Baik dan buruk siapa yang tahu
Kisah di sebuah kerajaan, hiduplah seorang Raja yang selalu di dampingi oleh dokter pribadinya, memimpin rakyatnya dengan damai dan makmur. Suatu hari jari telunjuk kirinya sang Raja bengkak akibat tergores duri, lalu Raja minta dokter mengobati, dan menanyakan ke dokternya apakah berbahaya?
Sang dokter sambil mengobati berkata : ” Baik atau buruk siapa yang tahu?”
Setelah 3 hari ternyata semakin sakit dan bengkak, akhirnya sang Raja memanggil dokternya untuk kembali memeriksakan kondisi jarinya.
Lalu dokter berkata harus diamputasi dan sang Raja pun bertanya kenapa bisa begitu?
Dokter berkata : ” Baik dan buruk siapa yang tahu?”
Akhirnya jari telunjuk kiri Raja diamputasi. Sang Raja sangat marah dan memenjarakan dokter dan kembali dokter berkata : “Baik dan buruk siapa yang tahu”
Sebulan setelah Raja sembuh, beliau pergi berburu ke hutan. Dii hutan di tangkap oleh suku primitif untuk di jadikan korban sebagai tumbal dewa2nya. Api unggun sudah di nyalakan dan tiba untuk di persembahkan kepada Dewa Api.
Kepala suku primitif memeriksa seluruh anggota tubuh sang Raja dan berteriak untuk men-stop prosesi persembahan karena mendapatkan tidak lengkapnya anggota tubuh Raja akibat tidak ada telunjuk kirinya. Kemudian sang Raja di lepasnya kembali
Sekembali ke istana Raja teringat kata2 dokternya yang di penjara ” Baik atau buruk siapa yang tahu?”
Raja bergegas ke penjara dan melepaskan dokter serta minta maaf. Tapi dokter malah bersujut mengucapkan terima kasih karena Raja memenjarakannya. Raja bingung dan tanya kenapa justru
Dokter tidak marah
Dokter berkata : ” Paduka Raja, andai kata saya tidak di penjarakan, sayalah yang akan jadi korban untuk persembahan para suku primitif, karena saya selalu mendampingi paduka saat berburu, maka korban yang lengkap anggota tubuhnya pastilah saya
Pesan moral untuk kita semua :
Segala sesuatu yang terjadi pada diri kita pasti ada sisi baik-buruknya. Kita tidak tahu apakah kejadian yang terlihat buruk akan jadi buruk atau menjadi baik serta menyelamatkan kita dan juga orang lain. Sebuah kesabaran spiritual yang paling tinggi. (Prasetya B Utama; dari grup WA-VN)-FR