mereka akan membantu kalian membangun kerajaan baru yang besar. Aku juga menitipkan namaku kepadamu”, kata Jin Werkudara.

Sesaat kemudian Jin Werkudara merasuk dan menyatu ke badan Bima. Kelak Bima juga akan menggunakan nama Werkudara dan Dandunwacana.

Pada saat sama, tiba2 pemandangan di situ berubah. Ada bangunan kadipaten nan megah, walapun tidak  besar. Itu adalah bangunan Kadipaten Jodipati yang dikelilingi jalan dan taman nan indah. Kini bangunan dan daerah kekuasaan Dandunwacana, yaitu Kadipaten Jodipati menjadi milik Bima.

Arjuna terus mendesak musuh yang berupa raksasa jin juga. Arjuna tidak sadar raksasa jin itu sengaja mundur untuk menjebak Arjuna ke dalam wilayah kekuasaannya. Daerah hutan lebat yang dikenal dengan baik oleh raksasa jin itu, namun membingungkan bagi Arjuna dan para prajurti yang bersamanya. Bersambung Jum’at depan………..; (Widartoks 2017; dari grup FB-ILP)- FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close